Ass Wr Wb Terimakasih untuk jawaban anda yang sangat jelas. Biarlah orang di RN ini yang menilainya, apalagi saya hanya membaca beberapa tulisan anda, tentu saja info yang saya dapat tidak seberapa sehingga menghasilkan analisa yang salah, sementara anda sudah dikenal bertahun tahun lamanya disini. Tujuan saya melakukan analisa hanyalah untuk mengetahui seberapa anda paham dan terlibat dalam adat Minangkabau. Sebagai orang yang dibesarkan ditengah peradaban Minangkabau, tentu saja saya tak ingin ada orang yang tak beradat menghujat adat. Seakan akan kami tidak tau ajaran Islam. Cara anda mengatakan dilamar secara Islam dan tidak membeli suami, terus terang melukai perasaan wanita Minang, seakan akan wanita Minang membeli suaminya dll. Tapi ya udahlah .. kasihan wanita yang menjemput suaminya. Kali kita yang kasihan padahal bagi pelaku sendiri itu mungkin suatu kehormatan.. bisa menjemput lelaki idaman. Tandanya wanita tersebut berasal dari keluarga terhomat, paling tidak berasal dari keluarga kaya dll. Biarlah menjadi urusan mereka asal tidak ada ajaran Islam yang dilanggarnya. Oh ya dengan rumah yang tidak berdiri di tanah pusaka, tentunya nanti akan anda wariskan secara Islam kepada anak-anak anda. Semoga saja anda bisa memberikan contoh teladan untuk yang ini. Saya akhiri sampai disini, dan untuk selanjutnya saya merasa tidak berkepentingan lagi untuk urusan pribadi anda. Wass Hanifah Damanhuri (jelang 45 tahun) Rahima <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wa'alaikumsalamwarahmatullahiwabarakaatuhu.
Kanda Mulyadi, jangan khawatir. InsyaAllah sebagai seorang guru yang sudah biasa menghadapi berbagai sikap dan watak manusia, saya biasa aja koq menanggapi dalam banyak hal yang salah dari hampir kebanyakan dugaan sanak Hanifah. Ok. Saya jawab dimana letak kesalahan tersebut.Salam kanda akan saya sampaikan. Pertama: Suku saya bukanlah suku Dayak sama sekali. Tidak semua orang di Palangkaraya itu sukunya Dayak.Sebagaimana tidak semua yang berada di BKT itu sukunya Sikumbang atau Chaniago, dllnya.Karena tidak semua yang kuning itu emas. --- hanifah daman wrote: > Ass Wr Wb sanak Rahima > > Mungkin diam-diam banyak yang mengikuti diskusi > kita ini nih. > Mumpung libur,hanifah tanggapi langsung. > > Begitu tau ibunya sanak menikah dengan orang Dayak > hanifah sudah membayangkan . pasti terjadi > sesuatu dengan ibu sanak apa kawin lari sehingga > terbuang dari kampuang, sehingga tak lagi memiliki > warisan. Ini tidak benar sama sekali. Ibu ke P. Siantar dalam rangka mencari ayah beliau yang berada di Siantar bekerja sebagai guru di Muhammadiyah. Jd bukan karena kawin lari, atau karena mencari jodoh. Jodoh ibu ketemu setelah ibu berada dirumah ayah beliau, kebetulan ayah saya ketika itu kost dirumah ayah ibu saya, sehingga mereka sering ketemu dan jodoh. > Kenapa hanifah menebak begitu. > Di jamannya ibu sanak sampai th 70 an, jodoh anak > perempuan dicarikan oleh keluarga. Malu bagi suatu > keluarga kalau anak perempuan menikah dengan orang > di luar salingka Nagari (satu kecamatan), apalagi > menikah dengan orang diluar Propinsi. Komentar orang > KAMA ANAK BABAKO. Itu zamannya Siti Nurbaya katanya, tetapi alhamdulillah ibu saya tidak mengalami hal semacam ini. > > Walaupun tidak diceritakan apa yang terjadi pada > keluarga sanak, hanifah sudah bisa membaca yang > tersirat dari yang tersurat dari cerita email yang > kemaren, bahwa sanak tidak punya tali silaturahim > dengan dunsanak di Kamang Hilir. Analisanya begini: > > Sanak orang Kamang hilir, tapi menikah di > Bukittinggi di rumah kakak, dan tidak pula > dilaksanakan acara adat. Toh jarak BKT dengan Padang > Panjang tidak begitu jauh? Disini kelihatan sanak > tidak akrab dengan dunsanak sasuku di kampung. > Kelihatan sepertinya keluarga sanak terbuang dari > kampung. Kemungkinan disebabkan karena ibu sanak > menikah dengan orang luar propinsi tadi. Ini juga tidak benar sama sekali. Hubungan dengan keluarga tidak putus sama sekali, terbukti setiap saat saya di jenguk oleh family yang di Kamang(Inyiak Aki), bahkan sampai ingin dijodohkan oleh keluarga di kamang, dengan anak inyiak tersebut, dan kakak saya yang pernah sekolah di sekolah Perawat Padang juga sangat akrab dengan family dari ibu, sampai juga ingin dijodohkan. Lagi-lagi bagi keluarga kami, tidak ada namanya dijodoh-jodohkan itu. Kami disuruh ortu kami silahkan cari sendiri jodoh yang baik, karena kalianlah yang akan memakainya bukan ortu. Begitupun dengan kakak saya yang tammatan sarjana Ekonomi, juga ingin dijodohkan, ortu memberikan kebebasan pada kami semua.Itu prinsip dari kedua ortu saya. Saya menikah di Kamang Hilia, tepatnya di Mesjid Wustha, pestanya baru di BKT, ditempat kakak, dihadiri semua kaluarga Ibu, dan setiap pulang kampung kami tinggal di kamang hilia.Di rumah gadang. Kami tidak mengadakan pesta secara adat, karena kami ingin secara Islami saja.Lha kenapa tidak pesta di rumah Ibu, kenapa dirumah kakak? Lha,...sayakan sudah bilang, saya juga pesta dirumah Ibu saya di P.Siantar. Kenapa tidak dirumah family di Kamang? Kalau kita pesta tentu dirumah ortu kita sendiri bukan, atau dirumah kakak, bukan dirumah family kita pesta, ini akan menyusahkan family namanya. > > Sanak orang Kamang hilir, tapi kos di panorama > sementara suami tidak bersama sanak. Mestinya sanak > merasa nyaman berada di tengah suku. Salah lagi. Kenapa harus saya tidak di kamang Hilia, terlalu jauh dari sekolah di Panorama dengan Kamang. Akan memakan ongkos dan biaya, lagian tidak mau menyusahkan familylah, kita bisa hidup mandiri, toh tiap sebentar family datang menjenguk saya, ataupun saya datang ke kamang, khususnya musim-musim durian. Karena durian Kamang cukup terkenal enaknya.mempererat hubungan bersaudara bukan harus kita hidup berdekatan dan tinggal seatap, kata orang Arab: " Biarlah jauh badan, asal hati berdekatan, ketimbang dekat badan tapi hati berjauhan". > > Umumnya orang membeli rumah di perumahan salah > satu pertimbangannya adalah tidak adalagi tanah > tempat membangun rumah, atau tidak ada uang untuk > membangun langsung. Sepertimya sanak ada pada posisi > tidak ada tanah untuk bangun rumah. Sangat aneh > untuk orang Kamang Hilir yang tanahnya masih luas. Salah lagi. Tanah masih ada di kampung, lumayan masih banyak. Kenapa tidak membangun rumah di kamang Hilia itu? Hehehe...jelas suami saya ngak maulah. Itukan tanah pusaka, sikap dan prinsip saya sudah sangat jelas terhadap tanah pusaka itu. Saya dan suami lebih senang hidup dengan membangun rumah diatas jerih payah keringan sendiri, tidak ditanah pusaka. Lantas apakah family di kamang tidak menawarkan agar kami membangun rumah di kamang itu? Banyak family mengharapkannya. Tapi kami ambil jalan tengah saja, Biaro sangat dekat dengan Kamang, maka alhamdulillah dan insyaAllah dalam sebulan lagi ini, jadilah rumah yang kami bangun tersebut di Perumahan Estate Villa Sakinah.Yang mana kontraktornya adalah adik kandung dari kanda Elthaf.Terimakasih kanda Elthaf telah mengenalkan saya dengan adik kanda. Ma'af yang selebihnya dibawah tidak saya tanggapi sama sekali. Wassalamu'alaikum. Rahima Sikumbang Sarmadi > > Wass > > Hanifah Damanhuri. --------------------------------- Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell? Check outnew cars at Yahoo! Autos. --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Daftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---