Knkn Ahmad Ridha nn baik n snk palanta.Salamaik Shaum.
   Adolo curito nn 'perlu' lo kito luruihkan berkaitan dgn sahabat Tsa'labah 
inii.
   Konon khabarnya(apa ini berasal dari Hadis atau bukan) bhw sahabat Tsa'labah 
ini pada saat akan sakratul maut(meninggal) tdk mau mengucapkan kalimah 
syahadat itu karena Ibunya 'marah' kepadanya.
    Pernahkah knkn Ridha mendengar kisah ini or mengetahuinya? Cerita or kisah 
ini 'sering' dijadikan bhn ceramah oleh sebagian Dai kita.
    JB sendiri 'blm' bisa menerima kisah ini n blm ketemu hadis nn 
meriwayatkannya.Bagi JB kebenaran kisah tsb sangat menimbulkan pertanyaan.
    Seandainya knkn Ridha ada mengetahui or mempunyai bhn2 ttg kisah itu,JB 
akan berterimakasih sekali atas budi baik knkn Ridha kalau bisa 
memberitahukannya via Palanta kita ini.
   Mak JB,DtRJ,74thn,sk Mandahiliang,IVAngkek Padusunan,Piaman,kini di Bon 
jer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-----Original Message-----
From: Ahmad Ridha <ahmad.ri...@gmail.com>
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 15 Jul 2013 01:42:19 
To: <rantaunet@googlegroups.com>
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Carito Tsa'labahVersi baso Pauh Kamba

Wa'alaykumus salaam warahmatullahi wabarakaatuh,

Bundo Evy, untuk melengkapi, di bawah saya salinkan keterangan tentang
derajat cerita tersebut dari:

http://almanhaj.or.id/content/2262/slash/0/meluruskan-cerita-tentang-tsalabah-bin-haathib/

Semoga dapat bermanfaat. Allahu a'laam.
-- 
Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

----------------------------------
Meluruskan Cerita Tentang Tsa'labah Bin Haathib Senin, 5 Nopember 2007
10:21:42 WIB
MELURUSKAN CERITA TENTANG TSA’LABAH BIN HAATHIB

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Ada sebuah hadits yang berbunyi:

وَيْحَكَ يَا ثَعْلَبَةُ، قَلِيْلٌ تُؤَدِّيْ شُكْرَهُ خَيْرٌ مِنْ كَثِيْرٍ
لاَتُطِيْقُهُ. أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ مِثْلَ نَبِيِّ اللهِ،
فَوَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ شِئْتُ أَنْ تَسِيْلَ مَعِيَ الْجِبَالُ
فِضَّةً وَذَهَبًا لَسَالَتْ.

“Artinya : Celaka engkau wahai Tsa’labah! Sedikit yang engkau syukuri itu
lebih baik dari harta banyak yang engkau tidak sanggup mensyukurinya.
Apakah engkau tidak suka menjadi seperti Nabi Allah? Demi yang diriku di
tangan-Nya, seandainya aku mau gunung-gunung mengalirkan perak dan emas,
niscaya akan mengalir untukku”

TAKHRIJ HADITS.
Hadits ini diriwayatkan oleh:
Ibnu Jarir dalam Jami’ul Bayaan (VI/425 no. 17002), ath-Thabrani dalam
al-Mu’jamul Kabir (VIII/218-219, no. 7873), ad-Dailamy, Ibnu Hazm dalam
al-Muhalla (XI/208) dan al-Wahidi dalam Asbaabun Nuzul (hal. 257-259).

Semuanya telah meriwayatkannya dari jalan Mu’aan bin Rifa’ah as Salamy dari
Ali bin Yazid dari al-Qasim bin Abdur Rahman dari Abu Umamah al-Baahiliy,
ia berkata: “Bahwasanya Tsa’labah bin Hathib al-Anshary datang kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata: “Ya Rasulullah,
berdo’alah kepada Allah agar aku dikarunia harta.” Lalu Rasulullah
Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: (Ia pun menyebutkan lafazh hadits di
atas).

Lanjutan hadits ini adalah sebagai berikut:
Kemudian ia (Tsa’labah) berkata: “Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar,
seandainya engkau memohon kepada Allah agar aku dikaruniai harta (yang
banyak) sungguh aku akan memberikan haknya (zakat/sedekah) kepada yang
berhak menerimanya.”

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: “Ya Allah,
karuniakanlah harta kepada Tsa’labah.”

Kemudian ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambing itu tumbuh beranak,
sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota Madinah terasa sempit baginya.

Sesudah itu, ia menjauh dari Madinah dan tinggal di satu lembah (desa).
Karena kesibukannya, ia hanya berjama’ah pada shalat Zhuhur dan Ashar saja,
dan tidak pada shalat-shalat lainnya. Kemudian kambing itu semakin banyak,
maka mulailah ia meninggalkan shalat berjama’ah sampai shalat Jum’at pun ia
tinggalkan.

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada para
Shahabat: “Apa yang dilakukan Tsa’labah?”

Mereka menjawab: “Ia mendapatkan seekor kambing, lalu kambingnya bertambah
banyak sehingga kota Madinah terasa sempit baginya,…”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam mengutus dua orang untuk
mengambil zakatnya seraya bersabda: “Pergilah kalian ke tempat Tsa’labah
dan tempat fulan dari Bani Sulaiman, ambillah zakat mereka berdua.”

Lalu keduanya pergi mendatangi Tsa’labah untuk meminta zakatnya.
Sesampainya disana dibacakan surat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dengan serta merta Tsa’labah berkata: “Apakah yang kalian minta
dari saya ini, pajak atau sebangsa pajak? Aku tidak tahu apa sebenarnya
yang kalian minta ini!”

Lalu keduanya pulang dan menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tatkala beliau melihat kedua-nya (pulang tidak membawa hasil),
sebelum mereka berbicara, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Celaka engkau, wahai Tsa’labah! Lalu turun ayat:

“Artinya : Dan di antara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah:
‘Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang
shalih.’ Maka, setelah Allah mem-berikan kepada mereka sebahagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” [At-Taubah:
75-76]

Setelah ayat ini turun, Tsa’labah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ia mohon agar diterima zakatnya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung menjawab: “Allah telah
melarangku menerima zakatmu.” Hingga Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam
wafat, beliau tidak mau menerima sedikit pun dari zakatnya.

Dan Abu Bakar, ‘Umar, serta ‘Utsman pun tidak menerima zakatnya di masa
khilafah mereka.

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ جِدًّا) LEMAH SEKALI
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghiir (no. 4112).

Karena dalam sanad hadits ini ada dua orang perawi yang lemah:
[1]. Ali bin Yazid, Abu Abdil Malik, seorang rawi yang sangat lemah.
Imam al-Bukhari dalam kitabnya berkata: “Ali bin Yazid, Abu ‘Abdil Malik
al-Hany ad-Dimasyqy adalah seorang perawi yang Munkarul Hadits.”
Imam an-Nasa-i berkata: “Ia meriwayatkan dari Qasim bin ‘Abdirrahman, ia
Matrukul Hadits.” [Lihat adh-Dhu’afaa’ wal Matrukiin (no. 455).]
Imam ad-Daraquthny berkata: “Ia seorang matruk (yang ditingggalkan
haditsnya dan tertuduh dusta).”
Imam Abu Zur’ah berkata: “Ia bukan orang yang kuat.”
Imam al-Haitsamy berkata: “ ‘Ali bin Yazid adalah seorang matruk.”
[Periksa: Mizaanul I’tidal (III/161, no. 5966), Taqriibut Tahdziib (II/705,
no. 4933), al-Jarh wat Ta’dil (VI/208), Lisanul Mizan (VII/ 314), Majmu’uz
Zawaaid (VII/31-32)]

[2]. Mu’aan bin Rifaa’ah as-Salamy, seorang perawi yang dha’if (lemah).
Ibnu Hajar berkata: “Ia adalah seorang rawi yang lemah dan ia sering
memursalkan hadits.” [Periksa: Taqriibut Tahdziib (II/194, no. 6771)]
Kata Imam adz-Dzahabi: “Ia tidak kuat haditsnya.” [Periksa: Mizaanul
I’tidal (IV/134)]
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Hammad, ia berkata: “Salamah dari Ibnu
Ishaq dari ‘Amr bin ‘Ubaid dari al-Hasan: ‘Bahwa yang dimaksud ayat itu (9:
75) adalah Tsa’labah bin Haathib Mu’aththib bin Qusyair keduanya dari bani
‘Amr bin ‘Auf.’” [Periksa: Jami’ul Bayaan fii Ta’-wiilil Qur-aan (IV/ 427,
no. 17005)]

Adapun kelemahannya adalah:
[1]. Mursal Hasan al-Bashry, ia seorang tabi’in.
[2]. ‘Amr bin ‘Ubaid Abu ‘Utsman al-Bashri al-Mu’tazili.
Kata Ibnu Ma’in: “Tidak boleh ditulis haditsnya.”
Kata Imam an-Nasaa-i: “Matruk, tidak kuat, tidak boleh ditulis haditsnya.”
Kata Imam al-Fallas: “ ‘Amr ditinggalkan haditsnya dan dia adalah ahli
bid’ah.”
Kata Abu Hatim: “Matrukul Hadits.”
[Lihat Mizaanul I’tidal (III/273-280) dan Tahdzibut Tahdzib (VIII/62-63)]

PARA ULAMA YANG MELEMAHKAN HADITS-HADITS INI
Di Antaranya ialah:
[1]. Imam Ibnu Hazm, ia berkata: “Riwayat ini bathil.” [l-Muhalla
(XI/207-208).]
[2]. Al-hafizh al-’Iraqy berkata: “Riwayat ini dha’if.” [Lihat Takrij
Ahaadits Ihya’ Ulumuddin (III/287).]
[3]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany berkata: “Riwayat tersebut dha’if dan
tidak boleh dijadikan hujjah.” [Lihat Fat-hul Baari (III/266)]
[4]. Ibnu Hamzah menukil perkataan Baihaqi: “(Riwayat ini) dha’if.” [Lihat
al-Bayan wat Ta’rif (III/66-67)]
[5]. Al-Munawi berkata: “(Riwayat ini) dha’if.” [Lihat Fai-dhul Qadir
(IV/527).]
[6]. Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Hadits ini dha’ifun
jiddan.” [Lihat Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (IX/78 no.
4081)]

RIWAYAT YANG BENAR
Tsa’labah bin Haathib adalah seorang Sahabat yang ikut dalam perang Badar
sebagaimana disebutkan oleh:
[1]. Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqaat (III/36).
[2]. Ibnu ‘Abdil Barr dalam kitab al-Istii’ab (hal. 122).
[3]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany di dalam kitab al-Ishaabah fii
Tamyiizish Shahaabah (I/198). Beliau ber-kata: “Tsa’labah bin Hathib adalah
Shahabat yang ikut (hadir) dalam perang Badar.

Sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang ahli
Badar:

لَنْ يَدْخُلَ النَّارَ رَجُلٌ شَهِدَ بَدْرًا وَالْحُدَيْبِيَّةَ.

“Artinya : Tidak akan masuk Neraka seseorang yang ikut serta dalam perang
Badar dan perjanjian Hudaibiyah.” [HR. Ahmad (III/396), lihat Silsilatul
Ahaadits ash-Shahihah (no. 2160)]

[4]. Kata Imam al-Qurthuby (wafat th. 671 H): “Tsa’labah adalah badry
(orang yang ikut perang Badar), Anshary, Shahabat yang Allah dan Rasul-Nya
saksikan tentang keimanannya seperti yang akan datang penjelasannya di awal
surat al-Mumtahanah, adapun yang diriwayatkan tentang dia (tidak bayar
zakat) adalah riwayat yang TIDAK SHAHIH. [Tafsir al-Qurthuby (VIII/133),
cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah]

SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP HIKAYAT TSA'LABAH YANG TIDAK BENAR DI ATAS
Sesudah kita mengetahui kelemahan riwayat tersebut, maka tidak halal bagi
seorang muslim pun untuk mem-bawakan riwayat Tsa’labah sebagai permisalan
kebakhilan, karena bila kita bawakan riwayat itu berarti:

Pertama : Kita berdusta atas nama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua : Kita menuduh seorang Shahabat ahli Surga dengan tuduhan yang buruk.
Ketiga : Kita telah berdusta kepada orang yang kita sampaikan cerita
tersebut kepadanya.

Ingat, kita tidak boleh sekali-kali mencela, memaki atau menuduh dengan
tuduhan yang jelek kepada para Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَبَّ أَصْحَابِيْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَالْمَلاَئِكَةِ
وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.

“Artinya : Barangsiapa mencela Shahabatku, maka ia mendapat laknat dari
Allah, Malaikat dan seluruh manusia.” [ HR. Ath-Thabrani di dalam kitab
al-Mu’jamul Kabir (XII/110, no. 12709) dan hadits ini telah di-hasan-kan
oleh Imam al-Albany dalam Silsilatul Ahaadits ash-Shahihah (no. 2340),
Shahih al-Jaami’ush Shaghir (hal. 2685)]

Wallaahu a’lam bish Shawaab.

[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober
2004M]
_________
MARAAJI’
[1]. Tsa’labah bin Haathib ash-Shahaby al-Muftara’ ‘alaihi, oleh ‘Adab
Mahmud al-Humasy, cet. Daarul Amaani, Riyadh, th. 1407 H.
[2]. Asy-Syihaab ats-Tsaqiib fidz Dzabbi ‘anish Shahabil Jalil Tsa’labah
bin Haathib, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly, Daarul Hijrah, cet. II,
th. 1410 H.
[3]. Mizaanul I’tidal fii Naqdir Rijal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali
Muhammad al-Bijaawy, cet. Daarul Fikr.
[4]. Majmu’-uz Zawaa-id wa Mamba-ul Fawaa-id, oleh Imam al-Haitsamy.
[5]. Al-Muhalla, oleh Ibnu Hazm.
[6]. Tafsir ath-Thabary, oleh Imam ath-Thabary, cet. Daarul Kutub
al-‘Ilmiyyah.
[7]. Tafsir al-Qurthuby, Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshary
al-Qurthuby.
[8]. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet.
Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[9]. Al-Jarh wat Ta’dil, oleh Ibnu Abi Hatim ar-Razy, cet. Daarul Fikr.
[10]. Al-Mu’jamul Kabir, oleh Imam ath-Thabary, tahqiq: Hamdi Abdul Majid
as-Salafy.
[11]. Adh-Dhu’afa’ wal Matrukin, oleh Imam an-Nasa-i, cet. Daarul Fikr.
[12]. Fai-dhul Qadir, oleh al-Munawy, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[13]. Fat-hul Baari, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, cet. Daarul
Fikr.
[14]. Al-Ishaabah fii Tamyizish Shahabah, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
‘al-‘Asqalany.
[15]. Al-Istii’ab bi Ma’rifatil Ash-haab, oleh al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr
(bihaamisy al-Ishaabah.)
[16]. Lisaanul Miizan, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
[17]. Ihya’ ‘Ulumuddin, oleh Imam al-Ghazaly, (bi Haamisyihi takhrij
lil-Hafizh al-‘Iraaqy.), cet. Daarul Fikr, th. 1418.
[18]. At-Tashfiyyah wat Tarbiyyah wa Aatsaariha fisti’naafil Hayaatil
Islaamiyyah, oleh Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid al-Atsary.
[19]. Asbaabun Nuzul, oleh Imam Abul Hasan ‘Ali bin Ahmad al-Wahidy, cet.
Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
[20]. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
[21]. Silsilatul Ahaadits adh-Dha’iifah wal Maudhuu’ah, oleh Imam Muhammad
Nashiruddin al-Albany.
[22]. Shahih al-Jaami’-ush Shaghir, oleh Imam Muhammad Nashiruddin
al-Albany.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.



-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Kirim email ke