Assalamu'alaikum wr. wb.

Zaman ambo ketek dulu dikampuang di kototuo balaigurah, ampek angke
canduang,
kami mangaji dilua jam sikola rakyat, sahabih luhua smpai sahabiah ashar
pada
sebuah taman pengajian islam. Tamaik mangaji iyo bana salasai mangaji Al
Quran.
Zaman ambo itu pangajian informal model surau alah indak banyak lai. Ambo
justru
ikuik ka surau ditampek bako di canduang. Khatam Quran dulu adalah suatu
pesta
bersama, pesta rakyat sekampung, ada memang musabaqah, hadiahnya hanya
sedikit kebanggaan menjadi yang terbaik, tidak lebih dari itu, yang tidak
mendapat
hadiah menerima dengan ikhlas, tapi semuanya sama-sama bergembira. Ada
memang
hadiah dari sanak keluarga dan bako tentunya namun hanya menjadi pelengkap.

Kehidupan model surau iko nan sabananyo membentuk kepribadian minang, karena
disitu terjadi interaksi dengan yang dewasa dan yang tua, terutama dalam hal
olahraga atau silek. Silek selalu disertai olah batin, mungkin content
kajiannya banyak
sufismenya, namun karena melalui dialog, hasilnya selalu teringat seumur
hidup.
Sanak Azyumardi Azra melukiskan potret surau ini dengan seksama sekali dalam
bukunya "Surau dalam transisi modernisasi", terbitan Logos Wacana Ilmu 2003.

Melihat situasi yang diceritakan St. Mudo, rasanya sedih sekali, khatam kaji
telah menjadi sekedar formalitas, hasilnya tentulah kualitas generasi muda
yang mungkin dibawah generasi muda dari Jombang, Lamongan di Jatim.
Satu hal yang sangat saya rasakan dari waktu kecil, ialah setiap ada
kesempatan
guru mengaji selalu berusaha menghidupkan suasana islami melalui dialog dan
tingkah laku beliau sendiri, demikian juga dengan guru silek, hampir tidak
ada
bedanya selain fungsi mereka yang berbeda.

Setelah dewasa dan merantau di jawa, saya sangat merasakan perbedaan cara
pemahaman islam dengan sebaya disana, pemahaman islam model minang lewat
dialog sampai tuntas terasa sangat membekas dan membentuk jiwa islami yang
handal segala cuaca.
Rasanya ada yang hilang dari kehidupan minang sekarang.

Sekarang jangankan diranah minang, di milis ini saja kok malah semangat anti
dialog semakin kuat, anehnya dihamburkan oleh para gamut dan niniak, yang
dulu diranah minang justru jadi tumpuan dialog mancari nan bana.
Zaman surau dulu, segalanya boleh ditanyakan, boleh dibahas, diskusi bisa
berlangsung berminggu-minggu, ada memang yang tersinggung dan minta
diselesaikan digelanggang surau, setelah itu kembali jadi ikhwan.

Tertutupnya pintu dialog adalah awal dari pembodohan.

Salam

St. Bagindo Nagari



----- Original Message -----
From: "kamurer" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Thursday, July 17, 2003 3:53 AM
Subject: [RantauNet.Com] Qhatam Qur'an


> Assalamualaikum ww.
>
> Minggu-minggu kapatang di bukittinggi musim Qhatam Quran jo banyak yang
> baralek/menikah. Mbo juo hari minggu sampai mendapat undangan 12. Selain
> undangan barelek ya itu tadi undangan Qhatam Quran karano ampir sadonyo
> MDA/TPA minggu-minggu kapatang mangadokan Qhatam.
>
> Nah Untuk Qhatam ini sama mbo diliat-liat kayaknyo anak-anak yang khatam
> tuh disuruh manambang/manarima amplop. Jadi sukurannya itu nantinya
> diitiung untung ruginya.
> Dan dicalik-calik samo mbo anak-anak yang khatam itu Bukannya lah tamat
> mangaji Quran, tapi lah sampai/abis sakola di tpa/mda nyo (kelas 4).
>
> Dan mbo juga baru tau disini (di BKT) bahwa yang tamat ngaji/khatam itu
> di rayakan.
> Kabatulan mbo juga ikut jadi anggota panitia khatam kapatang di mda
> kampung sini. Eh taunya kayak MTQ, anak-anak itu berlomba baca quran.
> tapi dua bulan ka diadakan khatam, anak-anak itu di suruh ngapalin 1
> atau 2 ayat yang akan dibacakan waktu khatam. (dalam hati mbo  kalau
> begitumah untuk apo anak dimasukan mda yang akhirnya cuman mancari juara
> waktu khatam, abis kasian anak-anak 4 tahun rajin masuk sekolahmda, tapi
> pas juaranya dinilai cuma pas khatamnya bagus, jadi ngak dinilai dari
> rajin datang atau nilai-nilai pelajaran lain. Kalau begitu lebih baik
> ajarkan ngaji quran-aja  2 atau 3 ayat sampai lancar untuk dikhatamkan
> nanti).
>
> Kepada mamak-mamak, inyiak-inyaik, gimana sebenarnya dulu mengenai
> khatam Qur'an itu ?
> Kalau dikampung mbomah kalau khatam itu lah tamat ngaji quran yang mulai
> dari fatihah sampai annas, yang ngajinya tiap malam dituntut 1 ayat2
> atau satu makro, atau satu halamn. Diakhirnya kalau dah khatam/tamat
> baru baca doa qhatam di akhir Al-quran.
>
> salam
> hendra st.mudo
>
>
>
> RantauNet http://www.rantaunet.com
> Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
> -----------------------------------------------
>
> Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke:
> http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
> ===============================================
>


RantauNet http://www.rantaunet.com
Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/daftar.php
-----------------------------------------------

Berhenti menerima RantauNet Mailing List, silahkan ke: 
http://www.rantaunet.com/unsubscribe.php
===============================================

Kirim email ke