Industri Militer Hambat Reformasi Pentagon Oleh BUDHIANA
ERA Perang Dingin (Cold War) telah berakhir sekira 10 - 11 tahun lalu. Waktu itu, runtuhnya Uni Soviet dan hancurnya tembok Berlin berlangsung begitu cepat. Bahkan para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan pemimpin Eropa Barat juga agak terkesiap melihat kenyataan yang terlalu cepat ini. Respon Eropa Barat terhadap perubahan konstelasi ini cukup mengesankan. Perubahan doktrin dan postur hankam Eropa sudah berujung pada pembentukan kebijakan hankam bersama 15 negara-negara Eropa (common security and defense policy) yang dimulai sejak 1996. Pada 2003 mereka menargetkan mandiri dalam bidang intelijen, airlift, komunikasi, dan kemampuan taktis lainnya. Eropa bisa menggelar 60.000 pasukan dalam waktu cepat untuk melakukan tugas-tugas yang mungkin tidak mau dilakukan oleh NATO seperti penjaga perdamaian dan operasi kemanusiaan. Jika sasaran ini tercapai, pada 2003 bakal ada perubahan besar hubungan pertahanan Eropa dan AS. Jika Eropa sudah berhasil mereformasi sistem hankam, lain halnya dengan Amerika. Presiden Bush Sr., Bill Clinton sampai Kongres sudah berupaya menekan Dephan AS (Pentagon) untuk mereformasi diri, tetapi publik AS merasa reformasi ini tetap lambat. Pentagon masih melihat adanya ancaman yaitu Korea Utara di bawah Kim Il Sung dan Kuba pimpinan Castro. Karena itu, September 1996 Presiden Clinton menandatangani Akta Autorisasi Pertahanan (Defense Authorization Act) untuk tahun fiskal 1997 yang mewajibkan setiap pemerintahan baru untuk melakukan peninjauan terhadap strategi pertahanan, struktur gelar kekuatan, infrastruktur, rencana anggaran, serta unsur-unsur program dan kebijakan pertahanan. Dari rasa frustrasi Kongres inilah kemudian lahir kebijakan Quadrennial Defense Review (QDR). Dengan QDR ini, setiap pemerintahan AS diwajibkan meninjau ulang strategi pertahanan setiap empat tahun sekali, mulai 1997 sampai 2015. QDR bertujuan mengantisipasi gejolak dunia yang berubah cepat setelah usainya perang dingin. QDR pertama ditelorkan pada 1997. Kenyataannya, menurut pensiunan perwira Pentagon Kol. Daniel Smith, QDR 1997 bukannya menjadi tempat untuk mengubah paradigma hankam dan review menyeluruh, tetapi hanya menjadi forum debat anggaran hankam. Pemerintah tidak mampu meyakinkan orang-orang Pentagon untuk berubah sikap sesuai dengan perkembangan internasional kontemporer. QDR kedua dilakukan pada 2001 yang disebut dengan QDR01. Tiba-tiba, WTC diserang teroris. Ternyata ada perubahan alur berpikir QDR. QDR01 tidak lagi merupakan kelanjutan QDR 1997 yang menghendaki efisiensi dan pengurangan struktur dan gelar kekuatan. QDR01 malah menyajikan musuh hipotetis baru, yaitu terorisme. Dengan perubahan besar QDR 1997 menjadi QDR01, serta dengan adanya tragedi WTC itu maka gagallah program reformasi Pentagon itu. Bahkan Menhan Donald Rumsfeld sejak itu mencanangkan peningkatan anggaran militer AS dengan alasan untuk melindungi warga AS dan menyelamatkan ekonomi dari kehancuran 11 September itu. QDR01 seolah memberikan pembenaran untuk penggempuran terorisme. Lobi industri militer Analis militer Michelle Ciarroca mengungkapkan fakta menarik seputar kegagalan reformasi Pentagon ini. Menurut dia, kegagalan ini adalah karena kuatnya pengaruh para kontraktor persenjataan kelas atas dan masih banyaknya pejabat sipil dan militer yang belum bergeser dari pola pikir perang dingin. Untuk merumuskan kebijakan hankam, Presiden Bush ternyata sangat tergantung kepada para mantan eksekutif perusahaan/kontraktor persenjataan. Beberapa jabatan politik dipegang oleh mereka yang mempunyai hubungan dengan pabrik senjata. Sebanyak 32 pejabat tunjukan (appointees) Bush adalah para mantan eksekutif, konsultan, atau pemilik saham perusahaan kontraktor senjata kelas kakap. Dalam sejarah kepresidenan AS, ini adalah angka yang paling tinggi. Pemerintahan presiden AS sebelumnya, belum pernah melibatkan orang-orang yang terkait dengan industri militer sebanyak ini. Sebanyak 17 appointees administrasi memiliki kaitan dengan kontraktor kakap seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman atau Raytheon. Menteri Angkatan Udara (Secretary of Air Force) James Roche, misalnya adalah mantan Wakil Dirut Northrop Grumman. Wakil sekretaris adalah Peter B. Teets yang mantan Direktur Operasi Lockheed. Teets juga kini menjabat sebagai Direktur Kantor Pengintaian Nasional (National Reconnaissance Office). Menteri Angkatan Laut (Secretary of Navy) dijabat oleh Gordon England, mantan Wakil Dirut General Dynamics. Hanya Menteri Angkatan Darat (Secretary of Army) saja --Thomas E White-- yang bukan berlatar belakang industri militer. White adalah seorang pensiunan brigadir jenderal AD, tapi dia pun kemudian menjadi senior executive di Enron, perusahaan energi yang ambruk karena skandal akuntansi itu. Kementrian AD, AL, dan AU adalah lembaga yang menerjemahkan kebijakan Presiden dan Menteri Pertahanan mengenai strategi hankam menjadi kebijakan pembinaan masing-masing angkatan. Karena itu, kendati namanya menteri angkatan, posisi jabatan ini adalah jabatan sipil. Kebijakan pembinaan ini kemudian dioperasionalkan di lapangan oleh Kepala Staf Gabungan (Joint Chief of Staff) di mana di dalamnya terdapat kepala staf ketiga angkatan. Hasil kajian operasional Kastaf Gabungan ini kemudian dilaksanakan di lapangan oleh para panglima komando utama. Jadi, karena lobi kuat orang-orang industri militer itulah, reformasi Pentagon gagal. Hampir dari sepertiga 68 miliar dolar anggaran Pentagon tetap dikucurkan untuk program dan sistem persenjataan era perang dingin. Janji Bush semasa kampanye untuk memusnahkan senjata-senjata bekas perang dingin, ternyata tidak terlaksana. Berbagai peralatan yang cocok untuk perang dingin dan tak cocok untuk masa kini, masih tetap diproduksi. Tahun ini saja, sekira 12 miliar akan dialokasikan untuk memproduksi pesawat tempur F-22 Raptor, Joint Strike Fighter (JSF)/F-35, dan Super Hornet F-18E/F. F-22 selama ini dikenal sebagai peniggalan perang dingin yang mahal dan kini didesain kembali untuk menggempur musuh yang sudah tak ada lagi. Super Hornet sampai kini belum berhasil didesain ulang. JSF tadinya akan segera dikurangi, tapi setelah 11 September Lockheed Martin memenangkan tender 19 miliar dolar untuk memproduksinya kembali. Presiden Bush telah habis-habisan mengritik sistem artileri Crusader sebagai sistem kuno karena didesain untuk perang darat melawan Uni Soviet. Namun Angkatan Darat dan para anggota Kongres dari Minnesota, Oklahoma, dan lain-lain tetap memperjuangkan kelangsungan Crusader. Minnesota dan Oklahoma adalah dua negara bagian di mana Crusader itu akan dibuat. Hasilnya, meski secara resmi Pentagon menghentikan program itu Mei lalu kenyataannya untuk tahun 2003 masih dianggarkan 475 juta dolar. Ke depan, Angkatan Darat akan dikucuri uang miliaran dolar untuk mencari sistem alternatif. Dalam kampanyenya, Bush juga pernah mengatakan tidak akan melakukan pembiayaan untuk dua tujuan sekaligus: pembiayaaan persenjataan Perang Dingin dan pembiayaan strategi pertahanan masa depan. Kenyataannya Bush kini malah membiayai sistem persenjataan perang dingin sekaligus sistem persenjataan masa depan. Sistem persenjataan masa depan didesain sesuai dengan strategi menghadapi ancaman baru, yaitu terorisme. Maka dari strategi pertahanan masa depan pun, industri senjata mengeruk keuntungan. Alih-alih menghilangkan pembiayaan sistem perang dingin, Bush malah kini membiayai keduanya. Untuk mengganti senjata di Afganistan dan persiapan serbuan ke Irak, pabrik-pabrik senjata AS menaikkan produksinya. Boeing menambah satu shift untuk memproduksi Joint Direct Attack Munitions (JDAM), sejenis bom pintar (smart bomb) yang digunakan untuk menghantam pasukan Taliban di gua-gua pegunungan Hindu Kush Afgan. Raytheon --yang dikenal sebagai produsen peluru kendali (rudal) Tomahawk--menambah shift ketiga agar produksi bom laser (laser guided bomb) bisa dipercepat menjadi lima bulan untuk kepentingan memerangi teroris. Alliant Techsystems --penyuplai terbesar amunisi kepada militer AS-- memenangkan kontrak 92 juta dolar untuk memproduksi 265 juta peluru kaliber kecil. Boeing, Northrop, Raytheon, General Dynamics, Alliant, dan lain-lain adalah rekanan lama pemerintah AS. Tetapi sejak 11 September 2001, kontaraktor baru dan perusahaan kecil pun bermunculan untuk mengail dolar dari kecemasan akan terorisme ini. Menurut Wallstreet Journal, Air Structure telah menawarkan kubah vinyl sebagai alat pelindung bioteror. Visionics tengah mengembangkan sistem identifikasi wajah. PointSource Technologies tengah membuat sensor untuk mendeteksi bakteri atau virus di air dan udara. Juli lalu, para kontraktor kelas dunia ini berkumpul di Inggris menghadiri Pameran Udara "Farnborough". Pameran ini berlangsung dua tahun sekali. Di sini para pimpinan perusahaan persenjataan berkumpul bersama para kepala negara dan para jenderal dari seluruh dunia. Dari pameran ini telah dihasilkan transaksi senilai 52 miliar dolar. Tentu saja banjir rezeki ini diikuti dengan naiknya harga saham rekanan-rekanan Pentagon. Saham-saham memang jatuh beberapa saat setelah serangan 11 september. Dari 10 top saham yang cepat bangkit pada dua minggu pertama (17-21 September), beberapa di antaranya adalah perusahaan bisnis militer. Saham Raytheon naik 37%; L-3 Communications 35,8%; Alliant Techsystems 23,5%; dan Northrop Grumman 21,2%. Karena eratnya hubungan Rumsfeld dengan para produsen senjata ini, Departemen Pertahanan AS sering disindir dengan sebutan "PT Dephankam" (Department of Defense, Inc.). Berkarat Beberapa analis militer AS juga memperkirakan bahwa gagalnya reformasi Pentagon adalah karena di Amerika sendiri masih banyak orang-orang militer maupun yang di dalam benaknya berkarat dengan pandangan perang dingin. Mereka ini yang dijuluki cold warriors. Wapres Dick Cheney dan Rumsfled disebut-sebut sebagai dua pemuka cold warriors. Mereka berdua dikabarkan selalu bertentangan dengan Menlu Collin Powell yang dianggap mewakili pandangan baru. Tapi apa daya, anggaran Dephan 42 kali lebih besar daripada anggaran Deplu AS. Powel tak berdaya. Cheney dan Rumsfeld sudah 40 tahun saling kenal. Mereka pernah mengabdi kepada Henry Kissinger, Presiden Gerald Ford, hingga George Bush Senior. Tentu saja saat itu perang dingin tengah memuncak. Cheney dan Rumsfeld kini menjadi pejabat di balik strategi George Bush Jr. Presiden Bush Jr. yang dikenal kurang pandai tentu saja bertekuk lutut pada nasehat keduanya. Karena itu, pers menjuluki Cheney dan Rumsfeld sebagai kaisar dalam Kekaisaran (emperor within empire). Dari perspektif bisnis senjata ini kita bisa paham mengapa QDR melenceng. Kita juga bisa paham mengapa reformasi di Pentagon gagal. Kita menjadi paham mengapa Amerika perlu hantu terorisme. Dan kita paham bahwa industri militer Amerika sangat sangat diuntungkan ratusan miliar dolar dengan adanya serangan terhadap WTC ini. Kita juga bisa bertanya: Siapakah yang menghancurkan WTC pada 11 September 2001? Osama? penyuplai senjata? cold warriors? Ataukah ketiganya bekerja sama? Akhirnya, kita juga bisa paham mengapa AS harus menyerbu Irak. Jika terjadi, Irak akan menjadi arena uji coba kecanggihan alat-alat militer temuan terbaru. (Penulis adalah Wartawan Pikiran Rakyat)*** RantauNet http://www.rantaunet.com Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3 =============================================== Tanpa mengembalikan KETERANGAN PENDAFTAR ketika subscribe, anda tidak dapat posting ke Palanta RantauNet ini. Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di: http://www.rantaunet.com/subscribe.php3 ===============================================