http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm




Derita Perempuan Bersuami Bule
Tahu Begini, Mending Tak Menikah


MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan berumah 
tangga beda negara ini. 

Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin campur 
antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari pada 
menikah dengan bule. "Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak menikah," 
cetusnya jengkel. 

Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras depan 
ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).

Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, dipadu 
selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. Marcellina 
berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika Serikat, Tom Mustric, 
Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat. 

"Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan kita 
sama-sama pengajar," ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus pengajar 
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.

Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan terus 
berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan ini untuk 
sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun dikaruniai dua anak, 
masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina mengaku happy saat kedua 
anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas dalam benaknya bakal ada 
segunung permasalahan menghadangnya kelak. 

Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah mereka di 
Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik violence). 

Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua putri 
tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa dibawa serta ke 
Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan anak.

Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana Paspor 
(SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat khusus itu 
bertajuk "alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui Kedubes Indonesia 
di Amerika".

Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira permasalah 
kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, rambu-rambu hukum terus 
menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan, Sonya 
dan Julian, otomatis mengikuti kewarganegaraan ayahnya. 

Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak mengasuh 
darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah menteri 
terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk Sonya dan 
Yulian. 

"Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal," ujar perempuan yang kerap 
bicara dengan nada cepat ini. 

Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke kepolisian, 
kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan propinsi. 
Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya maupun Yulian 
tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, tuturnya, Sonya sudah 
masuk Play Group (Pra Taman kanak-kanak). "Nantinya, secara tak langsung oleh 
dinas terkait, ia disarankan masuk sekolah internasional. Itu biayanya mahal 
sekali Mas," keluhnya.

Kedua anak blasteran inipun tak mempunyai hak waris tanah (properti) milik 
ibunya. "Setelah lewat usia 18 tahun, kedua anak saya baru bisa memilih 
kewarganegaraan. Tapi, apa jadinya kalau saya meninggal sebelum mereka dewasa? 
Siapa yang akan mengurus mereka," ujarnya dengan mata sendu.JBP/den/bie

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to