assalamualikum,

maaf mbak, saya lupa, namanya jg manusia tempatnya salah. 
saya jg dah coba menghubungi penulisnya via multiply tp blm sukses,
error trus nih.
hehe..saya jg muslim yg ga tahu apa2, bukan anggota partai, ormas
apapun. Saya di sini cuma ingin 'membela' islam dg kapasitas
pengetahuan saya yg ala kadarnya ini. Target saya adalah orang2
liberal dg pemikirannya (baca: kesesatannya). Mudah2an mbak paham
maksud saya. Sekarang perang pemikiran sedang berkecamuk dg hebatnya,
mereka menggunakan media & dana yg besar, mampu memobilisasi hawa
nafsunya dg baik, tp saya bersyukur msh byk orang2 lulusan skolah
agama yg berjuang demi agama ini, contohnya mas akmal (ada byk yg
lainnya). HAti2 mbak dlm belajar & membaca artikel, krn byk orang yg
hobi membela kesesatan & melemahkan nilai kebaikan, kebalikan dari
prinsip islam 'amar ma'ruf nahi mungkar'. Parahnya mereka tdk segan2
menyandang nama2 islami, berskolah2 islami dll. Naudzubillah..


wassalamuaikum,


--- In ppiindia@yahoogroups.com, indah nuritasari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Wa alaikum salam,
>  
> bung Pitung terima kasih atas jawaban Anda. Lain kali, kan lebih
enak kalau nama penulis langsung ditaruh di bawah tulisan-tulisannya?
Tulisan itu kan karya intelektual, menjadi kebanggaan kan kalau nama
Anda tertera sebagai penuangnya?
>  
> Saya bukan anggota JIL, FPI atau apapun. Saya orang biasa-biasa saja
yang sedang mempelajari Islam. 
>  
> Saya sendiri bukan termasuk orang yang gemar berdiskusi lewat milis.
Saya cuma penikmat tulisan-tulisan yang masuk lewat milis, dan
mengomentarinya jika kebetulan itu sesuai dengan bidang saya.
>  
> salam,
>  
> Indah
> 
> 
>  
>  
> 
> 
> 
> 
> --- On Thu, 6/19/08, sipitung68 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> From: sipitung68 <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Buat si Pitung Re: [ppiindia] Lucunya JIL
> To: ppiindia@yahoogroups.com
> Date: Thursday, June 19, 2008, 9:15 AM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> assalamualaikum,
> 
> sebenarnya mudah saja utk mengetahui nama penulis, tinggal googling
> saja langsung beres :).
> Tdk ada yg saya sembunyikan koq mbak, mbak bs klik
> http://akmal. multiply. com/journal/ item/230
> silahkan ditanggapi, langsung ke jurnalnya atau di milist ini, bebas2
> aja koq.
> Oh iya, maaf nih, mbak ini termasuk anggota JIL atau orang netral,
> maaf ni langsung to the point, abis di sini byk orang dg nama islam tp
> ga islami, lucu bgt tu hehe..
> oh iya saya jd mau tahu hadist Rasulullah saw, 'perbedaan adalah
> rahmat', hadist riwayat siapa ya? tolong mbak kutipkan HR&nomernya,
> maklum saya orang kampung.
> 
> wasalamualaikum,
> 
> --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, indah nuritasari <nuritasari@ ...>
wrote:
> >
> > 
> > Bung Pitung, 
> > 
> > tulisan-tulisan yang Anda kirim ke milis ini cukup lumayan, dalam
> artian si penulis sudah melakukan sedikit riset dan berupaya
> menuliskannya dengan bahasa yang runut. Sayangnya, ada kelemahan
> mendasar di sana: tidak ada nama penulisnya dan kesimpulan yang
> diberikan si penulis kesannya menggampangkan masalah dan mudah 
> menuding kelemahan orang yang bersebrangan ide dengannya. 
> > 
> > Saya menikmati tulisan-tulisan yang Anda kirim, bung Pitung, tapi
> mohon berikan nama sang penulis supaya orang-orang yang dikritiknya
> pun mau memberi tanggapan. 
> > 
> > Kalau Anda yakin ide Anda bagus, kenapa mesti sembunyi? Kata
> Rasulullah, perbedaan itu adalah rahmah, jadi jangan memimpikan Islam
> yang monolitik.
> > 
> > salam dari penikmat tulisan-tulisan Anda,
> > 
> > Indah
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > --- On Wed, 6/18/08, sipitung68 <sipitung68@ ...> wrote:
> > 
> > From: sipitung68 <sipitung68@ ...>
> > Subject: [ppiindia] Lucunya JIL
> > To: [EMAIL PROTECTED] s.com
> > Date: Wednesday, June 18, 2008, 11:41 PM
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > judulnya bs diganti dg LICIKnya JIL, gmana?
> > 
> > Lucunya JIL 
> > May 8, '06 8:49 AM
> > for everyone
> > 
> > assalaamu'alaikum wr. wb.
> > 
> > Barangkali judul artikel ini mengingatkan Anda pada tulisan saya yang
> > lain yang berjudul "Lucunya Gus Dur". Judul ini memang sengaja
> > dipilih untuk menunjukkan hubungan di antara kedua artikel, karena
> > memang tulisan yang sedang Anda baca ini bisa dibilang merupakan
> > sebuah artikel lanjutan.
> > 
> > Alkisah, Jaringan Islam Liberal (JIL) menggunakan internet sebagai
> > salah satu sarana propagandanya. Selain internet, mereka juga
> > memiliki jaringan siaran radio, diskusi bulanan, mengisi kolom-kolom
> > di media massa, dan sebagainya. Menggunakan internet adalah sebuah
> > langkah strategis di jaman serba high-tech seperti sekarang ini, dan
> > tentu saja JIL tidak mau ketinggalan. Maka dibuatlah sebuah homepage
> > resmi sebagai corong utama JIL di dunia maya.
> > 
> > Homepage tersebut kemudian diisi secara berkala dengan berbagai
> > tulisan dari para pentolan JIL atau orang-orang yang sejalan dengan
> > pemikiran mereka, misalnya Ulil Abshar Abdalla, Pradana Boy Z. T. F.,
> > Saiful Mujani, dan sebagainya. Selain itu, ia juga dilengkapi dengan
> > berbagai wawancara kepada tokoh-tokoh masyarakat yang – tentu saja –
> > memiliki haluan serupa dengan JIL. Contoh dari tokoh-tokoh tersebut
> > adalah Gus Dur, Djohan Effendi dan Budhy Munawar Rachman.
> > 
> > Semua artikel yang dimuat pada situs tersebut sebenarnya terbuka untuk
> > dikritisi dan ditanggapi. Di bawah setiap artikel terdapat form
> > tanggapan yang bisa diisi oleh siapa saja. Pemberian form tanggapan
> > ini sesuai dengan paham `liberal' yang dipegang teguh oleh JIL, karena
> > salah satu poin penting dari liberalisme adalah kebebasan berpendapat.
> > Tanggapan yang muncul tidak hanya yang mendukung atau memberikan
> > respon positif terhadap artikel-artikel tersebut, namun ada juga
> > beberapa yang menentang.
> > 
> > Sepintas kelihatannya sangat sportif. Namun tahukah Anda bahwa
> > tanggapan-tanggapan itu sebenarnya hanya bisa terlihat dalam situs
> > tersebut setelah melalui proses editing terlebih dahulu? Sebenarnya
> > wajar saja, karena bisa jadi ada orang yang memberikan tanggapan yang
> > kurang intelek, misalnya dengan kata-kata kotor yang tidak pantas
> > diperlihatkan dalam sebuah forum diskusi ilmiah. Tanggapan semacam
> > ini memang sudah seharusnya diedit tanpa ampun. 
> > 
> > Akan tetapi, masalahnya tidak sesederhana itu. Seorang rekan telah
> > beberapa kali mengirimkan artikel-artikel tulisan saya sebagai
> > tanggapan, namun tak satu pun yang muncul. Padahal, sejauh ini, saya
> > tidak pernah menggunakan kata-kata kasar dan kotor. Saya selalu
> > menyampaikan argumen dengan berbagai bukti ilmiah. Apa dinyana,
> > tulisan-tulisan saya selalu dibantai habis di meja editor homepage
JIL.
> > 
> > Baru-baru ini ada sebuah `insiden' yang lebih menarik lagi, berkaitan
> > dengan artikel saya yang terdahulu yang berjudul "Lucunya Gus Dur". 
> > Salah satu poin menarik yang saya sorot dalam artikel tersebut adalah
> > bagaimana Gus Dur secara terang-terangan menyebut Al-Qur'an sebagai
> > kitab suci paling porno di dunia dalam sebuah sesi wawancara dengan
> > kru JIL. Sebuah pernyataan yang amat berani, bukan?
> > 
> > Serunya lagi, seorang kawan tiba-tiba memberi tahu saya bahwa
> > pernyataan Gus Dur yang satu itu sekarang sudah dihapus dari liputan
> > wawancara tersebut. Setelah saya cek, ternyata memang benar demikiana
> > adanya. Luar biasa! Beginilah wajah liberalisme yang mereka
> > tawarkan. Jadi, liberalisme adalah kebebasan sebebas-bebasnya,
> > termasuk bebas menutup-nutupi kebenaran demi kepentingan sendiri,
> > kebebasan untuk mencela Al-Qur'an tanpa bukti yang cerdas, kebebasan
> > untuk menggunakan gelar `Gus' sesuka hati, kebebasan untuk menghalangi
> > kebebasan orang lain, dan kebebasan untuk menutup mulut mereka yang
> > tidak sejalan dengan pendapat kita. Luar biasa!
> > 
> > Kalau boleh saya menyarankan, sebaiknya JIL berganti nama saja, karena
> > sikap mereka sudah tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai kebebasan. 
> > Pertama, sebaiknya mereka menghilangkan kata `Islam' dari namanya,
> > karena mereka sendiri mengakui bahwa pintu ijtihad dalam hal apa pun
> > dibuka selebar-lebarnya. Artinya, segala prinsip dalam agama Islam
> > bisa diubah berdasarkan ijtihad belaka. Besok-besok, barangkali nama
> > Allah pun mereka ganti karena ijtihad seorang tukang becak yang sedang
> > bermain togel di pinggir jalan. Atau barangkali Asmaul Husna hendak
> > mereka pangkas jumlahnya menjadi dua puluh saja berdasarkan ilham
> > (yang mereka sebut sebagai ijtihad) yang didapat ketika sedang onani.
> > Jangan heran, ya! Kepercayaan Pagan di masa lalu memang benar-benar
> > menganggap bahwa saat orgasme adalah kondisi ketika aspek spiritual
> > manusia mencapai tahapan yang paling religius. Bisa jadi orang-orang
> > liberalis juga sependapat dengan hal ini.
> > 
> > Setelah melepaskan diri benar-benar dari identitas Islamnya, maka hal
> > berikutnya yang perlu dilakukan adalah dengan membuang jauh-jauh
> > sebutan `liberal'. Sebaiknya mereka menggunakan predikat lain yang
> > lebih cocok, misalnya fanatisme (karena terbukti mereka memang fanatik
> > buta tanpa memperhatikan bukti-bukti yang ilmiah), taqlid buta (karena
> > mereka memang taqlid buta terhadap beberapa orang, misalnya Gus Dur,
> > Cak Nur, atau Ulil Abshar Abdalla), diktator (karena mereka gemar
> > memaksa orang lain untuk setuju pada pendapatnya dan menghapus semua
> > pendapat yang menentang), hipokrit (apa perlu lagi saya jelaskan?),
> > atau atheisme (karena peran Tuhan bisa mereka kesampingkan dengan
> > ijtihad manusia). 
> > 
> > Yah, ini hanya sekedar saran. Saya sangat maklum kalau mereka tidak
> > mau mendengarkannya. Sudah sejak dulu mereka bersikap seperti itu. 
> > Saya tidak akan kaget kalau mereka menutup telinga rapat-rapat dari
> > seruan ini.
> > 
> > wassalaamu'alaikum wr. wb.
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to