Salam,

Terima kasih atas informasinya. Sebagai warga Indonesia saya merasa 
keIndonesiaan saya lengkap jika berada di tengah beragam-ragam 
saudara yang berlatar-belakang berbeda-beda.

Saya belajar filsafat pada buku-buku Romo Magnis Suseno
Saya belajar nilai-nilai kemanusiaan dan hati nurani pada Romo Mangun
Saya sangat menikmati sajian tafsir Al Misbah oleh KH Quraish Sihab 
di Metro TV
Saya belajar keimanan yang nyantai kepada Gus Mus (KH Mustofa Bisri) 

Saya mengikuti paparan ekonomi dari Prof. DR. Kwik Kian Gie 
Saya belajar sejarah dan menikmati masakan Ong Hok Kam di Kompleks 
PWI Cipinang, Jakarta Timur.
Saya berguru seni film dan teater pada oom Steve Liem Teguh Karya.

Dan saya tidak menutupi kenyataan bahwa para penindas, penguasa 
lalim, koruptor dan mereka yang ditengarai telah menjual aset-aset 
negara justru kaum pribumi, putra bangsa, kelahiran dan keturunan 
Indonesia asli, seperti saya.

Wassalam,


Dimas.  


--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> anies merupakan cucu ar baswedan.
> dia anak rasyid baswedan.
> nama lengkapnya anies rasyid baswedan.
> 
> 
> At 08:10 AM 9/8/2008 +0000, masdimas62 wrote:
> 
> >Salam,
> >
> >Cerita yang mengharukan. Indonesia lebih banyak lagi tokoh seperti
> >almarhum, di tengah figur-figur keturunan Arab yang menjelma 
sebagai
> >Islam radikal, merusak dan mencemari Indonesia dan merongrong NKRI.
> >
> >Sekadar bertanya: Apakah Anies Baswedan, Rektor Universtas
> >Paramadina, salahsatu cendekiawan dunia, adalah putra beliau?
> >
> >Wassalam,
> >
> >Dimas.
> >
> >--- In <mailto:ppiindia%
40yahoogroups.com>ppiindia@yahoogroups.com, 
> >Nugroho Dewanto <ndewanto@> wrote:
> > >
> > > Seorang Nasionalis Berdarah Arab
> > >
> > > Abdurrahman Baswedan gigih menumbuhkan nasionalisme keturunan 
Arab
> >di
> > > Indonesia. Piawai sebagai diplomat, pergaulan dia amat luas,
> >melintasi
> > > berbagai kalangan. Lahir pada 9 September 1908, riwayat pejuang
> >kemerdekaan
> > > itu kini genap satu abad.
> > >
> > > ***
> > >
> > > Yogyakarta, akhir 1970-an. A.R. Baswedan, yang sudah menapak 
usia
> >senja,
> > > terkena stroke di rumahnya di kawasan Taman Yuwono. Kondisi 
pejuang
> > > kemerdekaan itu agak mengkhawatirkan. Di Gereja Katolik Kota 
Baru--
> >salah
> > > satu gereja tertua dan terbesar di kota pelajar itu--Romo Dick
> >Hartoko SJ
> > > sedang bersiap memimpin misa bagi umatnya.
> > >
> > > Mendengar kabar geringnya A.R. Baswedan, Romo Dick spontan 
meminta
> >jemaat
> > > gereja ikut mendoakan kesembuhan tokoh Islam itu. "Peristiwa itu
> >membuat
> > > Yogyakarta gempar," ujar Samhari Baswedan, anak bungsu A.R.
> >Baswedan.
> > > Ketika itu, ayah Samhari adalah Ketua Dewan Dakwah Islamiyah
> >Indonesia
> > > Yogyakarta. Adapun Romo Dick Hartoko merupakan tokoh Katolik
> >terkemuka di
> > > kota itu. "Warna" mereka berlainan. Namun keduanya berkawan 
akrab.
> > >
> > > "Hubungan pribadi mereka baik sekali," Samhari menambahkan.
> >Keduanya kerap
> > > saling kunjung. Dalam berdiskusi, mereka tak selalu sepaham tapi
> >tetap
> > > saling menghormati pendapat masing-masing.
> > >
> > > Selain dengan Romo Dick Hartoko, A.R. Baswedan berkarib dengan 
Yap
> >Kie
> > > Tong, dokter mata terkenal di Yogyakarta pada masa itu. Dia pun
> >akrab
> > > dengan Dr Johan Syahruzad, yang pernah menjadi Sekretaris 
Jenderal
> >Partai
> > > Sosialis Indonesia.
> > >
> > > Lahir di Kampung Ampel, Surabaya, riwayat pejuang kemerdekaan 
itu
> >kini
> > > genap berusia 100 tahun. Bernama lengkap Abdurrahman Baswedan, 
dia
> >dikenal
> > > mudah bergaul dengan berbagai kalangan. Saat usianya masih 20-an
> >tahun, dia
> > > sudah gigih mendorong tumbuhnya semangat persatuan komunitas
> >Hadramaut
> > > (Yaman) di Nusantara. Ketika itu, mereka terpecah di antara
> >keturunan
> > > Sayyid, Gabili, Syekh, dan rakyat biasa.
> > >
> > > Baswedan muda kemudian mengarahkan persatuan keturunan Arab 
untuk
> >mendukung
> > > kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Dia mendirikan 
wadah
> > > Persatuan Arab Indonesia, yang kemudian berubah menjadi Partai 
Arab
> > > Indonesia. Dan dia bergaul akrab dengan tokoh-tokoh nasional,
> >antara lain
> > > Dr Sutomo.
> > >
> > > Secara tegas Baswedan menyatakan tanah air keturunan Arab 
bukanlah
> > > Hadramaut, melainkan Indonesia. Dia juga menyebut keturunan Arab
> >sebagai
> > > bagian dari bangsa Indonesia. Sikap itu sesungguhnya "menurunkan
> >derajat"
> > > komunitas tersebut--yang oleh Belanda dimasukkan ke kelompok 
Timur
> >Asing.
> > >
> > > Dalam mars Partai Arab Indonesia yang dikarangnya bersama Umar
> >Baraja,
> > > tergambarlah nasionalisme para pemuda keturunan Hadramaut. Ini
> >salah satu
> > > baitnya:
> > >
> > > Indonesia! Semboyan Persatuanku
> > > Indonesia! Tanah Tumpah Darahku
> > > Persatuan! Arab Indonesia
> > > Makin lama makin bercahaya
> > > Kita tetap setia
> > >
> > > Untuk menunjukkan keindonesiaannya, dalam beberapa pertemuan, 
A.R.
> >Baswedan
> > > tak sungkan mengenakan surjan Jawa--tindakan itu mulanya 
dianggap
> >tak
> > > lazim, tapi lama-kelamaan bisa diterima oleh komunitas Arab
> >Indonesia. Dia
> > > juga pernah terjun menjadi wartawan, bergabung dengan harian Sin
> >Tit Po,
> > > yang propergerakan nasional. Di sana, dia berkawan akrab dan 
banyak
> >belajar
> > > tentang jurnalisme dari Liem Koen Hian, pemimpin harian 
tersebut.
> > >
> > > Di masa pendudukan Jepang, A.R. Baswedan memutuskan bergerak di
> >bawah
> > > tanah. Dia menggabungkan diri dengan kelompok pemuda di sekitar
> >Sutan
> > > Sjahrir. Pekerjaan mereka memantau radio siaran luar negeri--
tugas
> >yang
> > > berisiko tinggi karena semua radio disegel tentara Jepang.
> > >
> > > Suatu ketika, dia tepergok Kempetai--polisi rahasia Jepang--
sedang
> >menyimak
> > > radio luar negeri. Mereka menggelandangnya ke markas. Dia 
divonis
> >mati.
> > > Eksekusi akan dilakukan esok siangnya. Pagi harinya, dia 
dijemur di
> > > pekarangan bersama sejumlah tawanan lain.
> > >
> > > Di saat genting itu datang Mr Singgih dari Jakarta. Dia anggota
> >Pusat
> > > Tenaga Rakyat yang dipimpin Soekarno. Melihat Baswedan, Mr 
Singgih
> >segera
> > > menghampiri dan meminta polisi Jepang membebaskannya. "Mr 
Singgih
> >berdalih
> > > Bapak adalah anak buahnya," tutur Samhari. Nyawa A.R. Baswedan 
bisa
> > > diselamatkan.
> > >
> > > Setelah proklamasi dikumandangkan, Partai Arab Indonesia
> >membubarkan diri.
> > > Anggota-anggotanya menyebar ke berbagai partai. Hamid Algadri,
> >misalnya,
> > > masuk Partai Sosialis Indonesia. Abdulah Baraba memilih Partai
> >Komunis
> > > Indonesia. Yuslam Badres bergabung ke Partai Nasional Indonesia.
> > > Abdurrahman Shihab--ayah Quraish Shihab dan Alwi Shihab--
> >menggabungkan diri
> > > ke Masyumi.
> > >
> > > A.R. Baswedan ketika itu masih memilih jalan independen. Dia
> >diangkat
> > > Perdana Menteri Sjahrir sebagai Menteri Muda Penerangan. Pada 
1947,
> >dia
> > > ikut rombongan Menteri Luar Negeri Agus Salim berkunjung ke 
Kairo,
> >Mesir.
> > > Mereka berdiplomasi agar dunia internasional mengakui 
kemerdekaan
> >Indonesia.
> > >
> > > Tiga tahun kemudian, tokoh yang fasih berbahasa Inggris, 
Belanda,
> >dan Arab
> > > itu bergabung dengan Masyumi. Selain kagum atas kejujuran 
Mohamad
> > > Natsir--pemimpin Masyumi--dia menegaskan tindakannya didorong 
oleh
> > > keinginan memperkuat orientasi nasionalistis partai itu.
> > >
> > > Tatkala Masyumi dibubarkan pemerintah Orde Lama dan tak boleh
> > > direhabilitasi oleh pemerintah Orde Baru, Baswedan memilih 
bergerak
> >di
> > > jalur budaya. Dia mendirikan Badan Koordinasi Kebudayaan Islam
> >Yogyakarta
> > > dan menjadi pelindung Teater Muslim. Mereka mementaskan drama 
Iblis
> >tentang
> > > kisah Nabi Ibrahim, yang waktu itu tergolong kontroversial.
> > >
> > > Seniman Yogyakarta seperti Arifin C. Noer, Abdurrahman Saleh,
> >Taufiq
> > > Effendi, dan Chaerul Umam adalah kawan-kawannya. Dia ikut 
membantu
> >ketika
> > > Rendra mementaskan Kasidah Barzanji. "Rumahnya terbuka untuk 
semua
> >orang.
> > > Dia seperti orang tua kami," kata Syu'bah Asa, yang ketika itu
> >aktif
> > > berteater di Yogyakarta.
> > >
> > > Di pengujung hidupnya, A.R. Baswedan bersahabat dengan Romo
> >Mangunwijaya.
> > > Dengan gayeng keduanya kerap mendiskusikan masalah Irak-Iran,
> > > Palestina-Israel, dan korupsi di dalam negeri. Pada 1986, A.R.
> >Baswedan
> > > menutup mata di Jakarta. Tiga hari setelah kematiannya, Romo 
Mangun
> > > bertakziyah. "Beliau rawuh dari Yogyakarta dan ikut memberikan
> >tausiyah,"
> > > ujar Samhari.
> > >
> > > Nugroho Dewanto
> > > (Majalah Tempo, Senin 8 September 2008)
> > >
> > >
> > >
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> >
> >
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke