Ngga ada masalah sama istri tetangga, mau ngga mandi keq, jelek,cakep, 
item,putih, bau, wangi dsb...yg jadi masalah bagi warga/masyarakat sekitar itu 
kalo istri tetangga ngajarin anaknya nyuruh nempelengin anak orang lain yg ngga 
sesuai ukuran dia....bakar...bunuh....ngga salah juga si cak nur ngajarin utk 
ngga usilan, tapi ngga kalah penting untuk ngajarin bertahan dari yg usil...
-----Original Message-----
From: "suryana" <gsury...@indo.net.id>
Sender: proletar@yahoogroups.com
Date: Sun, 1 Jan 2006 06:46:22 
To: <proletar@yahoogroups.com>
Reply-To: proletar@yahoogroups.com
Subject: [proletar] Mengapa filosofi ini keluar dari orang Muslim ?

Istri Tetangga
Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu ketika belajar di Jogja. 
Waktu
itu, tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug ke 
patang-puluhan,
rumahnya Cak Nun (Nurcholis Majid) , ini panggilan akrabnya penyair itu dan 
Kiai
mBeling Emha Ainun Nadjib.

Kami bikin forum melingkar di situ. Biasanya kami bicara soal kesenian atau
kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan. Forum itu diprakarsai oleh
Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak Solo, Nasution Wahyudi. Ini nama asli
Jawa, nggak ada hubungannya dengan Nasution yang dari Medan. Pesertanya juga
tidak cuma mahasiswa atau pemuda yang beragama Islam. Pendek kata, pemeluk
berbagai agama berkumpul melingkar di situ.

Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu, "Apakah Anda semua punya
tetangga? " Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi saya anak kost, tentu 
saja
kamar sebelah saya bisa disamakan dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya
ikut-ikutan saja menjawab: "Tentu saja punya". Cak Nun melanjutkan bertanya:
"Punya istri enggak tetangga Anda? " Sebagian hadirin menjawab: "Ya, punya 
dong
"
Saya diam saja. Rasanya tetangga kost saya bujangan semua. Kebanyakan 
jomblo.
Maklum anak desa. Nggak pede ngajak pacaran teman kampusnya. Yang menarik 
adalah
pertanyaan berikutnya: "Apakah Anda pernah lihat kaki istri tetangga Anda 
itu..?
Jari-jari kakinya lima atau tujuh;  mulus atau ada bekas korengnya ?"

Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun. Kebanyakan
menjawab: "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo Cak?"
Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi: "Bodynya sexy enggak ?" Kami tak lagi 
bisa
menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang benar-benar tidak faham arah
pembicaraan itu. Cuma Cak Nun yang tersenyum tipis.

Jawabannya bagus banget. Dan ini senantiasai saya ingat sampai hari ini. 
Sebuah
prinsip pergaulan untuk sebuah negeri yang memilih Pancasila sebagai azas
tunggal: "Jadi ya begitu. Jari kakinya mau lima atau tujuh. Bodynya sexy 
atau
tidak, bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita 
amati,
tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja!"

"Kenapa, Cak ?" salah satu teman bertanya, penasaran. "Ya apa urusan kita 
? "
Sebab, keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain. Ndak 
usah
diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih 
unggul
atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwa istrinya 
begini
begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan didalam hati 
saja."

Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan Cak Nun. Saya setuju dengan 
pandangan
itu. Dia melanjutkan serius: "Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah. 
Dan
itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia beranggapan atau 
meyakini
bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi non-Islam? Demikian juga, bagi orang
Islam, agama lain itu salah, justru berdasar itulah maka ia menjadi orang 
Islam.
Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja di dalam hati, jangan
diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau 
pertengkaran.
Biarlah setiap orang memilih istrinya sendiri-sendiri berdasarkan seleranya
masing-masing, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati 
dan
mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih 
mancung
hidungnya karena bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter,
umpamanya. Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah
dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya! "
 Cak Nun terus berkata: "Itulah prinsip kita dalam memandang berbagai agama.
Sementara itu, misalnya ada orang muslim yang istrinya mau melahirkan 
padahal
motornya gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik 
untuk
mengantar istrinya ke rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena
baju misanya kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam baju 
koko
tetangganya yang NU maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerja sama
bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt 
bak ke
pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.
Begitu!"
Kami semua terus menyimak paparannya, dan Cak Nun melanjutkan: "Jadi ndak
usahlah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama aja Anda ngajak gelut
tetangga Anda. Mana ada orang yang mau isterinya dibahas dan diomongin tanpa
ujung pangkal. Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai 
parpol,
golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama di bidang 
usaha
perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi
masing-masing."
"Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar bersama-sama, bisa 
gugur
gunung membersihkan kampung, bisa gotong royong membangun rumah ibadah, bisa
pergi mancing bareng, bisa main gaple dan remi bersama. Tidak ada masalah
Lurahnya mau Muslim, Cariknya Katolik, Kamituwonya Hindu, Kebayannya 
Gatholoco,
atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dengan hati. Itulah maiyah " 
ujarnya.
Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. Tapi serius 
dan
dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya catat baik-baik dalam hati
saya. Sayangnya dunia memang tidak ideal. Di negeri tercinta kita ini, di 
Ambon
dan Palu, misalnya saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri
tetangganya. Begitu juga di berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. Atau yang 
di
Irak dan Afghanistan. Akibatnya ya perang dan hancur-hancuran. Menyedihkan.
Sangat menyedihkan.





[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to