http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2008/12/05/3795.html
*SBY Minta Dikaji Peluang Menurunkan Lagi Harga Premium * (Presiden SBY didampingi sejumlah menteri bidang ekonomi, saat memberi keterangan pers usai raker evaluasi KUR, di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Jumat (5/12) sore. (foto: abror/presidensby.info)) Jakarta: Pemerintah memutuskan menaikkan harga minyak beberapa waktu lalu karena harga minyak dunia sangat tinggi. Maka Ketika harga minyak dunia turun, kewajiban pemerintah secara sadar untuk menurunkan harga BBM. Hal ini dikatakan *Presiden Susilo Bambang Yudhoyono* dalam bagian lain keterangan persnya, usai memimpin rapat evaluasi pelaksanaan KUR tahun 2008 di lantai 21 Kantor Pusat BRI, Jakarta, Jumat (5/12) sore. Per 1 Desember lalu, pemerintgah menurunkan harga premium sebesar Rp 500, menjadi Rp 5.500 per liter. Hal ini karena harga minyak mentah dunia juga turun. "Ini bukan tanpa alasan. Ketika kita terpaksa menaikkan harga BBM beberapa waktu yang lalu karena harga minyak dunia sangat tinggi, bangsa-bangsa di dunia semua menaikkan harga BBM-nya. Akibat kenaikan itu tentu terjadi inflasi, harga-harga barang naik, termasuk sembako, di hampir seluruh negara. Bahkan, khusus pangan, Indonesia lebih bisa mengelola. Banyak harga sembako lebih mahal di tingkat dunia dibandingkan di negeri kita, contohnya beras," kata Presiden Kita sadar, lanjut Presiden SBY, akibat kenaikan harga bahan bakar terjadi pergerakan harga. Meningkatnya biaya produksi, akhirnya harga jual jadi mahal. "Ketika minyak susut, kewajiban pemerintah secara sadar untuk menurunkan," ujar Presiden. Menurut Presiden, pemerintah sedang melakukan exercise, penghitungan dengan cermat kemungkungkinan menurunkan lagi harga premium. "Saya telah meminta Menteri Keuangan, Menteri ESDM, dan menteri terkait untuk melihat peluang menurunkan kembali premiun itu. Kalau memungkinkan termasuk solar, dengan tujuan agar sektor riil kita, industri kita, menjadi lebih ringan bebannya, termasuk saudara-saudara kita yang mengonsumsi langsung dari BBM itu juga bisa diringankan," Presiden SBY menjelalskan. "Kapan berlakunya, berapa turunnya, ini sedang kita hitung secara cermat dengan demikian benar-benar menjadi solusi yang tepat," tegas Presiden SBY. (win) [Non-text portions of this message have been removed]