http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=164892
Senin, 04 Apr 2005, TKI di Bawah Bendera Globalisasi Oleh Aden Wijdan S.Z. * Pelbagai macam problematika kehidupan berbangsa dan bernegara tengah terjadi, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Masalah kemiskinan, instabilitas politik, korupsi menjadi masalah sehari-hari. Misalnya, masalah yang dihadapi dewasa ini tentang perpindahan dan arus tenaga kerja antarnegara bukan suatu hal aneh lagi. Terutama, perpindahan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (skill) dan berpendidikan ke negara-negara maju dan negara industri baru yang lebih menjanjikan upah lumayan, kemudahan fasilitas, kondisi yang kondusif, pengembangan diri, jaminan hidup, dan tawaran lain. Sekarang ini, puluhan ribu tenaga kerja dari Mumbai, India, bekerja di Taman Teknolologi (Science Park) Silicon Valley Amerika Serikat. Begitu juga tenaga kerja dari Vietnam, China, dan negara-negara Asia lain, termasuk Indonesia. Mereka bekerja pada beberapa institusi dan lembaga penelitian di Amerika Serikat (Gatra : 2003). Fenomena klasik di Indonesia adalah TKI, yang merupakan salah satu varian dari struktur penindasan global. Proses penindasan globalisasi cenderung tertumpu pada negara-negara berkembang, yang notabene lemah ekonomi. Kemiskinan menjadi momok negara berkembang, seperti Indonesia. Kalau kita tilik pada peta kemiskinan 2000, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi termiskin di Indonesia. Penduduk miskin di kota 30,3 persen dan di desa mencapai 50,2 persen. Sementara itu, di Jawa Tengah, penduduk miskin di kota 29,7 persen dan di desa mencapai 27,6 persen. Berikutnya di Jawa Timur, penduduk miskin di kota 24,9 persen, sedangkan di desa 32,0 persen. Di DIJ, penduduk miskin di kota 21,3 persen, sedangkan di desa 33,6 persen. Di Jawa Barat, penduduk miskin di kota 19,6 persen, sedangkan di desa 18,4 persen. Sementara itu, penduduk miskin di Jakarta 4,3 persen. Berarti, di antara 100 penduduk di ibu kota, hanya ada 5 orang penduduk miskin. Apabila kita mengaitkan data tersebut dengan jumlah TKI yang kini berada dan bekerja di Malaysia, itu lebih banyak ketimbang jumlah penduduk Jawa Barat. Hal tersebut merupakan bukti konkret bahwa faktor ekonomi menjadi faktor penentu lahirnya urbanisasi. Pusaran Globalisasi Terminologi globalisasi hingga saat ini menjadi kajian menarik karena hubungan nation-state tidak lagi diikat dalam kerangka tersebut, tapi berubah menjadi tatanan baru sistem global dalam bentuk global society. Sistem global juga makin memperluas global market dengan jaringan transnasional dan multinasional yang makin mendunia layaknya gurita global. Globalisasi sering diartikan sebagai perdagangan bebas dunia, dunia-dunia maju menelan harta negara-negara miskin. Mungkin secara politik, negara-negara terbelakang dibiarkan mempunyai haknya. Tetapi, tidak demikian halnya di bidang ekonomi. Secara ekonomi, negara-negara miskin itu seakan kehilangan hak dan peluang begitu dihadapkan pada negara-negara kaya, yang sangat berpengalaman dalam memenangkan diri di persaingan bebas. Pusaran ekonomi pasar juga merambah TKI. Terbukti, penyumbang devisa negara Indonesia, misalnya, yang lumayan besar dari sektor TKI. Data yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik dan Depnaker, sekarang Depnakertrans, jumlah TKI terus naik dari tahun ke tahun. Pada 1999 saja, terdapat 146.953 orang dengan total upah USD 6,17 miliar. Sementara itu, jumlah TKI di luar negeri saat ini, seperti di Arab Saudi, terdapat 335 ribu TKI. Jumlah sebesar itu terdiri atas 305 perempuan dan 30 ribu laki-laki, yang bermasalah sebanyak 400 orang perempuan. Sumbangan TKI terhadap devisa pada 2002 mencapai angka USD 1.029 juta. Yang mengejutkan lagi pada 2004, devisa negara mencapai USD 159,65 juta. Wajah Manajemen TKI Kompleksitas masalah TKI sebenarnya dapat dilihat dari pelbagai sudut. Di antaranya, masalah perlindungan hukum yang cukup minim terhadap TKI. Selayaknya, proses hukum dan kebijakan politik mampu memaksa pemerintah Malaysia memejahijaukan pelaku, tapi ternyata lagi-lagi sia-sia. Singkatnya, masalah perlindungan TKI hanya retorika belaka. Perlindungan tenaga kerja di luar negeri, misalnya, tidak dapat dipandang sebagai sebuah tindakan politis yang didasarkan atas kepentingan-kepentingan kontekstual, tetapi harus menjadi representasi sikap budaya dan sosial untuk memberikan penghargaan pada tenaga kerja sesuai dengan haknya sebagai warga negara. Fenomena cukong penadah TKI ilegal atau sering kita kategorikan sebagai mafia harus ditertibkan. Gejala lahirnya mafia perdagangan gelap yang bermerek manusia hingga kini cenderung menjadi bisnis menjanjikan dan komoditi primadona. Keuntungan miliaran hingga triliunan rupiah membuat pelaku (penadah) semakin berani meningkatkan produksi. Kecurigaan sering muncul dari beberapa kalangan terhadap jaringan kongsi perdagangan TKI Indonesia dan Malaysia. Birokrasi yang berbelit-belit menambah keyakinan masyarakat bahwa manajemen PJTKI tidak ubahnya manajemen bakul bakso. Padahal, penanganan TKI juga merupakan kegiatan yang menyangkut harkat dan martabat bangsa serta hak asasi manusia (HAM) sehingga harus diperhatikan secara serius. Mutu atau SDM TKI kita yang rendah memperkuat dan memperjelas bahwa TKI kita layak digaji murah dalam kaca mata mereka. TKI kita cenderung bekerja di sektor-sektor buruh kasar, seperti kuli bangunan, buruh tani kelapa sawit, sopir. Akibat rendahnya SDM, kekerasan kerap terjadi. Data-data yang dihimpun Konsorsium Buruh Migran Indonesia (Kopbumi) pada 2002, tercatat kasus kekerasan terhadap TKI sebanyak 37.508 orang (11,75 persen) mengaku terkena masalah; penyiksaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, pemecatan sepihak hingga gaji tak dibayar, penelantaran (2.478), penipuan (1.685), penyekapan (470), pelecehan seksual (31), pemerkosaan (27), serta kematian (177). * Aden Wijdan S.Z., direktur Pusat Studi Islam dan dosen FIAI UII, Jogjakarta [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.' http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/