Kawan-kawan sanak sapalanta  dan pengelola RMP/RMM n..a.h

Kita besyukur  Rumah Makan Padang atau Rumah Makan Minang (dominan masakan
asli Minang)  sudah berkembang di Nusantara dan mulai merambah keluar
negeri. Dengan banyak permohonan maaf dengan tidak bermaksud meninggikan
atau merendahkan, peminat makanan minang ini mungkin (sekali lagi mungkin)
bisa dibagi menjadi 3 kelas.
1. Karena  dalam perjalanan, sudah lapar tak pilih warung, kebetulan stop
di  RMP/RMM.
2. Karena dalam perjalanan ,datang jadwal makan, cari warung yang sesuai
dengan selera.
3. Baik dalam perjalanan atau tidak, ingin mencoba makan di rumah makan.

Cara penghidangan: RMP/RMM kecil penghidangan ala warteg. RMP/RMM menengah,
ruangan  belum memadai, hidangan makanan dibawa sekali banya lalu
digelontorkan di meja  dimana tamu menunggu. RMP/RMM besar, hidangan
menggunakan kerta sorong  ala rumah sakit membagikan obat ke pasien.
Diantara 3 kelas peminat RMP/RMM ini, peminat yang ke 3 mungkin agak
beda.Peminat kelas ini umumnya kelas menengah keatas, pada tingkat ini
kebersiha pelayanan sangat diperhatikan. Karena kebersihan ini akan
mengikuti  dampak kesehatana berikutnya. Maff sekali lagi maaf, mungkin
pernah kita melihat , mungkin juga anggota RN ada yang pernah melihat,
makanan yang sudah selesai dari meja tamu sisanya kembali keruang/loket
makanan, kemudian yang masih utuh tetap di kereta, yang telah berkurang
(misalnya goreng ayam tadinya 2 potong, tinggal 1 potong) ditambah dengan
kelebihan dari kereta lain, kalau gorengan masih kering, kalau gulai...
Memang ini tak bisa dihindari karena sistim penghidangan yang dipakai
Bagaimanapun kalau makan sudah dihadapan tamu yang siap makan, mesti ada
saja yang pegang-pegang atau pilih-pilih besar atau kecil,masak atau kurang
masak dengan membalik-balik dsb yang ujungnya hampir semua lauk pauk yang
dihidangan itu sudah terpegang jari jemari tamu sebelumnya meskipun
disediakan sendok dan garpu, syukur kalau habis oleh tamu kalau tersisa
maka yang tersisa inilah kembali keloket untuk digabung dengan sisa kereta
lainnya. Yang mungkin menganggu  pemikiran bagi tamu yang sedang duduk
menunggu datangnnya  hidangan, para tamu ini juga memperhatikan makanan
yang mondar mandir di kereta sorong ini. Lebih fatal lagi kalau minta
tambahan lauk, diambilkan dari makan yang barusan tersisa dari tamu yang
baru meninggalkan meja. Memang suatu hal yang tidak mungkin  bagi pengelola
RMP/RMM dengan gaya hidangan sampai  sekarang  untuk membuang makanan yang
tersisa dari meja sebelumnya tapi masih utuh, kalau lauk pauk kering masih
mending, kalau yang berupa gulai-gula, pernah dijamah... .
Hanya karena penghidangan secara gelontoran, semua lauk pauk yang layak,
dihidangkan kedepan tamu,   kadang lebih dari 5 macam lauk pauk, terserah
tamu suka atau tidak.
Kedepan secara bertahap, sekali lagi secara bertahap, menengok kondisi,
mungkin mulai dipikirkan oleh pengelola RMP/RMM untuk mengurangi hal-hal
yang disebutkan  kurang menimbulkan selera diatas.
Saran kita, sambil  melihat kondisi dan situasi,  kedepan mungkin secara
bertahap ada baiknya, beberap RMP/RMM  demi kebersihan dan kesehatan
memulai merobah cara pelayanan, dari penggelontoran makana  didepan meja
tamu dirobah menjadi: makanan yang dihidangkan hanya yang dipesan dengan
demikian tak ada makanan yang kembali. Ini tentu banyak effisiensi.
Kekurangannya mungkin ada tapi jauh lebih baik dari segi kebersihan dan
efisiensi pelayanan. Biasanya pemesan  bayar duluan sesuai apa yang
dipesan, hanya RPM/RMM menyedakan  makanan imitasi  di etalase makanan.

Mohon maaf kalau saran ini belum berkenan

wass.

Maturidi (75)
Asal  Talang Solok- Kutianyia
Duri- Riau





Pada 4 September 2013 00.32, st. eF Al Zain Sikumbang
<efmuhan...@gmail.com>menulis:

> ba a kok dak tabik lo salero mamak?
> dek banyak minyak lo?atau lah batuka lo lidah mak dut dek lamo di rantau?
> hehe..
>
> st
> kl
>
> Pada Selasa, 03 September 2013, ajo duta<ajod...@gmail.com> menulis:
>
> > Namun orang yang peduli kesehatan sekarang mulai meninggalkan masakan
> Minang yang penuh dengan minyak dan santan. RM Dapur Sunda sudah merebak
> dimana-mana. Malah di Padang sekalipun.
> > Tapi walaupun mancubo mangelak-ngelak masakan awak. Paling kurang
> sakali-dua saminggu kangen juo basalero Minang.
> > Hari tadi mangawani "induak bareh" ka Pasar Tanah Abang. Tantu pai
> malapeh salero di lantai 8. Bakulilang mancari RMP, basuo jo RMP Simpang
> Raya. Namonyo seperti terkenal. Tapi dicigok di etalase, kok kurang tabik
> salero. Nampak juo SMS (sate mak Syukur). Tapi ambo kurang berminat.
> Akhirnya mampir
> > di RM Sunda ala pransmanan.
> >
> >
> >
> -----------------------------------------------------------------------------------------------
> > Selamat 'Idulfitri 1434 H Mohon Maaf Lahir Bathin Atas Kesalahan
> > dan Kekeliruan. Semoga Amal Ibadah Kita Diterima Allah SWT. Amin
> > Wassalaamu'alaikum
> > Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
> > 17/8/1947, suku Mandahiliang, gala Bagindo
> > Gasan Gadang Pariaman - Tebingtinggi Deli -
> > Jakarta - Sterling, Virginia USA
> > ------------------------------------------------------------
> >
> > 2013/9/3 St. eF Al Zain Sikumbang <efmuhan...@gmail.com>
> >
> > DARI pelosok kampung di Sumatera Barat, warung minang menyebar bagai
> organisme makhluk hidup. Warung-warung itu berbiak di mana saja, mulai dari
> Jakarta sampai mancanegara. Setiap saat, "tambuah ciek lai" alias tambah
> satu lagi.
> >
> > Tanah Minang seolah pindah ke jalur pantura, Jawa Barat. Begitulah kesan
> yang kami tangkap ketika menyusuri jalur itu awal Agustus lalu. Betapa
> tidak, mulai dari perempatan Tol Cikampek-Cikopo hingga Indramayu, lebih
> dari seratus warung minang berdiri di sisi kiri dan kanan jalur tersebut.
> >
> > Warung-warung itu sebagian tampil amat dominan. Papan-papan namanya
> besar-besar seolah hendak menenggelamkan warung jawa, sunda, atau cirebon
> yang jumlahnya dari tahun ke tahun kian sedikit. Ukuran warungnya pun
> tergolong raksasa. Tengoklah RM Taman Selera di Losarang, Indramayu, milik
> Rusdi Safry (48) yang luasnya 4 hektar.
> >
> > Empat hektar? Ya, 4 hektar! Rusdi bahkan berencana membuat satu lagi
> warung padang di dekat Pintu Tol Palimanan seluas 7 hektar. Alamak! Warung
> minang tambuah ciek.
> >
> > Dengan luas 4 hektar, Taman Selera mirip Terminal Bus Lebak Bulus,
> Jakarta Selatan. Kamis malam pukul 23.00, awal musim mudik Lebaran, puluhan
> bus Sinar Jaya masuk-keluar area parkir rumah makan itu. Setiap mampir,
> bus-bus memuntahkan puluhan penumpang.
> >
> > Rusdi mengatakan, setiap malam ada 400-an bus Sinar Jaya yang singgah di
> warungnya. Pada musim mudik Lebaran, Agustus lalu, setiap bus terisi penuh
> 60 penumpang. Dengan begitu, Rusdi melayani sekitar 24.000 penumpang sehari
> semalam. Setengah dari mereka atau 12.000 orang hampir pasti makan besar.
> >
> > KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Sajian warung khas Kapau di Pasar Pabukoan,
> Nagari Kapau, Agam, Sumatera Barat, Rabu (10/7/2013). Nagari Kapau menjadi
> asal muasal warga pengusaha Warung Kapau yang tersebar luas di pelosok
> Indonesia.
> > Satu porsi nasi dan lauk di Taman Selera dibanderol rata-rata Rp 20.000.
> Jadi, uang yang masuk dari penjualan nasi sebanyak 12.000 porsi setidaknya
> Rp 240 juta sehari. Belum lagi pemasukan dari penjualan minuman, mi instan,
> makanan ringan, rokok, hingga pemakaian toilet yang dibanderol Rp 2.000
> untuk sekali buang air kecil.
> >
> > Rusdi adalah generasi kedua pengusaha warung minang asal Nagari Sumpur,
> Kecamatan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar, yang menggarap jalur
> pantura. Pelopornya bernama almarhum Edy Johniwar yang membuka RM Citra
> Rasa di Indramayu awal tahun 1980-an ketika warung minang di kawasan itu
> masih bisa dihitung jari. Ketika sukses, Edy membawa sejumlah warga Sumpur
> untuk bergabung. Salah seorang di antaranya adalah Rusdi yang masih
> terhitung keponakan Edy.
> >
> > Rusdi bekerja sekitar tiga tahun di Citra Rasa. Setelah itu, ia
> memberanikan diri membuka warung minang sendiri tahun 1988. Ketika warung
> itu sukses, ia membuka pintu lebar-lebar bagi warga sekampung yang ingin
> bekerja di warungnya. ”Asal mau kerja silakan datang,” katanya.
> >
> > Saat ini ada 15-20 orang Sumpur yang bekerja di rumah makannya. Sisanya
> sebanyak 180-an orang berasal dari Indramayu. Dulu, kata Rusdi, ada banyak
> anak muda Sumpur yang bekerja di RM miliknya. Beberapa di antara mereka
> memisahkan diri dan menjelma jadi juragan warung minang baru. Salah seorang
> di antaranya adalah Nedy (42), yang kini berkibar di pantura dengan
> Singgalang Jaya dan Alam Wisata.
> >
> > Rusdi mengatakan, sekarang ada 12 warung minang di jalur pantura yang
> pemiliknya dari Nagari Sumpur, antara lain Rancak Minang, Minang Permai,
> Sabana Minang, Sinar Minang A dan B, Pesona Minang, dan Permata Minang.
> ”Kami tak bersaing, justru saling menguatkan. Saya percaya setiap orang
> punya rezeki sendiri,” ujar Rusdi.
> >
> > Begitulah, satu warung menetaskan sekian warung atau cabang baru. Jangan
> kaget jika di pantura ada RM Mitra 1, 2, 3, 4; Siang Malam 1, 2; dan
> Bagadang 1, 2, 3.
> >
> > Warung-warung nasi kapau di kawasan Pasar Senen, Jakarta, berbiak dengan
> cara serupa. Andau, warga Nagari Kapau, Kota Bukittinggi, menceritakan,
> pada tahun 1977, adiknya, Erni, membuka warung kapau di pasar itu. Setelah
> usaha itu maju, Andau diajak bergabung. Tahun 1981, satu petak warung Erni
> berbiak menjadi 14 petak. Beberapa di antaranya dikelola Andau.
> >
> > KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Sajian warung khas Kapau di Pasar Pabukoan,
> Nagari Kapau, Agam, Sumatera Barat, Rabu (10/7). Nagari Kapau menjadi asal
> muasal warga pengusaha Warung Kapau yang tersebar luas di pelosok Indonesia.
> > Beberapa tahun belakangan, muncul belasan warung nasi kapau lain di
> Pasar Senen dan Kramat Raya. ”Tapi, warung kapau Kramat Raya yang dimiliki
> orang asli Kapau cuma dua. Sisanya milik orang Jawa atau orang Minang dari
> nagari lain yang pernah bekerja di warung nasi kapau,” kata Andau, yang
> turun-temurun berdagang nasi mulai dari ayah, mertua, istri, ipar, kakak,
> adik, anak
> >
> > --
> > .
> > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> > ===========================================================
> > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> > * DILARANG:
> > 1. Email besar dari 200KB;
> > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> > 3. Email One Liner.
> > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> > ===========================================================
> > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan
> di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
> > ---
> > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
> >
>
> --
> *st. eF Al Zain Sikumbang
> *
> *Kuala Lumpur
> *
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Grup Google.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke