Lucunya, konsep socio-democratie dan idee idee bung Karno itu terwujudkan, tanpa banyak omong dan pidato, di-negara negara barat yang pada umumnya dicap kapitalis: Swedia, Denmark dan Norwegia.
Yang kaya dipajaki heibatt, yang tak mamu ter-cover fully oleh fasilitas negara: pendidikan, kesehatan, jaminan hari tua, gaji minimal yang mampu mensejahterakan (bukan membuat manusia mati segan, hidup tak mampu), jalan raya, perumahan sosial. Bahkan pengungsi pelarian dari wilayah TimTeng yang jilbaban (jadi tak seagama dan tak sebudaya) dan gak mampu bahasa setempat, ak ik uk, langsung mendapat pekerjaan, perumahaan dan santunan. hayo opo tumon? Ini tanpa sila silaan, tanpa manifesto manifaestoan, tetapi just do it! Monggo mas main main kesana. Salam danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, "yanri" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kepemimpinan bukanlah dengan membuat semua orang senang. > Kepemimpinan adalah seni dan ketegasan menunjuk dan mencapai horizon. > penindasan tidak harus terjadi, juga pula tirani minoritas. > maka dari itu tidak ada kata demokrasi an sich dalam Pembukaan UUD > 1945,karena > > memang bukan itu yang dipilih untuk mencapai tujuan oleh founding > fathers. > > Bung Karno dalam 1 Juni 1945 mengatakan,Fair Play!! > yang kecil hendaknya tidak menyandung, kalah menang itu hal yang > biasa. > Yang besar hendaknya tidak menindas, melainkan berdiri diatas semua > golongan. > Bukan yang 1 menolak yang 1000.Bukan yang 19 juta menjerembabkan yang > 230 juta! > > Fair play kata Bung karno... > Fair play berarti ada yang menang dan harus ada yang kalah. > yang menang menggenapi yang kalah menghormati! > Bulat air di pembuluh, bulat kata di mufakat, itu kata kami di dusun. > > makanya demokrasi Indonesia bukan demokrasi yang 1 menindas yang 1000. > demokrasi kita adalah yang 1000 menggenapkan yang 1... > demokrasi kita adalah demokrasi yang membenarkan yang banyak.... > demokrasi kita adalah demokrasi yang mencari kemenangan orang yang > banyak.. > bukan demokrasi yang membuat yang banyak pecah terkoyak koyak oleh > yang kecil yang tidak menerima kalah itu sebagai hal yang "fair > play...!!!" > > Fair play kata Bung Karno. > Baca lagi lebih jauh, maka Bung Karno menunjukkan fair play dalam hal > PERSENTASI...bukan KUALITATIF semata! > bukan pluralitas tapi bhinneka!! > > Demokrasi kita makanya bukan demokrasi yang membenarkan tiranisme > minoritas. > Demokrasi bukan demokrasi yang bablas..yang 1 menjajah 1000. > Demokrasi kita lebih matang, karena ada kewajiban yang kalah memberi > kesempatan > > yang menang untuk berbuat. > Demokrasi kita berarti yang kecil mengalah untuk hal yang lebih besar. > Ini seni memimpin. > Pemimpin menunjukkan kemana arah cakrawala, sementara para ketua > partai menentukan cara mencapainya. > Pemimpin mengatakan kata "MENGAPA", sementara para Ketua menentukan " > BAGAIMANA"... > Tiadalah tiap tiap rakyat orang seorang berhak menunjukan "mengapa > dan bagaimana"-nya seenak perutnya sendiri... > konsekuensi bernegara dan ber-demokrasiIndonesia adalah MENERIMA > MUFAKAT dan mengikuti kepemimpinan. > > > itu musyawarah untuk mufakat. > partisan yang kecil, turutlah pada kesepakatan yang lebih besar... > kau yang sedikit, jangan menghalangi tujuan bersama... > > dan yang terpenting, > kau yang besar, pertimbangkanlah keadilan untuk yang semua...keadilan > untuk pihak yang besar terlebih dahulu...jangan ada yang kepentingan > golongan. > > Maka itu, kalau harus mencari keadilan, carilah keadilan untuk yang > 230 juta terutama sekali.... > > itu dia S O S I O D E M O K R A S I > > Merdeka!!! > > > Yanri,- >