"Di tanah ini kita yang memegang kemudi,
tetapi bukan kita yang menentukan angin dan arus."
                                       - I.S. Kijne, Serui 1958

Izaac Samuel (I.S.) Kijne adalah pendeta karismatis Belanda yang sejak awal
1920-an memainkan peranan penting dalam penyebaran ajaran Kristen di Papua.
Tahun 1925, Kijne mendirikan Batu Peradaban   dan Sekolah Zending di
Wondama, Wasior. Tahun 1930-an, Kijne menciptakan himne "Hai Tanahku Papua"
yang kelak disetujui Pemerintah Belanda lagu nasional Papua Barat (1961),
lagu kebangsaan OPM.

Mundur satu abad ke belakang dari kehadiran Kijne di Wasior, pada 1824
wilayah Papua Barat adalah bagian dari Kesultanan Ternate yang Islam. Tiga
tahun kemudi Belanda masuk pertama kali ke wilayah Papua, mendarat di Pulau
Lobo, Kaimana, dan mendirikan tugu Fort du Bus. Tahun 1855, penyebaran
Injil pertama kali dimulai dari Pulau Mansinam, pulau kecil di seberang
Manokwari. Awal tahun 1900-an, Manokwari dijadikan pusat karesidenan oleh
Belanda, meski bagian dari Kesultanan Tidore. Tahun 1928 pada Sumpah
Pemuda, Papua mengirimkan wakil bersama Poreo Ohee atas penunjukan Sultan
Tidore.

(Apa artinya kalau wakil Papua ada di Sumpah Pemuda? Silakan ditafsirkan
sendiri. Lebih jauh dari itu, berapa banyak orang tahu bahwa ternyata di
Sumpah Pemuda pernah ada wakil dari Papua?)

Barangkali itu sebabnya mengapa beberapa saat sebelum Kijne meninggalkan
Papua pada 1958, di Pelabuhan Serui dia mengucapkan salam perpisahan yang
kutipannya ada di atas.

Wassalam,

ANB


Pada Rabu, 08 Mei 2013, Muchwardi Muchtar menulis:

> Diambil dari Kumpulan Puisi *Muchwardi Muchtar *BERITA ANEH, terbitan
> kedua puluh sembilan, Puisi Indonesia, Jakarta 1980; *
>
> BERITA*
> yang ada di sini
> pantai hijau berombak renta
> tampak terbujur dibuai nostalgia
> entah asyik melumat sisa keju
> aku tak begitu tahu
>
> yang ada di sini
> lambaian nyiur tak bermakna
> ditingkah gelagar laut
> tampaknya ingin menabuh segala rawa
> agar lelap tak diusik malaria
>
> siapa sangka
> lipatan album dari dermaga
> suka akan nafiri angin selatan?
>
> wahai
> kepala burung yang selalu murung
> untaian ikrarku ini buat fauna dan flora
> serta alunan gendang di rimba
> 'kan kukabar penjuru dunia
> apa yang memekar dalam baris puisi
> adalah suara pemuka di sini
>
> tak ada yang tahu, barangkali
> sebutir ketela bakar
> adakalanya melebihi roti mentega
> Fakfak, 1976
>
>
> Pada 8 Mei 2013 11.21, Akmal Nasery Basral 
> <ak...@rantaunet.org<javascript:_e({}, 'cvml', 'ak...@rantaunet.org');>
> > menulis:
>
> Sanak Dedi n.a.h.
> yang disebut rakyat Papua itu bukan entitas homogen, tapi heterogen. Yang
> banyak menyebutkan hendak pisah dari RI itu adalah (sebagian) "orang Papua
> gunung", bukan "orang Papua laut/pesisir".  Ini kaitan dengan awal thread
> pembukaan kantor OPM di Oxford, supaya diskusi kita tetap on track.
>
> Tema kedua tentang Papua, menyangkut kesenjangan pembangunan, dengan kasus
> utama Freeport, ambo setuju. Tapi ini bukan khas Papua saja, juga di
> daerah-daerah di mana ada kontrak karya (proyek raksasa), selalu ada
> kesenjangan yang memilukan antara besarnya proyek dengan kondisi masyarakat
> sekitar. Entah itu di lingkungan Caltex, Stanvac, dll. Ini jadi bahan
> diskusi Sosiologi Pembangunan bagi mahasiswa tingkat awal. Tapi apakah hal
> itu memicu adanya keinginan memisahkan diri dari RI?
>
> Jadi, antara "kesenjangan pembangunan" dan keinginan "memisahkan diri dari
> RI" adalah hal yang jalin berkelindan, namun sejatinya tetap dua hal
> berbeda.
>
> Untuk Papua, ambo alah beberapa kali ke sana (bukan sebagai wartawan/atau
> ditugaskan oleh Tempo, Mak MM***) tapi untuk riset sebuah kerja kreatif.
>
> Ambo pernah tidur hampir 2 pekan di rumah penduduk asli di kawasan Taman
> Nasional Wasur (Merauke), dalam kunjungan berbeda pernah ke pulau Mansinam
> (seberang Manokwari) tempat Kristen pertama kali masuk Papua, pernah naik
> Gunung Meja (juga di Merauke) dan berbincang dengan beberapa peladang asli,
> pernah mengunjungi Fort du Bus, monumen kedatangan Belanda pertama kali di
> Pulau Lobo, Teluk Triton, yang termasuk gugusan pulau di wilayah Kaimana
> (Papua Barat), dan pulau Namatotta (pulau tetangga Lobo yang seluruh
> penduduknya Papua muslim, wajah dan postur mereka persis sama dengan
> penduduk Lobo yang seluruhnya Kristen), pernah ke perbatasan Sota (RI-Papua
> Nugini) yang menuju Boven Digul, pernah ke Abepantai salah satu daerah
> konflik sampai sekarang, posisinya antara Jayapura-Sentani (bandara), dll.
>
> Selain bicara dengan penduduk, juga beberapa tokoh informal seperti
> Heemskercke Bonay, anak gubernur pertama Papua (Jan Bonay, yang akhirnya
> membelot jadi OPM di Belanda). Ibu Heemskercke bilang, problem utama
> kusutnya masalah Papua adalah karena "Patipa".
>
> Apa itu Patipa? "Papua tipu Papua," ujar Ibu Heems. "Yang tak ingin
> masalah Papua usai adalah segelintir elit yang orang-orang Papua juga."
>
> Seorang pendeta di Abepantai, Pdt  Uyo (ibunya bernama Penina Uyo, asli
> Papua, terkenal karena kisah heroiknya saat mendengar Proklamasi sudah
> dibacakan di Jakarta, Ibu Penina yang waktu itu hamil muda, naik pohon
> kelapa di tepi pantai untuk mengibarkan bendera Merah Putih, dan karena itu
> beliau dipaksa turun tentara Belanda dan dibui di penjara).
>
> Salah satu kegiatan Pdt. Uyo ini adalah "menjemput anak-anak muda Papua di
> Mavik" (Markas Victoria) di perbatasan RI-Papua Nugini, yang direkrut untuk
> menjadi anggota OPM, tapi kemudian disia-siakan. Pdt. Uyo menggalang
> kerjasama antar gereja di Papua agar mereka memperhatikan jemaat
> masing-masing (terutama jemaat muda) agar "tidak mudah terhasut rayuan OPM."
>
> Bagaimana dari sisi Papua Muslim, misalnya di Kaimana yang jadi salah satu
> basis gerakan awal Tritura? Para haji  di sana, saya bicara dengan lebih
> dari 10 orang dari mereka, juga punya sikap sama seperti Pdt. Uyo. Ada
> semacam kesepakatan informal mereka, bahwa "yang paling mudah terpancing
> isu OPM bahkan mau bergabung adalah orang-orang gunung yang kurang
> berpendidikan, dll".
>
> Toh dengan pengalaman saya berbaur dengan warga Papua yang cukup intensif,
> saya masih belum berani menyimpulkan adanya korelasi antara "kesenjangan
> pembangunan" di sana dengan "keinginan memisahkan diri" seperti pembentukan
> kantor OPM di Oxford yang menjadi awal thread ini.
>
> Jangan keliru, saya bukannya tidak menganggap serius masalah "kesenjangan
> pembangunan" di Papua (yang juga terjadi di provinsi lain dengan tidak
> kalah parahnya). Tapi menautkan hal itu sebagai seolah-olah hanya
> satu-satunya penyebab yang membuat mereka ingin mereka, adalah sangat
> menyederhanakan masalah.
>
> Jika sanak Dedi memang serius ingin mendalami asal muasal keterbelahan
> politik orang Papua (mengapa ada yang pro-RI dan anti-RI), salah satu
> referensi paling komprehensif adalah buku (disertasi) Dr. Bernarda Meteray
> "Identitas Ganda Orang Papua" yang su
>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
> 1. E-mail besar dari 200KB;
> 2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti 
> berlangga...@googlegroups.com<javascript:_e({}, 'cvml', 
> 'berlangga...@googlegroups.com');>.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Reply via email to