Hehehe. Hapa jalan dek ditampuah, hapa kaji dek diulang :)

Sent from my iPad

On 28 Jan 2013, at 22:37, "ZulTan" <zul_...@yahoo.com> wrote:

> 
> Biasonyo kalau informasi nan samo diulang-ulang, 
> 
> "Iko Jaleh Promosi".
> 
> Kalau promosi ndak bisa man-deliver apo nan disampaikan, namonyo
> 
> "Iko Janji Palsu".
> 
> Dek "Iko Jaleh Piaman" lah baulang-ulang sampai 17 kali kalau indak juo jaleh,
> 
> "Iko Jaleh Pakak!"
> 
> Kalau indak juo paham-paham,
> 
> "Iko Jaleh Pandia".
> 
> Beko kalau lah babao-babao limbagonyo, lah buliah dikatoan,
> 
> "Iko Jualan Partai".
> 
> Beko kalau tapiliah,
> 
> "Iyolah Jadi Pejabat".
> 
> Kok isuak jadi wako nan dicintoi rang banyak,
> 
> "Iyolah Jadi Pujaan".
> 
> Namun kok kalah,
> 
> "Iyo Jadi Pecundangnyo".
> 
> Kalau sampai putuih aso dek,
> 
> "Itu Jelas Petaka!"
> 
> Kok program-programnyo masuak aka,
> 
> "Inshaallah Jadi Pemenang".
> 
> Salam,
> ZulTan, L, Bogor
> From Sinyal Bagus XL, Nyambung... Teruuusss... Putuuusss!
> From: Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com>
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Mon, 28 Jan 2013 00:53:58 -0800 (PST)
> To: Rantau Net<RantauNet@googlegroups.com>
> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
> Cc: Koran Digital<koran-digi...@googlegroups.com>; 
> Forahmi<fora...@yahoogroups.com>; Kahmi<kahmi_pro_netw...@yahoogroups.com>; 
> Lisi<l...@yahoogroups.com>; p...@yahoogroups.com<p...@yahoogroups.com>
> Subject: [R@ntau-Net] Iko Jaleh Piaman (17)
> 
> http://indrapiliang.com/2013/01/28/iko-jaleh-piaman-17-/
> 
> Iko Jaleh Piaman (17) 
> Oleh
> Indra J Piliang*)
> 
> Masih banyak orang Pariaman belum tahu tentang cerita Anggun Nan Tongga. 
> Buktinya, waktu acara talkshow di Radio Dara FM tanggal 15 Januari 2013 lalu, 
> saya sempat bertanya tentang gelar atau nama lainnya. Ada memang yang 
> berhasil menjawab, yakni Magek Jabang. Namun ketika ditanya soal Nangkodo 
> Baha, semakin sedikit yang tahu. Padahal, dua ikon inilah yang sudah menjadi 
> bagian dari mitologi sosial Rang Piaman.
> 
> Guna mengingatkan kembali tentang dua ikon itu, saya sudah lama ingin 
> menerbitkan kembali kisah mereka yang pernah ditulis. Kebetulan, dua tahun 
> lalu saya berjumpa dengan Abrar Yusra. Novelis ini pernah menulis tentang 
> Anggun Nan Tongga, Nangkodo Baha, Gondan Gondoriah dan lain-lain. Baru minggu 
> lalu saya mendapatkan naskah novel berjudul “Dendang Pelayaran” karya Abrar 
> Yusra ini. Naskah yang menghentak, tentu dengan versinya sendiri.
> 
> Setelah membaca naskah Abrar Yusra, saya baru paham cerita Nangkodo Baha, 
> Anggun Nan Tongga dan lain-lainnya itu dalam versi Abrar. Walau langgamnya 
> tidak terlalu sesuai dengan kaidah sebuah naskah yang akan beredar di 
> Minangkabau, melainkan lebih ditujukan kepada pembaca Indonesia, cerita ini 
> mengurai hubungan banyak pihak di dalamnya. Bagaimanapun, saya akhirnya 
> memutuskan untuk menerbitkan (kembali) naskah ini. Biarlah nanti publik yang 
> menilai.
> 
> Pentingnya mengangkat (lagi) naskah tentang Anggun Nan Tongga dan nama-nama 
> yang terkait dengannya ini, adalah bagian dari usaha saya untuk “Menikam 
> Jejak, Mencari Akar”. Tidak hanya sekadar membangkit batang terendam, tetapi 
> juga membersihkan batang-batang itu untuk menelusuri seluruh lekuk-lekuknya. 
> Dan ini bukan usaha pertama, tetapi menjadi bagian dari proses yang sudah 
> lama saya lakukan secara pribadi.
> 
> Saya termasuk orang yang sedih, ketika Tugu Layar di Simpang Tugu Tabuik 
> sekarang dibongkar. Bagaimanapun, sejarah TNI Angkatan Laut pernah hidup di 
> Pariaman, terbukti dengan Tugu Layar itu. Ada kalimat yang saya selalu ingat 
> di Tugu Layar itu: “Panakiak pisau sirauit, Ambiak galah batang lintabuang, 
> Salodang ambiak ka nyiru. Nan satitiak jadikan lauik, Nan sakapa jadikan 
> gunuang, Alam takambang jadikan guru.” Sejak mengenal kata-kata itu, saya 
> menjadikannya sebagai pedoman hidup, baik di rantau, apalagi di ranah. 
> Sebagai seorang pembelajar, kata-kata itu membekas dalam diri saya.
> 
> Sampai sekarang saya tidak mengerti, kenapa Tugu Layar hilang. Saya tentu 
> setuju dengan adanya Tugu Tabuik, tetapi bukan berarti yang lain harus 
> dihilangkan. Apalagi, para tetua Pariaman masih ingat, betapa setiap Hari 
> Angkatan Laut (atau Hari Dharma Samudera, setiap tanggak 15 Januari) ada 
> semacam defile dari TNI AL di Pantai dan Kota Pariaman. Simbol sebagai kota 
> maritim tertanam, dengan Tugu Layar menjadi salah satu ikonnya. Dengan 
> atraksi defile TNI AL setiap tahun di Kota Pariaman saja, sudah menjadi 
> kebanggaan tersendiri warga kota. Apalagi sepanjang sejarahnya, Kota Pariaman 
> memang terkenal sebagai basis armada laut, baik pihak asing, maupun pribumi. 
> 
> *** 
> 
> Mitologi Anggun Nan Tongga dan Nangkodo Baha adalah bagian dari kejayaan 
> maritim Rang Piaman. Piaman disini meliputi tidak hanya Kota Pariaman 
> sekarang, melainkan juga Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam (bagian 
> Barat, seperti Tiku), Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Kota Padang. Itulah 
> yang disebut sebagai Piaman Laweh.
> 
> Penjelajahan yang dilakukan oleh Anggun Nan Tongga, juga sampai ke sejumlah 
> pulau lain yang tentu “sulit” diterjemahkan secara geografis, seperti Pulau 
> Malabari. Tugas ilmuwanlah mengungkap nama-nama yang tersembunyi di balik 
> mitos, terutama para ahli antropologi.
> 
> Tanpa keinginan yang kuat untuk mempertahankan apa-apa yang sudah pernah 
> dimiliki oleh Kota Pariaman,  justru akan memicu proses destruksi budaya. 
> Bukan berarti semua benda dari masa lalu harus dipuja, tetapi tanpa masa 
> lalu, manusia sekarang hanyalah bagaikan buih di tengah samudera. Sekalipun 
> kecenderungan yang kuat adalah “Adat menurun, Agama menaik”, tetapi juga 
> patut dikaitkan dengan “Bertangga naik, berjenjang turun”. Naik turunnya 
> (pengaruh) agama dan adat, memiliki tangga dan jenjangnya masing-masing, 
> tidak bisa langsung punah dan hilang sama sekali.
> 
> Dari naskah Abrar Yusra, ada sosok yang menarik, yakni Intan Karang. 
> Barangkali, kontroversi akan muncul. Begitu juga posisi Ganto Sori, etek atau 
> bibi Anggun Nan Tongga, Ratu Istana Kampung Dalam. Intan Karang adalah istri 
> Nangkodo Baha yang diceraikan di tengah laut, di atas kapal Dandang Olai, 
> karena berselingkuh dengan Anggun Nan Tongga. Intan Karang ini juga muncul 
> sebagai pengatur strategi penyerangan pulau tempat Raja Tua disekap perompak. 
> Namun sebagai sebuah kisah utuh, tanpa adegan perselingkuhan Intan Karang di 
> atas kapal, tidak akan ketemu akhir dari cerita “Dendang Pelayaran” ini. 
> Sebagai kisah yang utuh, satu atau dua alinea yang disobek akan memunculkan 
> masalah besar dalam struktur penulisan.
> 
> Dalam waktu dekat, naskah “Dendang Pelayaran” Abrar Yusra dicetak ulang oleh 
> Nangkodo Baha Institute, satu lembaga kajian lokal yang saya dirikan di Kota 
> Pariaman. Bersamaan atau berurutan dengan itu, juga akan terbit buku “Tabuik 
> Piaman” yang ditulis oleh dua orang, yakni tuo tabuik dan ilmuwan budaya. 
> Kalau ada naskah-naskah lainnya, saya dengan tangan terbuka menyediakan diri 
> untuk diberikan, agar bisa dilirik, lantas diterbitkan. Dengan semaraknya 
> buku-buku dengan nuansa lokal yang kuat ini, saya tentu berharap akan 
> mewarnai dunia penulisan di Kota Pariaman, khususnya, dan Sumatera Barat, 
> umumnya.
> 
> Patut dicatat, bukan hanya Pariaman yang memiliki sejumlah mitologi sosial. 
> Kisah Malin Kundang, misalnya, bisa dimunculkan kembali dalam versi lebih 
> moderen. Begitu juga tentang Cindua Mato, Rambun Pamenan dan lain-lain. 
> Masing-masing daerah memiliki kekayaan imajinasi kulturalnya sendiri, 
> sebagian (besar) tersembunyi dalam tambo. Apabila dicetak kembali, diedarkan, 
> didiskusikan, akan muncul polemik kebudayaan yang menjadi api nan tak kunjung 
> padam di Ranah Minangkabau.
> 
> Bukankah film-film Hollywood yang kita tonton belakangan ini juga mengandung 
> banyak tambo dan mitos? Dari tokoh pahlawan semacam Batman, Spiderman, sampai 
> kisah Lord of The Rings, sampai film Avatar. Karya-karya yang hanya 
> mengandalkan imajinasi, tokoh-tokoh yang tidak berdeta dan tak pandai 
> berpetatah-petitih. Alam Minangkabau sama sekali tidak kekurangan kisah-kisah 
> sejenis, tinggal digali, dikumpulkan, ditulis ulang, lalu kemudian 
> disebarkan... 
> 
> *) Menyukai Gundala, Sang Putra Petir
> -- 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>  
>  
>  
> -- 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>  
>  
>  

-- 
-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke