[Tentang ESQ, HDB-SBK]

Republika, Selasa, 13 Juni 2006

http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=252120
<http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=252120&kat_id=407>
&kat_id=407

 "Tak ada yang lebih buruk daripada monster yang memangsa dirinya sendiri."
Inilah gambaran dunia yang terperangkap Kapitalisme Barat yang dilontarkan
Prof Dr Danah Zohar, dalam sebuah seminar di Jakarta baru-baru ini.

Pakar Spiritual Quotient (SQ) yang mendapat gelar sarjana bidang Fisika dan
Filsafat dari Massachusetts Institute of Technology (MIT, 1966) dan Doktor
di bidang Filsafat, Psikologi, dan Agama dari Harvard University Graduate
Spiritual Capitalhool (1969) ini telah menghasilkan beberapa buku
best-sellers, seperti The Quantum Self, The Quantum Society, Who's Afraid of
Spiritual Capitalhr dinger's Cat? ReWiring the Corporate Brain. Sebelum buku
terakhir, Spiritual Capital, ia merilis SQ-Spiritual Intelligence, The
Ultimate Intelligence sebuah buku yang mengubah paradigma dunia tentang
konsep kecerdasan, setelah Daniel Goleman yang memperkenalkan konsep
kecerdasan emosi (EQ)

Dalam banyak bahasannya, Danah Zohar mendeskripsikan tentang betapa wajah
dunia yang terperangkap Kapitalisme Barat yang sedemikian menakutkannya.
Dengan kata lain, the pursuit of profit for its own sake (pencarian
keuntungan adalah demi keuntungan itu sendiri). Kapitalisme beranggapan
bahwa bumi ada untuk menyediakan bagi manusia sumber-sumber dayanya, dan
bahwa sumber-sumber ini tidak terbatas.

Prinsip Kapitalisme Kontemporer ini banyak diadopsi oleh banyak bisnis usaha
di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ia didukung oleh tren
intelektual seperti sains Newtonian, dikuatkan oleh teori "survival of the
fittest" Darwinian, juga "hukum gerak" kapitalisme itu sendiri (hukum
kompetisi, hukum maksimalisasi laba, hukum akumulasi kapital) yang telah
banyak menjebak para pelaku bisnis dan ekonomi pada umumnya ke dalam sebuah
perburuan keuntungan kompetitif yang kejam, yang mengabaikan nilai moral dan
kemanusiaan dan membuat dunia carut marut seeprti yang kita rasakan hingga
saat ini. Jelas, inilah yang dimaksud dengan "monster yang memangsa dirinya
sendiri".

Pada kasus ini, `sang monster' sama sekali tidak menjaga upaya keberlanjutan
yang seharusnya menjadi tanggungjawab setiap individu manusia. Kapitalisme
semacam inilah yang telah melahirkan ketidakmerataan yang terus meningkat
dalam distribusi kekayaan dunia, tidak saja di antara bangsa-bangsa di dunia
dan wilayah-wilayah geografis, namun kerap ditemui dalam masyarakat yang
kaya itu sendiri. Pada bangsa-bangsa semacam India, Amerika Serikat dan
Brazil, kekayaan ekstrem berdampingan dengan kemiskinan yang sangat
mencolok.

Kapitalisme Barat yang berasumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk
ekonomi yang hidup demi menghasilkan uang, telah menimbulkan `stres' dan
kelelahan yang luarbiasa di pihak "pemenang" yang menjalankan sistem. Ia
telah menumbuhsuburkan kesenjangan antara bangsa-bangsa kaya dan
bangsa-bangsa miskin, mendorong orang miskin untuk bermigrasi ke
wilayah-wilayah yang lebih kaya, kemudian pada akhirnya makin membengkakkan
populasi imigran gelap dan kerusuhan sosial politik yang menyertainya.

Lalu apakah sebenarnya penyebab dari kebobrokan itu semua? Faktor pencetus
utama permasalahan tersebut adalah ketiadaan makna yang menyertai
Kapitalisme Barat. Ketakbermaknaan inilah pemicu utama penularan penyakit di
dunia maju saat ini. Di antaranya depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang
kronis, alkoholisme, penyalahgunaaan obat-obatan, pornografi dan bunuh diri.
Inilah yang disebut penyakit spiritual (Spiritual Pathology).

Kapitalisme ini didukung oleh Hierarki Piramida Kebutuhan Abraham Maslow.
Danah memaparkan bahwa pada 1959, studi terkenal dari Frederick Herzberg
tentang hal yang memotivasi orang untuk bekerja, membuktikan kekeliruan yang
fundamental pada Piramida Maslow. Betapa tidak, piramida lima tingkat milik
Maslow--yaitu kebutuhan lapis pertama "Kecukupan Fisiologis", disusul dengan
jenjang-jenjang berikutnya yaitu "Keselamatan dan Keamanan", "Keterlibatan
dan Hubungan Sosial", "Harga Diri" dan "Aktualisasi Diri"--sesungguhnya
hanya menjadikan seseorang cenderung berkutat pada tingkat pertama
(pemenuhan kebutuhan fisik) yang berujung pada ketamakan belaka, dan sedikit
sekali yang mampu mencapai tingkat aktualisasi diri yang mengandung
pemaknaan hidup. Namun apabila piramida ini dibalik, kebutuhan utamanya
menjadi kebutuhan untuk "Aktualisasi Diri". Jika pemenuhan akan kebutuhan
aktualisasi diri telah mampu dipenuhi, maka akan dengan sendirinya kebutuhan
dasar tadi tercukupi.

Inilah jawaban dari `adakah jalan lain' itu. Spiritual Capital menawarkan
sebuah paradigma baru, yaitu visi bisnis yang tidak sekadar menaruh
perhatian pada materi keduniawian belaka. Spiritual Capitals mencitrakan
bisnis sebagai sebuah panggilan hidup, bisnis yang berorientasi pada
pelayanan dan nilai. Ketika seseorang telah menyadari bahwa fondasi
spirituallah yang mampu memberi energi untuk menggerakkan motivasinya menuju
motivasi tertinggi---seperti apa yang dijelaskan Danah, sang penemu SQ
tersebut---maka kita akan disodorkan kembali pada pertanyaan berikutnya:
"How to achieve our ultimate motivation?".

(bersambubg)

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/



Kirim email ke