Kemarin ketika ke Citarik, saya melewati daerah
Sukabumi di mana banyak pesantren di bangun. Setahu
saya Sukabumi adalah satu sumber dari air isi
ulang/air minum lainnya.

Yang aneh, di situ juga banyak berdiri pabrik2 besar
yang kemungkinan limbah kimianya dibuang melalui
kali/sungai yang ada di situ.

Nah ada tidak kemungkinan racunnya bukan dari alatnya,
tapi rembesan dari limbah kimia pabrik di sekitarnya?

--- irwank <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Pada tanggal 9/19/05, Ambon <[EMAIL PROTECTED]>
> menulis:
> > 
> > REFLEKSI: Kalau santri keracunan, lalu bagaimana
> dengan mereka yang bukan 
> > santri?
> 
> 
> Emangnya kenapa yang bukan santri, bos? :-p
> Bukannya kesalahan itu dari alat (sekedar) penjernih
> (dan bukan pengolahan) 
> air yang
> higienis?
> 
> Belajar dari pengalaman yang sudah" di Indonesia,
> biasanya pengadaan alat 
> baru
> sering dimanfaatkan para calo (baik yang modal cekak
> maupun yang kelas 
> atas),
> untuk mengambil keuntungan tanpa memikirkan resiko
> yang mungkin timbul.
> Rumus yang dipake, 'pokoknya'.. gak peduli ada
> mark-up biaya atau bahkan
> kegagalan alat sampai resiko kematian
> konsumen/pengguna.
> 
> Atau seperti pupuk (bagi pertanian).. Ada cerita
> soal petani yang tidak 
> menggunakan
> pupuk (yang sudah dibelinya - dengan harga yang
> mahal) semata" agar hasil 
> pertaniannya 
> kembali normal. Karena selama menggunakan pupuk
> bukannya hasil meningkat 
> malah 
> kian merosot. Sayangnya saya hanya mendapat info ini
> verbal. 
> Andaikan cerita ini benar, maka pola pengadaan
> barang (seperti di atas) 
> semakin jelas.
> 
> CMIIW..
> 
> Wassalam,
> 
> Irwan.K 
> 
>
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0905/19/0104.htm
> > 
> > Satu Siswa Pontren Ummul Quro Meninggal
> > Ratusan Santri Keracunan Air Minum
> > Bogor, (PR).-
> > Aris Munandar (11), siswa kelas 1 Tsanawiyah (SMP)
> Ummul Quro meninggal 
> > dunia diduga akibat wabah muntah berak (muntaber)
> yang terjadi di Pondok 
> > Pesantren (Pontren) Ummul Quro Al-Islami, Kampung
> Lalamping, Desa Luwimekar, 
> > Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor, Minggu (18/9).
> Jenazah Aris langsung dibawa 
> > pihak keluarga ke kampung halamannya di daerah
> Serang Banten. Sementara 115 
> > santri lainnya dalam kondisi kritis.
> > 
> > Penyebab wabah muntaber para santri tersebut
> diduga berawal dari air minum 
> > yang dihasilkan alat penjernih air di kompleks
> Pontren Ummul Quro. Sejak 
> > sebulan lalu, para santri tidak lagi memasak air
> dengan alat masak yang 
> > biasa digunakan.
> > 
> > Dengan pertimbangan agar lebih praktis, mereka
> menggunakan alat penjernih 
> > air baru. Merasa aman dan tidak ada gangguan,
> sejak itulah para santri 
> > mengonsumsi air yang disterilkan dari alat
> penjernih air tersebut. Semula, 
> > alat penjernih air itu berfungsi normal.
> > 
> > Dalam perkembangannya, air yang keluar dari alat
> itu lambat laun mulai 
> > keruh. Tapi para korban masih menggunakannya. Maka
> para santri yang 
> > mengonsumsi air tersebut mulai jatuh sakit.
> Mengetahui hal itu, pengurus 
> > Pondok Pesantren Ummul Quro segera membawa mereka
> ke puskesmas terdekat dan 
> > Rumah Sakit Marzoeki Mahdi (RSMM), Kel. Cilendek,
> Kec. Bogor Barat, Kota 
> > Bogor untuk mendapatkan pertolongan medis.
> > 
> > Untuk membuktikan jenis bakteri, pihak RS Marzoeki
> Mahdi Bogor telah 
> > mengirimkan sampel air minum tersebut ke
> Laboratorium Kesehatan Daerah 
> > (Labkesda) Bogor untuk diteliti. Sedangkan para
> korban dilarikan ke RSMM 
> > Bogor.
> > 
> > Menurut Kepala Puskesmas UPTD Leuwiliang dr. Sri
> Murawati, korban 
> > meninggal ini sudah masuk dalam kejadian luar
> biasa (KLB). "Kami sudah 
> > berusaha maksimal dengan memberikan pertolongan
> pada korban, namun jiwa Aris 
> > tidak tertolong karena sudah kehabisan cairan,"
> katanya.
> > 
> > Sri mengaku, dengan begitu banyaknya jumlah pasien
> muntaber dengan kondisi 
> > ruangan perawatan di Puskesmas Leuwiliang yang
> sangat terbatas, terpaksa 
> > sebagian pasien dirujuk ke tempat lain. Bahkan
> dari pantauan di lokasi, 
> > sebagian pasien terpaksa dirawat di bagian
> lorong-lorong puskesmas 
> > Leuwiliang. Kondisi serupa juga terlihat terjadi
> di sekolah (pontren) tempat 
> > merawat para korban.
> > 
> > Jumlah sebanyak 37 siswa dan siswi yang mengalami
> muntaber masih 
> > ditempatkan di dua buah ruangan kelas sekolah,
> sebagian dari mereka terlihat 
> > sudah ditemani keluarga masing-masing. "Kami terus
> terang sempat kewalahan, 
> > karena pasien terus bertambah. Akan tetapi saat
> ini kami sudah menerima 
> > bantuan obat-obatan dalam jumlah cukup. Bantuan
> itu kami terima dari 
> > puskesmas lain di sekitar wilayah ini dan juga
> bantuan obat-obatan maupun 
> > tenaga medis, mobil ambulans dari Dinas Kesehatan
> Kabupaten Bogor," 
> > ungkapnya.
> > 
> > Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan
> Lingkungan (P2KL) 
> > Kabupaten Bogor Dr. Sudadi ketika dihubungi
> melalui handphone-nya, Sabtu 
> > (18/9) petang mengatakan, dengan melihat begitu
> banyaknya jumlah korban dan 
> > satu orang telah meninggal, pihaknya dapat
> menetapkan wilayah Leuwiliang 
> > untuk saat ini telah masuk kategori KLB muntaber.
> Untuk itu, pihaknya akan 
> > terus melakukan pemantauan di lokasi. "Kami sudah
> kirim petugas ke lokasi. 
> > Saya besok pagi berencana bersama-sama petugas
> dari Dinas Kesehatan akan 
> > melihat langsung ke lokasi guna menentukan langkah
> dan penanganan 
> > selanjutnya," katanya.
> > 
> > Sudadi khawatir, jika kasus nuntaber yang terjadi
> di Leuwiliang itu tidak 
> > segera cepat ditangani akan dapat menyebar dan
> menambah jumlah korban.
> > 
> > Terasa Jumat
> > 
> > Sementara itu, menurut pengakuan dari salah satu
> korban, Desi Hariani 
> > (18), siswa kelas 2 Madrasah Aliyah (SMA) Ummul
> Quro mengaku, dirinya sudah 
> > mulai merasakan sakit perut dengan rasa mulas dan
> mual sejak Senin (12/9). 
> > Namun sakit itu terkadang hilang dengan
> sendirinya.
> > 
> > Dia bersama teman-temannya mengalami derita sakit
> perut yang luar biasa 
> > dibarengi rasa mual dan muntah, dan buang air
> besar beberapa kali sejak 
> > Jumat (16/9) malam. Desi sempat pingsan dan baru
> sadar ketika sudah dirawat 
> > di puskesmas. "Saya dan beberapa teman mulai
> merasakan sakit sejak hari 
> > Senin (12/9), kemudian pada Jumat (16/9) malam
> rasa sakit ini semakin 
> > bertambah. Sabtu (17/9) paginya saya sudah tidak
> tahu lagi. Tahu-tahu di 
> > sini (puskesmas-red.)," tuturnya.
> > 
> > Sementara Pimpinan Sekolah (Pontren) Ummul Quro
> Al-Islami K.H. Helmi Abdul 
> > Mubin mengatakan, pihaknya terpaksa menghentikan
> proses belajar-mengajar di 
> > sekolah sekaligus Pontren itu. Pihak sekolah juga
> langsung memulangkan 
> > seluruh siswa dan santri ke rumah masing-masing.
> Hal itu dimaksudkan untuk 
> > menghindari wabah penyakit dan menghilangkan
> trauma pada santri. "Para siswa 
> > di sini sudah kami izinkan pulang, bahkan sebagian
> sudah dijemput 
> > keluarganya masing-masing," katanya.
> > 
> > Sementara itu, hingga Minggu (18/9) petang,
> sebanyak 12 santri yang 
> > dirujuk ke RSMM Bogor masih dalam perawatan pihak
> dokter. Kondisi 12 santri 
> > tersebut belum menunjukkan perkembangan yang
> berarti. Bahkan dua santri, 
> > yaitu Maman (14), dan Samsul (14) dalam kondisi
> sangat kritis.
> > 
> > Menurut Dr. Khaerul Kalam dari RSMM Bogor,
> keduanya dalam kondisi kritis 
> > dan harus mendapatkan penanganan yang ekstra.
> Karena banyak cairan tubuh 
> > yang terkuras akibat muntaber
> tersebut.(D-26/D-32/B-65)***
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 


Ingin belajar Islam? Mari bergabung milis Media Dakwah
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]


                
__________________________________ 
Yahoo! Mail - PC Magazine Editors' Choice 2005 
http://mail.yahoo.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery.
http://us.click.yahoo.com/X3SVTD/izNLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke