Media Indonesia
5 Nov. 2004

      Jum'at, 05 November 2004

      OPINI

      Membaca Ulang Teologi Islam

      Ahmad Fuad Fanani, Anggota Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah
     
      SEJAK peristiwa 11 September 2001 di AS, perdebatan soal teologi Islam hingga 
sekarang terus menarik diperbincangkan. Perdebatan itu berkisar pada apakah Islam 
mendukung tindakan teroris dan ekstremis, atau Islam justru mengajarkan nilai dan tata 
hidup yang penuh toleransi dan perdamaian.

      Dalam laporannya yang sedikit agak bias, majalah Time memaparkan bahwa Islam 
fundamentalis saat ini menjadi ancaman tersendiri pada kehidupan dunia dan masyarakat. 
Soalnya, mereka akan menolak semua hal yang berbau Barat dan ingin menciptakan 
kehidupan formal Islam pada semua negeri muslim. Dengan begitu, pengakuan terhadap 
agama dan paham selain Islam, akan absen dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan 
revivalisme Islam ini, untungnya tidak diterima secara mutlak di kalangan Islam 
sendiri. Terbukti masih banyak dari mereka yang menyerukan kehidupan yang terbuka, 
toleran, serta mengakui paham agama lain dan kebudayaan lokal.

      Fenomena kecenderungan kuat munculnya ekstremisme dalam Islam itu, tentu saja 
mendatangkan persoalan baru. Sebab, dengan begitu negara-negara Barat dengan kebijakan 
standar gandanya memperoleh dalih pembenaran terhadap penyerangnya ke Afghanistan, 
Irak, serta negara yang dianggap sebagai sarang teroris dan Islam ekstremis. Selain 
itu, wajah Islam dan eksistensi umat Islam yang hidup bersama bangsa dan agama yang 
lain, mau tidak mau ikut tercoreng dan merasakan kecurigaan.

      Fenomena ekstremisme

      Bila kita lacak lebih jauh terhadap semangat ekstrem yang dilakukan oleh 
beberapa orang Islam itu, sangat berhubungan dengan paham ekstremis yang ada di 
sebagian masyarakat Islam. Dalam keberagamaan ekstremis ini, mereka akan senantiasa 
reaktif terhadap semua gejala dan paham lain yang dianggap mendiskreditkan Islam.

      Ekstremisme yang menghalalkan kekerasan, pada dasarnya tidak sesuai dengan 
nilai-nilai universal kemanusiaan yang menghargai pluralisme, kesetaraan, demokrasi, 
serta hak-hak asasi manusia. Kaum ekstremis Islam, memang banyak menampilkan 
ketertutupan yang tidak toleran dan sikap bermusuhan terhadap yang lain. Soalnya, 
menurut teologi mereka, pemahaman Islam yang dimilikinya adalah satu-satunya jalan 
keselamatan yang harus diperjuangkan tanpa mempertimbangkan pengaruhnya terhadap 
hak-hak dan kesejahteraan kelompok lain.

      Dengan paham teologi yang merasa superior dan paling memiliki otoritas ini, maka 
semua paham Islam atau agama lain akan dianggap kafir, murtad, munafik, ataupun fasik. 
Pada sejarah modern, kaum ekstremis pertama kali muncul dalam paham Wahabbi yang 
diusung oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dengan dalih kebenaran yang dimilikinya, 
mereka bertindak ekstrem terhadap kelompok lain yang dianggap sepaham dengan mereka. 
Mereka tidak hanya memusuhi nonmuslim, bahkan kaum muslimin yang berpemahaman lain dan 
kaum perempuan pun, ikut menjadi sasaran ambisi mereka.

      Sulit untuk disangkal, bahwa Wahabisme dan aliran-aliran militan yang 
akhir-akhir ini muncul melakukan tindakan teror, pada dasarnya mempunyai orientasi 
ideologis dan sikap yang sama. Menurut Abou Fadl, keduanya menuntut partikulasi 
normatif mendasar yang berpusat pada teks dan ortodoksi Islam, keduanya menolak 
pandangan nilai-nilai kemanusiaan universal, serta dalam beberapa hal berhubungan 
dalam bentuk fungsionalis dan oportunis. Hal itu tampak misalnya pada sosok Osama bin 
Laden yang pada awalnya menjalin patron dengan pemerintah Arab dan Amerika Serikat, 
yang di kemudian hari balik menyerang patronnya karena alasan pragmatis dan dendam.

      Ajaran toleransi

      Memang, kaum ekstremis sering melegitimasi tindakannya dalam bermusuhan dengan 
kelompok lain dengan, misalnya QS Al-Maidah ayat 5 yang melarang mengambil pemimpin 
dari umat lain (Yahudi dan Nasrani). Begitu juga tindakan mereka memerangi umat lain 
yang tidak masuk Islam, dijustifikasi dengan QS at-Taubah ayat 29 yang mengatakan 
anjuran berperang melawan orang yang tidak beriman sampai mereka tunduk dan mau 
membayar jizyah (denda). Dengan dalih pembacaan secara tekstual itu, mereka 
mengukuhkan diri sebagai 'tentara' Allah yang bertugas untuk menegakkan supremasi 
paham hukum Islam yang mereka anggap paling benar dan otentik.

      Sebetulnya, bila dipahami secara kontekstual dengan mempertimbangkan kondisi 
sosiologis, sebab turunnya ayat, serta konteks masyarakat pada waktu ayat Alquran 
turun, ajaran Islam banyak sekali mendorong pada terciptanya masyarakat yang toleran 
dan damai. Pemahaman ayat di atas pun, mestinya juga disesuaikan dengan kondisi zaman 
yang berubah dan banyak umat Islam yang hidup di negara lain tapi tidak mendapatkan 
perlakukan yang serupa (tidak membayar denda). Selain itu, banyak sekali ayat-ayat 
Alquran yang menyerukan pada kebaikan, perdamaian, kerja sama dengan nonmuslim, serta 
perlindungan terhadap hak-hak minoritas. Tindakan perang dan kekerasan, dalam Alquran 
boleh dilakukan bila kita dalam kondisi terdesak dan tersakiti. Jadi, jihad dengan 
melakukan kekerasan, pada dasarnya bukan anjuran tindakan pertama yang harus dilakukan 
dalam kehidupan bersama dengan umat atau agama lain.

      Pengakuan dan sikap toleransi terhadap agama lain, misalnya dengan jelas 
ditunjukkan dalam Alquran surat al-Ma'idah ayat 48 dan 69 serta surat al-Baqarah ayat 
62. Di sana dijelaskan, bahwa Allah menghendaki terciptanya umat yang beragam dan 
tidak berkeinginan untuk menciptakan satu umat saja. Hal itu bertujuan agar semuanya 
bisa saling bekerja sama dan berlomba dalam kebaikan. Melalui ayat itu juga, Allah 
menegaskan bahwa orang Mukmin, Yahudi, Shabi'in, dan Nasrani yang benar-benar beriman 
pada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh akan mendapatkan keselamatan juga. Dan 
dalam kehidupan Nabi, hal ini telah ditunjukkan dengan contoh sejarah Madinah yang 
mencerminkan kehidupan yang plural, toleransi, dan damai.

      Oleh karena itu, untuk mencegah kemunculan Islam ekstremis yang sering kali 
gemar mengafirkan orang yang berpaham lain serta tidak mau bersikap terbuka dan 
toleran itu, upaya pembacaan ajaran Islam secara benar harus dilakukan. Pembacaan ini, 
paling tidak harus dilandasi oleh (meminjam istilah Fazlur Rahman) moral ethic yang 
menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan dan nilai keadilan. Hal itu tentu sangat 
sesuai dengan tujuan Islam sendiri yang visinya adalah sebagai agama yang rahmatan lil 
alamin (membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semua manusia).

      Selain itu, memang kemunculan Islam Ekstremis tidak bisa dipisahkan dari 
fenomena imperialisme dan kolonialisasi Barat yang sering bersikap tidak adil terhadap 
Islam. Menurut Thariq Ali, untuk menganalisis ekstremisme, terorisme, dan radikalisme 
Islam, memang tidak hanya bisa dilakukan dengan pendekatan teologi semata. Namun, 
sikap standar ganda Barat yang seperti tampak pada kebijakannya terhadap konflik 
Israel-Palestina, Bosnia-Serbia, ataupun Afghanistan dan Irak kemarin, harus diakhiri 
dan dihadang secara bersama. Perubahan cara pembacaan teologis terhadap ajaran Islam 
dan reformasi kehidupan sosial-politik-ekonomi yang berkeadilan, adalah dua hal yang 
mesti berjalan beriringan dalam membangun peradaban Islam yang toleran dan terbuka. 
Wallahu A'lam.***
     


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke