Pak Suhaimi YTH.

Ambo adalah satu nan salalu mambaco dan manyimak tulisan dan nasehat dari Bapak 
. Ambo manilai tulisan dan nasehat Bapak sangat " boneh" ( bernas ).

Semoga Bapak selalu sehat. Allah pasti akan mambaleh kebaikan nan Bapak berikan.

Salut ambo untuk Bapak...

Wassalam 

dodi
  ----- Original Message ----- 
  From: suheimi ksuheimi 
  To: RantauNet@googlegroups.com 
  Sent: Monday, May 28, 2007 9:49 AM
  Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Lansia nan Paling aktif >>>


  Ifah yg baik

  apakah benar "pesan bapak tersebut jelas berlaku untuk siapa saja, kapan 
saja, dan dimana saja, "  seperti coca cola   he 9 x
  Gpp  pokoknya pesan itu sampai, bukankah tugas kita itu menyampaikan? sesuai 
pesan junjungan kita 'Sampaikan walaupun se ayat"

  "Papa Damanhuri sudah berbuat sebelum orang lain memikirkan"
  persis seperti semen padang, he..he..he.. sehingga lebih dulu dan lebih maju 
selangkah. Sang juara dan pemenang itu kan bila dia bisa selangkah lebih 
didepan.
  Salut dan hormat  utk papanya, dulu saya pernanh mengagumi seorang pengarang 
yg namanya Damanhuri
  Utk dik Khairul, sesuai namanya baik kerna kebaikan, jadilah yg terbaik 
diantara semua yg terbaik

  salam teriring do'a

  K Suheimi




  Khairul Yanis <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
    Wa alaikum salam wr.wb uni Hanifah,
    (walaupun salamnyo untuak pak Suheimi, tapi ndak ado larangan untuak 
mancilok salam doh kan? :D)

    Ambo dulu paliang suko pulo manonton pilem Mahabrata, manumpang di rumah 
kawan (bararti ndak bebeso jauah kehidupan wak dulu doh yo Ni, samo-samo 
manumpang ka rumah urang kalau nio manonton tipi.. hehehehe..) 

    Kalau dulu, nan mambuek ambo tertarik cakak-cakak jo parangnyo. Katiko itu 
alun mangarati bagai ambo dek pelajaran-pelajaran moral nan takanduang di situ. 
Baru belakangan iko bisa ambo pahami (Alhamdulillah.... meskipun 
saketek-saketek). 

    Iyo bana tu Ni, lah langkok kesimpulan nan uni buek dari pasan dari pak 
Suheimi tu. Mudah-mudahan ambo bisa manjalankan nasehat-nasehat tun.

    Wassalam,
    Khairul


    On 27/05/07, hanifah daman <[EMAIL PROTECTED]> wrote: 
      Assalammualaikum Wr Wb bapak Suheimi yth

      Dulu hanifah pernah juga membaca novel Mahabrata dan pernah pula menonton 
filmnya di TV. Rasanya memahami novelnya sama susahnya dengan memahami pesan 
bapak. Jadi tak ingat lagi isi novelnya. Filmnya juga tak lengkap di tonton, 
karena nontonnya numpang di rumah teman he he he. 

      Sedikit-sedikit hanifah sudah bisa menangkap pesan bapak tersebut. Yang 
jelas pesan tersebut merupakan jawaban dari beberapa tulisan yang berkembang di 
RN. (benar nggak sanak Khairul?, karna sanak yang menyimak semua tulisan di RN, 
sedang uni hanya menyimak sebagian ). Walaupun begitu, pesan bapak tersebut 
jelas berlaku untuk siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, 
      Intinya : 

        1.. Sesama saudara kita harus saling mengingatkan, mengingatkan dengan 
rasa kasih sayang bukan dengan kekerasan. 
        2.. Jaga Silaturrahim 
        3.. Tak perlu bertengkar untuk memperebutkan sesuatu yang belum tentu 
ada nilainya. 
        4.. Jangan terlalu cepat menilai keimanan orang lain, karena penilaian 
itu Hak Allah. 
        5.. Sebelum menilai keimanan orang lain, tanya dulu ke diri sendiri, 
apa kita sudah termasuk orang yang beriman?. 

      Bapak Suheimi, kebetulan bapak akan ikut jd pemakalah di UNAND nanti. 
Kebetulan pula Mak Lembang dan pak Saaf, mengangkat tentang garis keturunan 
menurut ayah. Rasanya bisa dimaklumilah kenapa di ranah hal ini tidak sempat 
jadi perhatian dulunya, karena adat salingka nagari dan jodoh tak jauh dari 
salingka nagari. Jadi tak susah menelusuri keturunan baik dari pihak ayah 
maupun dari pihak ibu  Tapi saat ini menelusuri hal tersebut tentu sudah tidak 
mudah lagi karena jodoh ada dimana saja, bahkan ada yang lintas Benua.

      Che he he.
      Salah satu cara lagi yang dilakukan papa selain yang pernah hanifah tulis 
di RN yaitu menjalin silaturrahim antar saudara dari pihak ayah dan memberi 
nama Djalil (nama kakek) di belakang nama anak, adalah memberi nama cucu dari 
anak laki-laki satu-satunnya sama dengan  nama ayahnya yaitu Abdul Djalil.  
Dengan begitu diharapkan sang cucu kelak lebih mudah menelusuri keturunan dari 
pihak ayahnya. Tidak mudah memang karena tidak lazim. Yang protes ada juga 
yaitu adik-adik papa. 


        
      Wassalam

      Hanifah Damanhuri


      suheimi ksuheimi < [EMAIL PROTECTED]> wrote: 
        Hanifah yg baik
        Tulisan kali ini memang susah dicerna, sulit di mengert dan tak mudah 
untuk dipahami  sarat dg beribu makna
        Butuh waktu, nanti kalau Ifah beranjak lebih dewasa lagi   akan tahu 
makna, dan mampu membaca yg tersirat dari sesuatu yg tersurat
        Saya dulu suka membaca Mahabrata, dan tertarik dg Sri Kresna yg 
bijaksana. dia punya panah Cakra. Panah cakra itu walaupun tampaknya diarahkan 
ke tanah namun dia tetap meluncur lepas dari busrnya menancap disasaran yg 
dinginkan. Bukan hanya itu Cakra inipun mempunyai kemampuan yg beragam. Satu yg 
di bidik banyak yg didapat 
        Mungkin diantara komik yg menarik adalah Mahabrata dan bratayuda
        Diantara semua panah yg dimiliki arjuna dan dipati karna  tak satupun 
yg mampu bila dihadapkan pada panah Cakra  he 3 x  ;}

        salam dan do'a

        K Suheimi

        hanifah daman <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
          Assalammualaikum Wr Wb bapak Suheimi yth

          He he he walau tulisan bapak ditujukan untuk sanak Khairul, tapi 
panahnya menembus kemana mana nih. Makasih atas peringatan bapak ya. 
Berulang-ulang hanifah baca tulisan bapak dibawah ini. Tulisan yang sarat 
dengan pesan, agak susah dicerna, apalagi kalau lagi capek.  

          Bapak Suheimi

          Diantara anggota milis ini, bapak termasuk yang berada di ranah. 
Bapakp[un termasuk orang yang suka menyiarkan agama di berbagai kesempatan. 
Hanifah mau tanya, apa benar keadaan ranah sama seperti jaman bahela ??? 
          Hanifah berada dikota Bengkulu yang heterogen. Dengan begitu apa yang 
akan dilakukan terserah kepada warga, mau beribadah atau tidak. Terpulang 
kepada warga juga untuk mencari jalan keluar agar anak-anak tetap beribadah 
sesuai kepercayaan masing-masing. 
          Bagi yang beragama Islam didiklah anak-anak sedini mungkin mengenal 
agama Islam dan menjalankan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kalau 
lengah, jadi santapan orang lain. Dengan begitu kemungkinan anak-anak Bengkulu 
jauh lebih siap mengahadapi tantangan kristenisasi dibanding anak-anak di Ranah 
yang terlena karena berada dalam komunitas yang homogen. Mudah-m,udahan analisa 
hanifah salah ya. 

          Wass

          Hanifah Damanhuri


          suheimi ksuheimi < [EMAIL PROTECTED]> wrote:
            Add Khairul

            Terima kasih, saya terharu add juga ada membaca tulisan yg saya 
kirim bukankah kita sesama Ummat Islam  bersaudara?. Dalam satu persaudaraan, 
mereka saling mencintai, dia akan mencintai saudaranya, sebagaimana dia 
mencintai dirinya sendiri, demikian pesan agama kita melalui Rasul. "Belumlah 
dikatakan beriman seorang sebelum dia mencintai saudaranya sebagaimana dia 
mencintaidirinya sendiri ". 

            Masing-masing akan berusaha berbuat sesuatu pada saudaranya 
sebagaimana dia ingin diperlakukan. Dan diapun berusaha untuk tidak melakukan 
sesuatu sebagaimana dia tidak ingin diperlakukan, karena dia merasakan bahwa 
mereka berusaha, maka kepada saudaranya dia akan saling berbagi dan bersambung 
rasa, dalam satu tali persaudaraan. 

            Apa yang kita cari dalam hidup ini, jika persaudaraan sesuatu yang 
amat langka rela kita rusak? Apa yang kita cari dalam hidup jika kenangan manis 
di masa perjuangan ketika masih sama-sama gigih bahu membahu penuh semangat 
korp--lalu direnggut hingga tali penghubung itu putus?

            Masa lalu, ternyata merupakan kekayaan yang paling berharga bagi 
kita. Apalagi dibanding dengan kemungkinan nasib di masa depan yang masih penuh 
teka-teki. Kadang-kadang kita lupa, sikut-menyikut dan sikap menjegal dalam 
perjuangan hidup, ternyata tak membuahkan apa-apa. Kadang-kadang, pertarungan 
kita Cuma ibarat "rebutan balung tanpa isi" berebut tulang kosong. 

            Kita tak pernah tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada pihak lain. 
Karena itu, sering lebih arif kita diam, atau barhati-hati menyatakan pendapat.

            Lalu saya teringat pesan guru saya : "Jangan terlalu cepat menilai 
karena penilaian itu adalah hak Tuhan. Dan Tuhan pun memberikan penilaian pada 
Yaumuddin, pada hari agama di akhirat kelak, apaka seseorang akan diberi pahala 
atau dapat ganjaran.

            Guru saya berkata lagi : "Kita sangat lemah, jangankan menilai 
orang lain, menilai diri sendiri saja kita belum mampu. Pernahkah kita tahu 
bahwa kita sudah beriman ? dan berapa tebal keimannan kita ?

            Kalau kita tak pernah mampu menilai diri, kenapa kita bernafsu 
betul menilai orang lain?. Padahal yang tahu adalah Yang Maha Tahu. Hanya yang 
tahu, bahwa seseorang itu beriman, sesorang kafir, seseorang berdosa. Dan 
penilain serta ganjaran diberikan pada Yaumuddin, di akhirat kelak. 

            "Kita sering salah semat" kata guru saya; kita sering terlalu cepat 
menilai. Padahal penilaian itu   haknya Allah dan kita sering keliru 
menggunakannya.
            "Janganlah kau benci pada sesuatu mungkin dalam sesuatu yang kita 
benci itu ada gunanya bagimu" pesan guru saya 

            salam teriring do'a  semoga kita selalu dalam lindungannya  amin

            K Suheimi

--------------------------------------------------------------------------



----------------------------------------------------------------------------
    Need a vacation? Get great deals to amazing places on Yahoo! Travel.
    


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke