http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=2028
Melihat Sisi "Gelap" Dunia Pendidikan Oleh Reza Fahmi MA Oleh admin padek 1 Rabu, 29-Juni-2005, 08:34:184 klik Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran yang nantinya diharapkan dapat membekalkan seorang individu ilmu pengetahuan. Kemudian melalui pendidikan juga seorang pribadi tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang memiliki integritas tinggi dan moralitas yang selalu menjunjung kebenaran sebagai bagian utama dalam kehidupan mereka. Memang tampaknya pemaparan pada bagian awal tulisan ini sangatlah ideal dalam memotret fenomena proses pendidikan secara utuh. Sungguh pun demikian tidak lah berarti bahwa idealisme pada siklus dan alur pendidikan (baca: input, proses dan output) sangat mustahil untuk dapat dicapai. Secara lebih khusus artikel ini menyoroti proses pendidikan yang berlangsung di sekolah menengah. Ini menjadi sangat penting diperbincangkan, mengingat masih banyaknya jenis pelanggaran etika dan moral pada penerapan proses pendidikan yang dijalankan. Walaupun demikian tidak bermakna bahwa pada level sekolah dasar dan perguruan tinggi tidak terdapat problematika yang kompleks sehubungan dengan permasalahan tersebut. Di samping itu menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003 lalu keluaran (output) yang dihasilkan oleh sekolah menengah juga memberikan sumbangan besar pada angka pengangguran terbuka di tanah air yaitu sebelas koma empat puluh satu persen (11,41%). Oleh karenanya pembenahan yang menyeleuruh terhadap proses penyelenggaran pendidikan di tingkat sekolah menengah menjadi sangat krusial. "Sisi Gelap" Dunia Pendidikan Selanjutnya ketika pendidikan dipandang sebagai sebuah proses maka, seringkali kita masih menemukan "sisi gelap" implementasinya. Di mana masih lagi terdapat selubung korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagai sebuah misalan; bagaimana kemudian masih adanya pungutan liar yang beraroma korupsi dilaksanakan oleh sekolah-sekolah menengah dalam menyelenggarakan ujian akhir nasional (UAN) dan ujian akhir sekolah (UAS) yang baru lalu dan ini tidak saja terjadi di pelbagai kawasan di Pulau Jawa semata dan bahkan juga menjalar ke provinsi lain di tanah air. Tidak berhenti sampai disana, bagaimana kolusi telah meluluskan keinginan para peserta didik (siswa/i) untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri tanpa tes melalui mekanisme Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), walaupun yang sejatinya mereka tidak layak untuk mengikuti program tersebut. Proses ini dimungkinkan melalui "mark-up" nilai rapor atau bahkan pada beberapa kasus yang lebih ekstrim adalah melalui penggantian seluruh nilai rapor dengan membuat rapor baru. Peristiwa sedemikian diterapkan bukan hanya pada sekolah-sekolah yang berada di kawasan pinggir kota, namun juga sekolah berkelas dengan kategori sekolah pilihan (favorite).. Keadaan ini wujud sebagai konsekuensi logis dari tuntutan lingkungan tentang produk hasil lembaga pendidikan, di mana lingkungan (masyarakat umum) menilai akuntabilitas sebuah institusi pendidikan salah satu-nya melalui aspek keluaram yang banyak sukses diterima masuk ke perguruan tinggi negeri. Selain itu bagi pihak penyelenggara pendidikan, hal ini juga merupakan prestise tersendiri pada masing-masing sekolah pada satu sisi. Sedangkan pada sisi lain menaikkan kredibilitas nilai sekolah di mata masyarakat. Sehingga hal sedemikian juga memiliki profit value bagi sekolah-sekolah swasta, dengan semakin banyaknya calon siswa yang mendaftar pada institusi pendidikan yang mereka kelola. Pola-pola pendongkrakan nilai tidak saja berjalan pada masa penseleksian siswa yang akan mengikuti program PMDK, tetapi juga terjadi pada waktu penghitungan hasil akhir ujian akhir nasional dan ujian akhir sekolah, yang akan berpengaruh pada pemberian surat keterangan lulus (STK) bagi para siswa peserta ujian. Pendongkrakan nilai dilakukan untuk membantu kelulusan nilai keseluruhan yang perlu dicapai oleh para siswa pada ujian akhir mereka berdasarkan standar pemerintah. Adapun fakta empirik dilapangan menunjukkan bahwa pendongkrakan nilai umumnya dilaksanakan pada hasil ujian praktik yang diselenggarakan oleh masing-masing sekolah. Lebih jauh pendongkrakan nilai pada ujian praktik tersebut mencapai angka spektakuler yang sempurna (10) bagi mata pelajaran tertentu, misal: mata pelajaran Pendidikan Agama (Data Laporan Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, 2004). Kebusukan lain yang berkaitan dengan pendongkrakan nilai juga berlangsung pada masa di mana seorang siswa akan di keluarkan oleh sebuah sekolah secara tidak terhormat (dipecat). Peristiwa sedemikian terjadi karena mutual aggreement antara pihak sekolah dengan orang tua atau wali siswa dalam "membantu" proses pemindahan anak didik tersebut supaya siswa tadi dapat diterima oleh sekolah lain. Belum lagi nepotisme memberikan hambatan yang berarti pada proses penilaian yang objektif bagi hasil evaluasi belajar siswa. Situasi ini terjadi karena anak-anak yang kebetulan orang tua mereka juga menjadi "aktor utama" dalam bidang pendidikan atau tenaga pendidik (guru atau pimpinan sekolah) dapat dengan mudah mengintervensi penilaian yang diberikan oleh rekan sejawat yang nota bene merupakan para guru bagi anak-anak mereka. Perasaan dan semangat kesatuan (korps) yang negatif tersebut, telah pun memberikan warna tersendiri bagi aspek netralitas penilaian hasil evaluasi belajar siswa. Kemudian menjadi sebuah ketidak adilan apabila, gambaran tentang "sisi gelap" dunia pendidikan di atas digeneralisasikan sebagai fakta yang berlaku pada seluruh sekolah menengah yang ada di bumi pertiwi. Akan tetapi tidak sedikit dari sekolah-sekolah menengah tadi mengalami permasalahan tersebut. Trobosan Kongkrit Apa yang berlaku pada dunia pendidikan kita hari ini, baik itu keberhasilan yang membanggakan seperti; semakin banyaknya peserta didik yang menerima penghargaan sebagai juara pada olimpiade ilmu pengetahuan (sains). Ataupun kebalikannya sisi buram seperti yang telah diuraikan di bagian terdahulu maka, semua itu merupakan dinamika proses pembangunan sumberdaya manusia yang kita hadapi. Hanya saja sisi positif yang dihasilkan dari perjuangan mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia melalui pendidikan perlu terus ditingkatkan. Sementara gambaran yang bersifat negatif dan telah memberikan noda hitam pada citra dunia pendidikan perlu dihapuskan. Kalaupun tidak mungkin dilaksanakan secara revolusioner, namun secara bertahap perlu direalisasikan, melalui berbagai trobosan konkrit berupa: (1) Memangkas mata rantai yang potensial memberikan kesempatan bagi terciptanya peristiwa korupsi, kolusi dan nepotisme. (2) Membangun mentalitas masyarakat yang bersih dari semangat korupsi, kolusi dan nepotisme, dengan memulainya dari dunia pendidikan sebagai garda terdepan. (3) Walaupun terdengar sudah agak klise tapi tetap merupakan bagian penting dalam pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme yakni aspek penegakkan supremasi hukum. Ini tidak semata dimaknakan dengan pemenjaraan dan pemberian hukuman seberat mungkin pada pelaku korupsi, kolusi dan nepotismne saja, tetapi juga memberikan apresiasi pada lembaga atau institusi yang memiliki tingkat penyimpangan (korupsi, kolusi dan nepotisme) terrendah. (4) Menjalin kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan institusi pendidikan, di mana kerjasama tersebut tidak sebatas "lips service", akan tetapi usaha saling bahu-membahu dalam menciptakan mekanisme kontrol di antara masing masing komponen negara bangsa (nation state) itu. Akhir sekali pembenahan korupsi, kolusi dan nepotisme hendaknya dimulai dari dunia pendidikan. Hal ini lebih dikarenakan melalui pendidikan maka, akan dilahirkan insan yang sepatutnya tidak berorientasi hedonistik dengan aliran matrialisme-nya serta memuja kekayaan duniawi dengan tanpa memperdulikan cara-cara yang ditempuh (menghalalkan segala cara) demi mencapai tujuan tersebut. Disamping itu pendidikan selayaknya membangun aspek moralitas dan etika masyarakat dan bukan justru meruntuhkannya. *Penulis adalah Kandidat Doktor Ilmu Pendidikan UNP [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/