Pergilan berobat ke psikiater Dipo..

Anda jelas sudah gila.

Terus menerus unjuk isi otak anda yang rusak dan sudah busuk, nista
lagi menjijikkan di mailing list ini tidak akan menolong anda.

Hanya psikiater yang bisa menolong anda.

Pergilan berobat.


--- In proletar@yahoogroups.com, "ajeg" <ajegilelu@...> wrote:
>
> 
> Situ kena kibul sama dirimu sendiri, plik. 
> 
> Cak Nun bicara "istri tetangga" dalam kiasan, situ ngibulin 
> dirimu dan "mendiskusikan" istri-istri orang proletar secara 
> harfiah. 
> 
> Kepinteranmu nggak melebihi ketololan si item. 
> 
> --- "Jusfiq" <kesayangan.allah@> wrote:
> 
> > Oh jadi Nurcholis Majid yang disanjung Suryana yang munafik itu - 
> > seperti telah saya duga - bangsat tukang kibul juga.
> > 
> > Tukang tutup wajah Islam yang mengerikan.
> > 
> > Dia minta orang untuk TIDAK mendiskusikan 'istri orang", maksudnya, 
> > antara lain, ajaran agama taik anjing Islam yang bengis, kejam, 
> > buas, keji, zalim lagi biadab itu.
> > 
> > Enaknya...
> > 
> > Dan Suryana yang dungu kayak babi itu senang-senang saja disuruh
> > mendiamkan ajaran agama taik anjing Islam yang ummatnya suka bikin 
> > onar dan disuruh membunuhi orang kafir, artinya juga disuruh 
> > membunuhi orang Nasrani..
> > 
> > Suaryana ini emang dungu.
> > 
> > Nggak heran dia berteman akrab dengan rezameutia yang sudah 
> > bertahun-tahun kerjanya memaki-maki orang Nasrani di mailing list 
> > ini.
> > 
> > Dan Suryana juga senang-senang saja kok mendengar Tawang menyuruh 
> > memperkosa perempuan Tionghoa, artinya juga istri dan anak-anaknya.
> > 
> > 
> > --- "suryana" <gsuryana@> wrote:
> >
> > > Istri Tetangga
> > > Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu ketika belajar > > di 
> > > Jogja. 
> > > Waktu itu, tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug 
> > > ke patang-puluhan, rumahnya Cak Nun (Nurcholis Majid) , ini 
> > > panggilan akrabnya penyair itu dan Kiai mBeling Emha Ainun Nadjib.
> > > 
> > > Kami bikin forum melingkar di situ. Biasanya kami bicara soal 
> > > kesenian atau kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan. 
> > > Forum itu diprakarsai oleh Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak 
> > > Solo, Nasution Wahyudi. Ini nama asli Jawa, nggak ada hubungannya 
> > > dengan Nasution yang dari Medan. Pesertanya juga tidak cuma 
> > > mahasiswa atau pemuda yang beragama Islam. Pendek kata, pemeluk
> > > berbagai agama berkumpul melingkar di situ.
> > > 
> > > Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu, "Apakah Anda
> > > semua punya tetangga? " Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi 
> > > saya anak kost, tentu saja kamar sebelah saya bisa disamakan 
> > > dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya ikut-ikutan saja 
> > > menjawab: "Tentu saja punya". Cak Nun melanjutkan bertanya:
> > > "Punya istri enggak tetangga Anda? " Sebagian hadirin menjawab: 
> > > "Ya, punya dong"
> > > Saya diam saja. Rasanya tetangga kost saya bujangan semua. 
> > > Kebanyakan jomblo.
> > > Maklum anak desa. Nggak pede ngajak pacaran teman kampusnya. Yang 
> > > menarik adalah pertanyaan berikutnya: "Apakah Anda pernah lihat 
> > > kaki istri tetangga Anda itu..?
> > > Jari-jari kakinya lima atau tujuh;  mulus atau ada bekas 
> > > korengnya ?"
> > > 
> > > Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun. 
> > > Kebanyakan menjawab: "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo 
> > > Cak?" Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi: "Bodynya sexy enggak?" 
> > > Kami tak lagi bisa menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang 
> > > benar-benar tidak faham arah pembicaraan itu. Cuma Cak Nun yang 
> > > tersenyum tipis.
> > > 
> > > Jawabannya bagus banget. Dan ini senantiasai saya ingat sampai 
> > > hari ini. 
> > > Sebuah prinsip pergaulan untuk sebuah negeri yang memilih 
> > > Pancasila sebagai azas tunggal: "Jadi ya begitu. Jari kakinya mau 
> > > lima atau tujuh. Bodynya sexy atau tidak, bukan urusan kita, kan? 
> > > Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah kita 
> > > dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja!"
> > > 
> > > "Kenapa, Cak ?" salah satu teman bertanya, penasaran. "Ya apa 
> > > urusan kita ? "
> > > Sebab, keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang 
> > > lain. Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar 
> > > salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing-
> > > masing suami punya penilaian bahwa istrinya begini begitu 
> > > dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan didalam hati 
> > > saja."
> > > 
> > > Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan Cak Nun. Saya setuju 
> > > dengan pandangan itu. Dia melanjutkan serius: "Bagi orang 
> > > non-Islam, agama Islam itu salah. 
> > > Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia 
> > > beranggapan atau meyakini bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi 
> > > non-Islam? Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah, 
> > > justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam.
> > > Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja di dalam 
> > > hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan 
> > > seminar atau pertengkaran.
> > > Biarlah setiap orang memilih istrinya sendiri-sendiri berdasarkan 
> > > seleranya masing-masing, dan jagalah kemerdekaan masing-masing 
> > > orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak 
> > > usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena 
> > > bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter,
> > > umpamanya. Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak 
> > > usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya! "
> > >  Cak Nun terus berkata: "Itulah prinsip kita dalam memandang 
> > > berbagai agama.
> > > Sementara itu, misalnya ada orang muslim yang istrinya mau 
> > > melahirkan padahal motornya gembos, silakan pinjam motor 
> > > tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar istrinya ke 
> > > rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju 
> > > misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam 
> > > baju koko tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada 
> > > orang Hindu kerja sama bikin warung soto dengan tetangga Budha, 
> > > kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga 
> > > Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.
> > > Begitu!"
> > > Kami semua terus menyimak paparannya, dan Cak Nun melanjutkan: 
> > > "Jadi ndak usahlah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama 
> > > aja Anda ngajak gelut tetangga Anda. Mana ada orang yang mau 
> > > isterinya dibahas dan diomongin tanpa ujung pangkal. Tetangga-
> > > tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai parpol,
> > > golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di 
> > > bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling 
> > > melindungi koridor teologi masing-masing."
> > > "Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar 
> > > bersama-sama, bisa gugur gunung membersihkan kampung, bisa gotong 
> > > royong membangun rumah ibadah, bisa pergi mancing bareng, bisa 
> > > main gaple dan remi bersama. Tidak ada masalah Lurahnya mau 
> > > Muslim, Cariknya Katolik, Kamituwonya Hindu, Kebayannya Gatholoco,
> > > atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dengan hati. Itulah 
> > > maiyah " ujarnya.
> > > Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. 
> > > Tapi serius dan dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya 
> > > catat baik-baik dalam hati saya. Sayangnya dunia memang tidak 
> > > ideal. Di negeri tercinta kita ini, di Ambon dan Palu, misalnya 
> > > saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri 
> > > tetangganya. Begitu juga di berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. 
> > > Atau yang di Irak dan Afghanistan. Akibatnya ya perang dan hancur-
> > > hancuran. Menyedihkan.
> > > Sangat menyedihkan.
> > >
> >
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke