Saya punya kenalan orang Indonesia, kawin sama orang Indonesia. Lama mereka 
berdiam di luar negeri, dan kehilangan warganegara karena katanya lupa atau 
bagaimana dengan soal perpanjangkan paspor mereka. Kurang jelas. Mereka 
pulang ke Indonesia, masalah kewarganegaraan mereka menjadi problem. Sudah 
pakai advokat, bayar duit dibawah meja untuk petugas A,B dan C yang 
menjanjikan bisa membereskan  kewarganegaraan Indonesia mereka, masalahnya 
sudah 4 tahun tak kunjung selesai. Rupanya mereka tak punya pendukung yang 
kuat. Padahal kakak dari suami teman saya itu seorang jenderal yang cukup 
terkenal dalam elit kemiliteran, cuma saja dia sudah pensiun. Kalau masih 
aktif mungkin soal mereka bisa diselesaikan sebagaimana mestinya. Jadi 
rupanya prosedur hukum normal dan resmi itu ada embel-embel tak resmi yang 
tidak tertulis.



----- Original Message ----- 
From: "sawi dewi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, June 22, 2005 7:11 AM
Subject: Re: [ppiindia] Derita Perempuan Bersuami Bule - Tahu Begini, 
Mending Tak Menikah


>
> alamak jang, repot kali jadi orang Indonesia ini
> aku juga berencana kawin dengan orang luar
> waduh cek mana ini..
> bah bisa kacau juga...
>
> ini benar-benar pelanggaran HAm berat atas nama hukum dalam negeri yang 
> birokratis dan penuh dengan semak belukar penuh uang.
> ampun deh..
>
>
> Ambon <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.indomedia.com/bpost/062005/22/depan/utama10.htm
>
>
>
>
> Derita Perempuan Bersuami Bule
> Tahu Begini, Mending Tak Menikah
>
>
> MENIKAH dengan pria/wanita bule yang selama ini menjadi trend di kota 
> Metropolitan, khususunya di kalangan artis, ternyata tak seindah yang 
> dibayangkan. Banyak kendala hukum yang akan menghadang dalam perjalanan 
> berumah tangga beda negara ini.
>
> Sedemikian ruwetnya, seorang Marcellina Tanuhandaru (32), pelaku kawin 
> campur antar bangsa ini, akhirnya menyimpulkan lebih baik tak menikah dari 
> pada menikah dengan bule. "Kalau tahu ruwet begini, mending dulu tak 
> menikah," cetusnya jengkel.
>
> Perempuan berkulit putih kelahiran Surabaya ini ditemui saat membagikan 
> selebaran pamflet advokasi untuk perubahan RUU Kewarganegaraan di teras 
> depan ruang Rapat Paripurna Gedung DPR/MPR, kemarin (21/6).
>
> Rambutnya dicat kuning, pakaiannya berupa rok terusan berwarna ungu, 
> dipadu selendang warna merah menyala tampak seperti perempuan bule. 
> Marcellina berkebangsaan Indonesia menikah dengan pria warga Amerika 
> Serikat, Tom Mustric, Juni 2001 silam di Colombus, Ohia, Amerika Serikat.
>
> "Kita bertemu di sana saat sedang ada konferensi pendidikan. Kebetulan 
> kita sama-sama pengajar," ujar perempuan yang jadi pemilik sekaligus 
> pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen (STIM) Labora, Jakarta ini.
>
> Meski berbeda bangsa dan berselisih usia hampir 30 tahun, toh perkenalan 
> terus berlanjut pada jenjang pernikahan. Pasangan berbeda kewarganegaraan 
> ini untuk sementara waktu menetap di negeri Paman Sam. Mereka pun 
> dikaruniai dua anak, masing-masing bernama Sonya dan Julian. Marcellina 
> mengaku happy saat kedua anaknya lahir. Tak pernah sedikit pun terlintas 
> dalam benaknya bakal ada segunung permasalahan menghadangnya kelak.
>
> Akhirnya, prahara terjadi di rumah tangganya. Pada 29 Maret 2003, dengan 
> memboyong kedua anaknya, ia kabur meninggalkan sang suami dari rumah 
> mereka di Colombus. Pangkalnya, adanya kekerasaan rumah tangga (domestik 
> violence).
>
> Selama dua bulan ia berlindung di shelter perlindungan di Colombus Ohio. 
> Niatnya untuk pulang ke tanah air semakin menguat dengan memboyong kedua 
> putri tercinta. Dengan akta lahir WNA, kedua anaknya sulit untuk bisa 
> dibawa serta ke Indonesia. Terlebih ia bisa terkait tuduhan penculikan 
> anak.
>
> Berkat bantuan KBRI Washington, ia mendapat Surat Perjalanan Laksana 
> Paspor (SPLP) yang membawa dirinya dan dua anaknya ke tanah air. Surat 
> khusus itu bertajuk "alasan kemanusiaan yang diberikan Deplu RI melalui 
> Kedubes Indonesia di Amerika".
>
> Akhir Juli 2003, Marcel dan kedua anaknya tiba di tanah air. Dikira 
> permasalah kawin dengan bule berakhir. Permasalahan belum selesai, 
> rambu-rambu hukum terus menelikungi hidupnya. Sesuai UU no.62 tahun 1958 
> tentang kewarganegaraan, Sonya dan Julian, otomatis mengikuti 
> kewarganegaraan ayahnya.
>
> Dengan kata lain, Marcel tak bisa memberikan status WNI bagi kedua darah 
> dagingnya tersebut. Selain itu, sesuai peraturan untuk mendapatkan hak 
> mengasuh darah dagingnya di Indonesia, ia harus meminta ijin dari sejumlah 
> menteri terkait. Setiap tahun, ia pun harus mengurus visa tinggal untuk 
> Sonya dan Yulian.
>
> "Birokrasinya panjang banget Mas, selain itu mahal," ujar perempuan yang 
> kerap bicara dengan nada cepat ini.
>
> Birokrasi yang harus ditempuhnya adalah Marcel harus melapor ke 
> kepolisian, kelurahan, kecamatan, kabupaten, serta ke dinas kependudukan 
> propinsi. Terakhir, ia resah dengan masa depan kedua anaknya. Baik Sonya 
> maupun Yulian tak bisa menempuh pendidikan di sekolah negeri. Saat ini, 
> tuturnya, Sonya sudah masuk Play Group (Pra Taman kanak-kanak). "Nantinya, 
> secara tak langsung oleh dinas terkait, ia disarankan masuk sekolah 
> internasional. Itu biayanya mahal sekali Mas," keluhnya.
>
> Kedua anak blasteran inipun tak mempunyai hak waris tanah (properti) milik 
> ibunya. "Setelah lewat usia 18 tahun, kedua anak saya baru bisa memilih 
> kewarganegaraan. Tapi, apa jadinya kalau saya meninggal sebelum mereka 
> dewasa? Siapa yang akan mengurus mereka," ujarnya dengan mata 
> sendu.JBP/den/bie
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Yahoo! Groups Links
>
>   To visit your group on the web, go to:
> http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/
>
>   To unsubscribe from this group, send an email to:
> [EMAIL PROTECTED]
>
>   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
>
> ***************************************************************************
> Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia 
> yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
> ***************************************************************************
> __________________________________________________________________________
> Mohon Perhatian:
>
> 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
> 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
> 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru;
> 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
> 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
> 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> 



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke