http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/6/15/b1.htm
Dari Warung Global Interaktif Bali Post Pemerintah Belum Bisa Lepas dari Utang-- Aneh, Gaji Pegawai dan DPR Naik Terus INDONESIA belum bisa menghindar dari utang, meski sejumlah aset yang tersimpan di Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dijual, BUMN diprivatisasi, ataupun sejumlah rekening pemerintah digunakan, jumlahnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan negara yang begitu besar. Kalau utang terus, pemeritah seharusnya janganlah menaikkan gaji pegawai dan gaji DPR. Ini benar-benar aneh. Keanehan lain, Aceh belum sembuh dari luka dan Yogya sedang berduka, tetapi sayangnya pemerintah dengan tenang malah membantu Timor Leste, apa itu tidak aneh? Seharusnya, kalau pemerintah berutang diperlihatkan dengan membantu menciptakan lapangan kerja. Yang jadi masalah adalah saat pemerintah berutang rakyat tidak merasakan apa-apa. Penjualan kapal tanker dan penjualan BUMN itu kalau penggunaan uangnya benar, sebenarnya bisa untuk mencicil utang, tetapi ke mana uang tersebut? Demikian yang terungkap dalam acara Warung Global di Radio Global FM Bali yang direlai oleh Radio Singaraja FM dan Radio Genta Bali, Rabu (14/6) kemarin. Berikut rangkuman selengkapnya. ------------------------------------------ Pande di Pandak Gede mengatakan berutang memang tidak lepas dari kehidupan ini sepanjang manusia berpredikat sebagai makhluk sosial maka utang selalu ada dalam bentuk dan model yang berbeda seperti utang budi, utang uang, utang barang, utang tenaga, dan lain-lain. Negara di dunia bagaimana pun keadaannya dari yang maju atau tidak maju selalu berutang. Amerika dan Jepang yang maju ekonominya itu pun berutang. Ketika RI belum lepas dari utang itu sudah pasti karena Indonesia masih banyak punya masalah bencana dan lain-lain. Sekarang ini persoalannya utang harus dikelola dengan manajerial yang baik dan yang mengelola harus punya mental yang baik. Marbun di Denpasar mengungkapkan, baik atau buruk adalah negara kami, kalau memang ada yang menawari utang terima saja. Karena dari dulu Indonesia begitu percaya diri saat terima utang dan sekarang SDM yang mengelola itu harus baik. Biarpun yang mengelola profesor, tetapi kalau mental kurang baik akan percuma. Agung Purnawijaya di Denpasar begitu prihatin dengan kondisi negara. Dengan utang yang begitu banyak itu sama dengan kalau dirata-ratakan setiap penduduk Indonesia itu juga dibebani utang, termasuk bayi yang baru lahir sudah terkena utang sebanyak Rp 9 juta. Setiap ganti pemerintahan selalu dililit utang. Aceh belum sembuh dari luka dan Yogya sedang berduka, tetapi sayangnya pemerintah dengan tenang malah membantu Timor Leste, apa itu tidak aneh? Sebagai masyarakat bodoh, Agung menyatakan benar-benar tidak mengerti dengan kebijakan aneh ini dan sangat menyesalkan hal ini. Solusinya pemerintahan SBY harus lebih tegas lagi dengan pemberantasan korupsi dan kasus yang ada harus dituntaskan sampai 80 persen dan harta koruptor disita, itu akan membantu negara. Menurut Teken di Denpasar, Indonesia tidak bisa terlepas dari utang adalah kondisi sejak dulu. Apalagi sekarang, tambah parah. Kenapa dari dulu sampai sekarang pemerintahnya kebanyakan sukses berutang? Apalagi setiap presiden seleranya beda-beda, semakin tinggi seleranya semakin tinggi utangnya. Ia merasa yakin Indonesia tidak akan pernah bisa bayar utang walau Indonesia nanti makmur sekalipun, sebab semakin makmur kebutuhannya bertambah terus. Dengkek di Tabanan mengingatkan, janganlah memplintir kata dengan mengatakan Indonesia tidak bisa lepas dari utang. Bilang saja terus terang Indonesia tidak bisa bayar utang. Kalau tidak bisa bayar utang sebaiknya hukum di Indonesia diubah dengan menerapkan pada koruptor yaitu tidak usah dihukum penjara, te tapi sita saja hartanya. Daripada koruptor dihukum dilepas lagi dan bahkan ada yang lari ke luar negeri. Putu Suwena di Denpasar mengakui secara jujur sebagi rakyat kecil dirinya punya pikiran apakah BBM naik itu yang dulu untuk bayar utang atau tidak. Seharusnya kalau pemerintah berutang diperlihatkan dengan membantu menciptakan lapangan kerja. Yang jadi masalah adalah saat pemerintah berutang rakyat tidak merasakan apa-apa. Kak Nges di Jl. Ratna menambahkan, kalau Indonesia punya utang itu berarti sama dengan rakyat juga punya kewajiban bayar utang. Pemerintahan SBY atau pemerintahan sebelumnya semua sudah menikmati utang. BUMN yang dijual dan diprivatisasi katanya akan dipakai untuk bayar utang ternyata itu baru "akan". Made Jujur di Sanglah mengataan, dulu pernah ada pejabat IMF yang memberikan pernyataan akan memberikan bantuan kepada Indonesia dan ternyata pejabat Indonesia pada gembira semua dengan alasan masih dipercaya. Penjualan kapal tanker dan penjualan BUMN itu kalau penggunaan uangnya benar sebenarnya bisa untuk mencicil utang, tetapi ke mana uang tersebut? Bukankah uang itu juga bisa untuk mensejahterakan rakyat? Bagaimana dengan kelebihan dana subsidi BBM, uangnya lari ke mana? Mestinya juga untuk bayar utang. Dewa Winaya di Tabanan memberi solusi, lebih baik kurangi atau jangan berutang dan rakyat diajari hidup sederhana dan pemerintahlah yang memberi contoh. Betul sekali hasil penjualan BUMN dan tempo hari itu sangat bisa untuk bayar utang, tetapi kenapa tidak dilakukan? Sebenarnya apa sih kurangnya Indonesia, negaranya kaya tetapi tidak dikelola dengan baik. Sebenarnya kekayaan Indonesia yang ada saat ini bisa membuat Indonesia berdikari. Mangku Malet di Bangli menilai memang saat ini sangat susah untuk menyalahkan pejabat dengan kebijakannya, apalagi Wapres sudah mengajukan rancangan undang-undang untuk melindungi pejabat. Dagang bakso saja kalau utang bisa lunas karena kemauan ada untuk bayar utang. Dagang bakso saja suruh jadi pejabat. Coba saja kalau pemerintahan ini punya kemauan pasti bisa bayar utang. Kekayaan Propinsi Papua saja kalau dikelola dengan baik bisa untuk bayar utang Indonesia. Ini bukti memang pemerintah tidak ada kemauan besar. BUMN saja selalu dilaporkan merugi terus tidak ada yang dilaporkan untung. Pertamina dilaporkan rugi kemudian Indosat sewaktu Indonesia yang punya rugi, tetapi setelah dijual keluar untung. Nang Beod di Singaraja hanya mengingatkan satu pribahasa, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama, Indonesia mati meninggalkan utang. Menurut Agung Putra di Denpasar, kalau Indonesia berutang itu juga tidak lepas dari urusan komisi-komisian juga. Ini sebuah permainan tingkat tinggi. Yang mengherankan lagi kenapa Indonesia belum bisa bayar utang terus dijejali utang? Prinsip Swadeshi harus diterapkan. Sementara itu, Wayan di Sanur merasa heran pemerintah kalau utang terus seharusnya janganlah menaikkan gaji pegawai dan gaji DPR. Ini benar-benar aneh. Mobil dinas dijual saja karena tidak produktif dan rakyat naik gaji pakai apa? Kalau mau mengabdi pada negara mari perjuangkan rakyat dulu agar baik kehidupannya baru naikkan gaji pegawai negeri.* bram [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Home is just a click away. Make Yahoo! your home page now. http://us.click.yahoo.com/DHchtC/3FxNAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/