mui banten juga bersikap dingin terhadap fatwa mui pusat
yang mengharamkan pluralisme.

mungkin banyak mui lain diam-diam bersikap seperti itu.
menarik untuk bahan tulisan.



At 04:49 PM 12/14/2007 +0700, you wrote:



>Saya juga mau ikut nimbrung nih.........
>
>Yang namanya fatwa, dalam tradisi hukum islam hanya mengikat kepada si
>pemberi fatwa itu sendiri, peminta fatwa dan individu atau masyarakat yang
>setuju terhadap fatwa itu. Hanya sebatas itu kekuatan hukum dari fatwa.
>Fatwa bukan termasuk hukum positif yang mengikat. Dalam hal presiden mau
>ikut dan nurut dengan fatwa ini bisa dimengerti karena MUI didirikan oleh
>negara dan siapapun yang duduk dalam kursi presiden seharusnya memang tunduk
>dan terikat terhadap fatwa tersebut. Bukankah bisa jadi pemerintah lah yang
>minta fatwa ke MUI? Masalah baru muncul apabila fatwa itu oleh negara
>dijadikan dasar untuk melakukan tindakan hukum atau fatwa itu oleh kelompok
>masyarakat yang setuju terhadap fatwa MUI dijadikan pembenaran untuk
>melakukan tindakan main hakim sendiri seperti apa yang dilakukan abdul
>hariss umarella beserta kelompoknya terhadap kelompok lain yang memiliki
>cara berbeda dalam berislam.
>
>Kalau orang semisal Gus Dur dan kawan-kawan dari islam liberal berang,
>menurut saya bisa sangat dimengerti. Karena untuk mengeluarkan sebuah fatwa,
>MUI seringkali mengabaikan dialog yang seimbang. Seperti yang dialami
>kawan-kawan Paramadina saat MUI mengeluarkan fatwa melarang peredaran buku
>fikih lintas Agama (FLA), sama sekali tidak ada dialog yang dilakukan oleh
>MUI ke Paramadina. Dalam kasus ahmadiyah pun menurut pengakuan kawan
>ahmadiyah mereka tidak pernah diajak berdialog oleh MUI.
>
>Selain itu, di dalam tubuh MUI pusat itu sendiri memang hanya diisi oleh
>orang-orang yang cenderung sama dari sisi pemikiran. Misalnya saja KH.
>Ma'ruf Amin, Prof. Dr. Ali Musthofa Ya'kub (Pakar di bidang Hadis), Prof.
>Dr. Huzaemah T Yanggo (Pakar hukum Islam), mereka adalah intelektual Islam
>yang berbeda metodologi dengan Gus Dur atau alm. Nurcholish Madjid misalnya
>dalam menyikapi berbagai persoalan umat. Ada baiknya memang MUI lebih
>membuka diri terhadap pemikir Islam yang berbeda garis pemikiran dengan MUI
>Pusat agar lebih cermat lagi dalam mengeluarkan sebuah fatwa.
>
>Ketika dulu MUI Pusat mengeluarkan fatwa melarang paham pluralisme dalam
>Islam, oleh MUI cabang Kota Cirebon itu ditanggapi dingin. Kebetulan Ketua
>MUI cirebon saat itu Almarhum Habib Muhammad bin Yahya adalah seorang ulama
>yang moderat. Ketika didatangi ormas-ormas Islam agar MUI Cirebon
>menindaklanjuti fatwa MUI Pusat tersebut dengan enteng sang habib menjawab,
>"itu kan fatwa MUI Pusat, bukan sikap MUI Cirebon". Nampaknya beliau ingin
>mengingatkan bahwa fatwa itu tidak mengikat kecuali kepada pemberi fatwa,
>peminta fatwa dan siapa yang setuju dengan fatwa itu. Maka, bagi kita yang
>tidak setuju dengan fatwa itu, ya kita abaikan saja fatwa MUI itu. Tokh
>tidak ada kewajiban bagi kita untuk mematuhi fatwa itu. Termasuk juga
>Ahmadiyah dan kelompok-kelompok lain yang dianggap sesat oleh MUI.
>
>Salam,
>
>Asnawi Ihsan
>
>_____
>
>From: <mailto:ppiindia%40yahoogroups.com>ppiindia@yahoogroups.com 
>[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
>Of ekka pn
>Sent: Friday, December 14, 2007 11:13 AM
>To: <mailto:ppiindia%40yahoogroups.com>ppiindia@yahoogroups.com
>Subject: Re: [ppiindia] Re: Kata Gus Dur: Presiden nurut sama MUI
>
>Mba Lina, gooood point!
>
>hehehe.
>
>Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED] <mailto:linadahlan%40yahoo.com> com> wrote:
>Iya lah. Kalau sesuatu institusi sudah didirikan atau suatu hukum
>sudah diciptakan, memang untuk dituruti atau ditegakkan fungsi dan
>aturannya. Kalau gak..ya bubarkan saja.
>Kalau banyak orang bodoh lalu banyak sok mau berpendapat, kan buat
>orang awam tambah bingung. Memangnya menjadi ulama atau pemimpin gak
>berat tanggung jawabnya? Saya sih simple aja deh. main kan peran
>kita masing2 dengan baik. Kalau kita MUI yang kerjanya memang harus
>mengeluarkan fatwa, ya keluarkan fatwa. Jangan jadi orang bingung
>yang gak punya pendirian. Begini takut begono takut.
>Kalau kita cuma masyarakat awam yang memang harus patuh pada
>pemimpinnya, ya patuh. Kalo gak bisa ya cari aja pemimpin alternativ
>lain atau kalau gak bisa ngapa2in ya diam or ngoceh di milis-milis.
>Jangan buat orang awam bingung dan resah.
>
>Nagapin juga ibu2 dikerahkan untuk urusan begitu. Emangnya bapak2nya
>yang gagah pada kemana. Mengapa ngumpet dibalik ketiak ibu2?? Ini
>kan cuma konsumsi politik supaya dapat dinilai or memberi kesan tuh
>liat pemerintah 'brangas'!, tuh liat akibat fatwa MUI.
>
>Saya kira kita harus menghargai hukum yang berlaku disuatu negara.
>Kalau di Amerika (yg terkenal dgn segala FREEDOM) katanya mesjid
>Ahmadiyah saja tidak boleh berdiri sampe sekarang, ya kita hormati
>itu. Mereka gak mau warganya resah!. Ato memang belum ada keperluan
>politiknya. Karena yang punya keperluan politik dengan ahmadiyah
>adalah Inggris, untuk melanggengkan penjajahan Inggris atas India
>dahulu.
>
>Saya kira juga pemerintah maupun MUI tidak mengambil tindakan
>penghancuran, pengusiran kepada rumah ibadah dan tempat tinggal
>serta pengikut Ahmadiyah. Yang melakukan adalah orang2 yang bingung
>dan resah bahkan bodoh. Setahu saya rumah ibadah tsb disegel
>pemerintah dengan alasan untuk menghindari amukan masa yang resah
>dan bingung.
>
>Kembali kepada judul:"...:Presiden nurut sama MUI, Saya nurut sama
>tukang pijit saya ato pembisik saya aja!"
>
>--- In [EMAIL PROTECTED] <mailto:ppiindia%40yahoogroups.com> s.com,
>Freedom Of Mind
><[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > MUI emang harus didengerin donk..pasti itu...
> >
> > wong MUI adalah institusi ulama di indonesia, mau fatwa salah ato
>bener yang penting MUI harus didengerin.., seperti bu lina bilang
>dibawah ini andaikan fatwa salah, biarlah itu menjadi tanggung jawab
>para ulama yang tergabung disitu. yang terpenting umat harus
>mendengarkan MUI.
> >
> > apalagi seperti bu lina bilang keberadaan MUI masih diperlukan
>karena masih banyak orang bodoh dan awam soal agama tapi mereka
>masih peduli dengan agamanya, mereka perlu MUI lah, toh andaikan
>fatwa salah mereka juga harus dengerin (apalagi kalo masih bodoh dan
>awam..yah mana ngerti juga kalo fatwa salah), tapi gak ada masalah
>kok biar kalo salah mejadi tangung jawab para ulama di MUI.
> >
> > untuk pemerintah, mudah2 pemerintah tetap menghormati dan
>mendengarkan MUI lah..., wong MUI semuanya ulama..., aparat
>pemerintah kan bukan ahli agama.., contohnya untuk kasus
>ahmadiyah.., yah pemerintah harus mendengarkan MUI, dengan menindak
>dengan tegas antek2 ahmadiyah.., tangkap ustad2 ahmadiyah beserta
>pengikutnya, robohkan tempat ibadahnya, kalo pun ahmadiyah pake
>barikade ibu2 sebagai barikade hidup untuk mengahalangi pemerintah
>dalam melaksanakan fatwa MUI untuk memasuki dan merobohkan rumah
>ibadah ahmadiyah, pemerintah harus menindak keras, terjang aja tuh
>ibu2.....demi fatwa MUI. demi tegaknya rambu2 moralitas umat yang
>telah dijaga oleh MUI selama ini.
> >
> > kalo di sini, gak jamin deh keselamatannya. itu bapak2, ibu2,
>anak2 kecil dan semua golongan kaum ahmadiyah mending daripada bikin
>onar disini, dan mending diusir dari indonesia. kan mereka juga gak
>bisa beribadah juga disini.
> >
> > mending tuh orang2 ahmadiyah, diusir ato deportasi ke negara2
>kafir, mungkin mereka bisa diterima dengan baik dan bisa menjalankan
>ibadahnya disana.
> >
> > lebih baik mereka diusir aja. demi keselamatan dan kesejahteraan
>umat muslim di indonesia.
> >
> > untung ada MUI, penjaga moralitas muslim di indonesia. fatwa MUI
>bener2 menggugah banget deh.
> >
> >
> >
> > ----- Original Message ----
> > From: Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED] <mailto:ppiindia%40yahoogroups.com> s.com
> > Sent: Thursday, December 13, 2007 5:42:03 PM
> > Subject: [ppiindia] Re: Kata Gus Dur: Presiden nurut sama MUI
> >
> > "Tanyalah sesuatu kepada ahlinya"! itu sebuah nasehat dari kitab
> > suci ato sunah ?(cmiiw). Jadi, kalo presiden menanyakan soal agama
> > ya tanyalah kepada suatu institusi kumpulan ulama agama tsb.
>Dimana
> > salahnya? Andaikan fatwa MUI itu salah, biarlah itu menjadi
>tanggung
> > jawab para ulama yang tergabung disitu.
> >
> > Kebaradaan MUI di Indonesia ini, saya rasa masih diperlukan karena
> > memang masih banyak orang bodoh dan awam soal agama tapi mereka
> > masih peduli dengan agama (Islam)nya.
> >
> > Tinggal bagaimana sekarang pemerintah (plus aparat hukumnya)
> > menyikap fatwa-fatwa tsb beserta akibatnya yang akan timbul
>menurut
> > hukum yang berlaku dinegara ini.
> >
> > --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, Freedom Of Mind
> > <freedom.of_ mind@> wrote:
> > >
> > > bener banget,
> > >
> > > MUI kudu di denger lah, wong MUI itu produk orde baru Yang
> > Dipertuan Soeharto..., apalagi sekarang masih banyak produk orde
> > baru yang masih eksis dan didengerin omongannya sama rakyat
> > indonesia. yah..salah satunya MUI.
> > >
> > > jadi si Gus dur nih ada2 aja..., ngapain sih pake toleransi
> > sgala.., wong toleransi, demokrasi dan persamaan hak setiap
>manusia
> > itu kan produk orang kafir, justru dengan Gus dur mempraktekkan
> > toleransi, demokrasi dan persamaan hak setiap manusia sama aja
> > memangkas rambu-rambu moral yang selama ini dijaga oleh MUI.
> > >
> > > makanya rambu-rambu moralitas MUI harus tetap ditegakkan, supaya
> > umat tetap didalam koridor rambu2 moralitas nya MUI.
> > >
> > > yang berbeda dengan MUI justru harus di bablas habis...,
> > ahmadiyah atau siapapun yang berbeda..
> > >
> > > yang berbeda harus dibablas..., tegakkan rambu2 moralitas.
> > >
> > > stop toleransi, demokrasi dan persamaan hak setiap manusia
>karena
> > cuman produk orang kafir dan merusak moralitas umat.
> > >
> > >
> > > salam kebablasan.. .
> > >
> > >
> > > ----- Original Message ----
> > > From: Rulita Damayanti <rulita_dm2000@ ...>
> > > To: "[EMAIL PROTECTED] s.com" <[EMAIL PROTECTED] s.com>
> > > Sent: Thursday, December 13, 2007 1:19:48 PM
> > > Subject: [ppiindia] Kata Gus Dur: Presiden nurut sama MUI
> > >
> > > Kalau para ulama secara kolektif bermusyawarah untuk memunculkan
> > fatwa demi kepentingan umat terus ndak diikuti, lah khan percuma
> > institusi ini didirikan! Terus mau diapain negeri ini, kalau rambu-
> > rambu moral dipangkas!
> > >
> > > Berikut pernyataan gus dur dalam kemasan berita dari gusdur.net,
> > semoga kita tidak ketularan virus &quot;kebablasan
>toleransi&quot; .
> > >
> > > Salam
> > > RDM
> > >
> > > Membebaskan Diri dari Menghukumi Orang
> > >
> > > Jakarta, gusdur.net (<http://www.gusdur.>http://www.gusdur. net)
> > >
> > > KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengatakan menjaga kemerdekaan
>dari
> > segala bentuk penjajahan adalah sangat penting. Bahkan dia
> > mengingatkan, bahwa orang mudah sekali menjadi penjajah orang lain
> > tanpa disadari..
> > >
> > > Demikian Gus Dur dalam Halal bi Halal Lintas Iman; Menuju
> > Indonesia Tanpa Kekerasan, di Aula Universitas Paramadina Mulya,
> > Jumat (9/11/07) malam.
> > > Penjajahan yang dimaksud Gus Dur bisa terjadi dalam ranah apa
> > saja. Misalnya keluarga.
> > > "Saya ini termasuk generasi yang sial. Waktu anak-anak dijajah
> > orang tua. Habis itu dijajah anak. Kapan saya bisa jadi penjajah?"
> > seloroh Gus Dur mengutip kata-kata pamannya, KH. Yusuf Hasyim.
> > > Dia mengaku merasa bahagia dapat hadir dalam acara itu karena
>bisa
> > berada di tengah-tengah orang-orang yang seperjeuangan. "Dengan
> > orang dan teman-teman yang menjaga kemerdekaan dari penjajahan
>dalam
> > segala bentuknya," tutur Gus Dur disambut gemuruh tepuk tangan.
> > > Dalam kesempatan itu, Gus Dur menilai Presiden Susilo Bambang
> > Yudhoyono sedang tersesat karena Fatwa Majlis Ulama Indonesia
>(MUI)
> > dijadikan acuan dalam keputusan negara. "Dia menerima hasil
> > keputusan MUI yang menganggap bahwa ada (aliran) yang tersesat,"
> > tegasnya.
> > > Padahal MUI, menurut Gus Dur, juga tersesat karena tidak mau
> > mempelajari persoalan lebih dulu sebelum memutuskan pendapat. "Ini
>`
> > kan kesesatan yang paling besar."
> > > Perbedaan dalam berbagai hal termasuk aliran dan agama, kata
> > mantan Presiden RI ini, sebaiknya diterima karena itu bukan
>sesuatu
> > masalah.
> > > Jika sudah bisa menerima perbedaan maka akan lebih terbuka dalam
> > berdialog, bahkan kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang
> > dilontarkan seorang kyai, bhiksu, dan pendeta.
> > > "Pendeta mengatakan; Kami dekat sekali dengan Tuhan. Jadi kami
> > memangil Tuhan Anak, Tuhan Bapak. Si bhiksu menimpali; Kami juga
> > dekat. Bukan manggil Bapak, tapi Om. Lha bagaimana dengan Anda,
>pak
> > kyai? Pak Kyai menjawab; Boro-boro deket, manggil-nya aja mesti
>pake
> > menara," urai Gus Dur diiringi tawa seisi ruangan.
> > > Dalam hal perbedaan aliran, Gus Dur juga mengkritik penyesatan
>MUI
> > Tasikmalaya terhadap aliran Wahidiyah.
> > > Padahal Gus Dur pernah diajak ke tempat pendiri Wahidiyah KH
>Abdul
> > Majid tiga kali oleh kakeknya, KH Bisri Syansuri, salah satu ahli
> > fikih di Nahdlatul Ulama.
> > > "Kyai Bisri sendiri tidak pernah memberikan komentar apa-apa,
> > termasuk soal sesat tidaknya aliran tersebut," ungkap Gus Dur.
> > > Karena itulah Gus Dur mengikuti sikap itu. "Sikap membebaskan
>diri
> > dari menghukumi orang."
> > > Menurut Gus Dur, Tuhan lah yang menciptakan ke-bhineka-an, salah
> > satunya adalah dengan adanya Firman Allah Saw `lakum dinukum wa
>liya
> > din' (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).
> > > "Tiap orang berhak memiliki keyakinan sendiri," pungkasnya.
> > >
> > > ____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
> > > Sent from Yahoo! Mail - a smarter inbox 
> <http://uk.mail.>http://uk.mail. yahoo.com
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > >
> > ____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
> > ____________ ___
> > > Be a better friend, newshound, and
> > > know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
> > <http://mobile.>http://mobile. yahoo..com/ ;_ylt=Ahu06i62sR 
> 8HDtDypao8Wcj9tA cJ
> > >
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
>__________________________________________________________
>_______________
> > Never miss a thing. Make Yahoo your home page.
> > <http://www.yahoo.>http://www.yahoo. <http://www.yahoo.com/r/hs> com/r/hs
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
>Send instant messages to your online friends 
><http://uk.messenger>http://uk.messenger
><http://uk.messenger.yahoo.com> .yahoo.com
>
>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>[Non-text portions of this message have been removed]
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke