--- In "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Betuuuullll. Kebesaran bangsa Mesir membuat 
> kita semua tetap menyaksikan monument sejarah 
> masa lalu.
>

       betul pak,

       dengan memelihara kelestarian monumen-2
       Mesir kuno, kita bisa menimba ilmu dan
       juga sebagai pelajaran sejarah.
> 
> Kalau manusia, agama apa saja, mulai musyrik, 
> dan mendewakan materi, akan selalu terjadi. 
>
       benar, meskipun yang saya tulis ini
       menggunakan terminologi islam, saya
       rasa ada yang common dengan konsep
       ajaran moral pada agama lainnya.

> Bagaimana yang mendewakan rumah mewah, mobil 
> mewah dan harta?
>
       untuk menanggapi pertanyaan pak danar
       yang ini, perkenankan saya mengambil
       istilah-2 yang digunakan oleh Dr. Imaduddin
       Abdurrahim ("bang Imad) dalam bukunya:
       "Kuliah Tauhid" ( terbitan *pustaka* Salman Bdg).
       Buku ini menjadi pegangan resmi mata kuliah
       * Etika Islam * mahasiswa ITB pada era tahun 
       1970-1980 an
        
       Dalam buku tersebut, bang Imad menjelaskan
       bahwa kata "Ilah" (Ilahi) itu sebenarnya bisa
       berarti "segala sesuatu yang mendominasi diri
       kita", bisa orang, bisa materi, urusan, pekerjaan
       dan sebagainya.

       Nah, padalah setiap Muslim (katanya sih) sudah
       'bersumpah' dalam mengucapkan kalimat syahadat
        "La Ilaha Illa Allah" : Tidak ada "Ilah" kecuali
       Allah.

       Arti kalimah Syahadat tsb. kalo menggunakan terminologi
       bang Imad di atas adalah = "Tidak ada sesuatu pun
       yang 'boleh' mendominasi diri kita kecuali Allah".

       Tapi dalam kenyataan yang kita ilhat sehari-2 kan
       tidak begitu: Banyak sekali orang yang "membiarkan"
       dirinya didominasi oleh sesuatu yang lain selain
       Allah. Sesuatu yang lain itu bisa harta, tahta
       ( pangkat, kekuasaan, karir, ijazah, pengakuan,
         pujian ), "wanita" (isteri, suami, anak, 'pacar' ),
        maupun kesibukan-2/permainan-2/kesenangan-2 duniawi
        lainnya.

        Jadi - menjawab inti pertanyaan pak Danar, kalau
        ada seorang Muslim melakukan korupsi - mungkin
        dengan tujuan untuk menambah "take home" agar
        menyenangkan isterinya - itu pada dasarnya telah
        melakukan "kemusyrikan/mendua-kan Tuhan" pada
        skala tertentu. Jadi sebetulnya konsekuensi dari
        ajaran "Tauhid ( Wahid - Ahad - Tauhid : ajaran
        untuk meng Esa kan Tuhan secara "Mutlak" di atas
        segala nya ) itu tidak hanya vertikal tetapi
        juga horisontal.

        Jadi kalau Indonesia yang mayoritas Muslim itu
        masih korup, artinya ya sebetulnya sebagian besar
        bangsa Indonesia belum benar-2 ber "Tauhid"
        meng Esa kannya. Yang kita lihat dilakukan
        baru pada level meributkan "simbol/identitas/tribal"
        ke Tauhid an, dan bukan pada hakekat ke Tauhid
        an itu sendiri.

        ----( IM )-----------------------

> 
> salam
> 
> danardono
> 
> 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "imuchtarom" <imuchtarom@> wrote:
> >
> > 
> > 
> > pak DH,
> > 
> > Setidak-2 nya hal semacam itu kan engga 
> > terjadi di Mesir; Padahal ini negeri
> > kelahiran gerakan Ihwanul Muslimin.
> > 
> > Juga, padahal monumen-2 kuno di Mesir
> > itu -literally- monumen-2 buatan
> > dinastinya Fir'aun, simbol 'Pagan'isme
> > - yang secara simbolik telah dicoba
> > di'runtuh'kan oleh gerakan dakwahnya
> > nabi Musa (Moses).
> > 
> > Keyakinan saya, di masa ini, kekhawatiran
> > bahwa patung-2 atau monumen-2 kuno akan
> > menyebabkan kaum Muslim menjadi "musyrik"
> > saya rasa tidak pada tempatnya lagi. Karena
> > di jaman modern ini - dan sebetulnya juga
> > sejak dulu - yang lebih banyak mendominasi
> > diri manusia - sehingga "menyaingi" Tuhan
> > yang sebenarnya adalah object-2 dunia materi:
> > 
> > (1) harta
> > (2) tahta/karir/harga-diri/gengsi
> > (3) "wanita" / anggota keluarga
> > 
> > jenis berhala modern yang lebih mudah
> > melenakan manusia, sehingga lupa dari
> > Tuhan yang seharusnya.
> > 
> > Jenis "berhala" yang ini lebih susah
> > dihancurkan, karena memang umumnya
> > tidak berbentuk benda yang "gampang"
> > dan "nyaman" untuk dihancurkan; dan
> > umumnya sudah "menyatu/embedded" 
> > dalam kehidupan kita.
> > 
> >                 ***
> > 
> > Kabarnya patung Budha itu mau dicoba di
> > restorasi lagi:
> > 
> > http://www.endex.com/gf/buildings/liberty/worldstatues/.%
5CBamiyan%
> > 5Cbamiyan.htm
> > 
> > ----( IM )--------------------------------
> > 
> > 
> > --- In "RM Danardono HADINOTO" <rm_danardono@> wrote:
> > >
> > > --- In  "imuchtarom" <imuchtarom@> wrote:
> > > >
> > > > 
> > > > 
> > > >       mas Radityo,
> > > > 
> > > >       pertanyaan mengenai ada/tidaknya bukti sisa-2 tulang
> > > >       atau "fosil" gajah-gajah yang menurut kisah "the year
> > > >       of the elephants" mati sewaktu hendak digunakan untuk
> > > >       menyerbu Mekah ( sekitar 570 M ) memang sudah lama
> > > >       beredar di internet.
> > > > 
> > > 
> > > Untung hanya sisa sisa gajah,mas. Bukan bangunan tua seperti 
> candi 
> > > atau patung dewa, salah salah di ledakkan seperti nasib patung 
> > > Buddha yang ratusan tahun di Afganistan..
> > > 
> > > Salam
> > > 
> > > DH
> > >
> >
>


Reply via email to