Maaf mamak, ambo indak lo tahu doh. Ambo hanyo dapek berita iko di internet

Salam

andiko

Pada Senin, 09 September 2013 17:41:32 UTC+7, asmard...@rantaunet.org 
menulis:
>
> Tanyo ciek bung  Sutan Mancayo, 
> Apo agamo si Acang atau urang gaeknyo sabalun nyo? 
> AA.. 
>
> On 09/09/2013 06:16, Andiko wrote: 
> > Sanak Palanta 
> > 
> > Berita menarik ambo temukan salasai sumbayang subuah ko, seorang anak 
> > timur leste nan dibao dek Brigjen. Purn. Adityawarman, Jendral urang 
> > awak dan akhirnyo kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Pasti banyak 
> > kisah-kisah humanis nan dialami dek urang Minang sajak operasi seroja 
> > tahun 75 di Timor-Timur. Suatu kali ambo pai ka musium tentara di 
> > dakek ngarai di Bukiktinggi, ambo mancaliak sebua bendera kesatuan nan 
> > ditulih namo tentara nan ikuik operasi Seroja. Lain pulo nan dialami 
> > dek sipil urang Minang, antah bana antah indak curito ko. Ukatu 
> > operasi seroja di mulai dan tentara tajun payuang di Dili, pas 
> > mendarat, alah inyo tamui urang Piaman manggaleh sate di pasa Dili 
> > ukatu itu. 
> > 
> > Mungkin banyak curito menarik dari mamak, bundo jo sanak palanta yang 
> > menarik. Ambo menunggu di suduik lapau mandanga. 
> > 
> > Salam 
> > 
> > Andiko Sutan Mancayo 
> > 
> > 
> > Nasionalisme Seorang Pemuda dari Timor Leste 
> > Sabtu, 17 Agustus 2013 12:51 WIB 
> > 
> > RANAHBERITA-- Tak ada kepedihan yang mendalam, bagi Hasan Subang 
> > Lamanepa selain berpisah dengan kampung halaman. Saat meninggalkan 
> > Timor Leste pada 1999, hatinya gundah. Batas teritorial negara yang 
> > kini berbeda, mengharuskan ia dan keluarganya menyeberangi tapal batas 
> > bekas provinsi bungsu Negara Kesatuan Republik Indonesia itu. 
> > 
> > Hasan adalah salah satu anak pengungsi Timor Leste yang ikut 
> > menyeberang ke Nusa Tenggara Timur setelah wilayah tersebut resmi 
> > terlepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. 
> > 
> > "Kesedihan itu harus kami tahan, karena ada yang lebih besar dari itu: 
> > Merah Putih. Bagi saya itu darah. Merah Putih sampai titik darah 
> > terakhir. Tidak bisa digantikan dengan apa-apa," katanya kepada 
> > ranahberita.com, Sabtu (17/8/2013). 
> > 
> > Hasan kini mahasiswa di Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas 
> > Adab, IAIN Imam Bonjol, Padang. Ia menceritakan kisah panjangnya dari 
> > Timor Timur hingga akhirnya merasa nyaman menetap di Ranah Minang. 
> > 
> > Cerita pemuda yang akrab disapa Acang ini bermula ketika konflik 
> > saudara melanda Timor Timur. Masyarakat terbelah. Sebagian ingin Timor 
> > Timur menjadi negara sendiri, sebagian pro integrasi, termasuk 
> > keluarga Acang. 
> > 
> > Saat itu, bagi Acang, melihat mayat berlumur darah itu sudah biasa. 
> > Mendengar suara tembakan bukan hal yang aneh. Hampir tiap hari ada 
> > baku tembak. Bahkan, keluarga pihak ibunya pun banyak yang jadi korban 
> > konflik. 
> > 
> > "Pihak keluarga saya berada di pihak pro integrasi. Jadi sering 
> > bentrok dengan pihak yang ingin merdeka. Suara tembakan, mayat 
> > bergelimpangan, itu menjadi pemandangan sehari-hari," kata pemuda 
> > kelahiran 1986 tersebut. 
> > 
> > Seingat Acang, puncak konflik itu pada tahun 1999. Ketika itu juga, 
> > Acang harus meninggalkan kampung halamannya di Kabupaten Manatutu 
> > bersama orang-orang yang cinta merah putih. 
> > 
> > Dibawa dengan kendaraan milik TNI, pengungsi diantar ke Kupang, Flores 
> > atau beberapa daerah lain di Nusa Tenggara Timur. Ketika proses 
> > pengungsian, Acang yang berumur 13 tahun terpisah dari orang tuanya. 
> > Namun, kembali bertemu di lokasi pengungsian di Kupang. 
> > 
> > Bulan Juni tahun 2000, kisah melalangbuana Acang dimulai. Untuk 
> > mendapatkan pendidikan yang layak, Acang dan empat temannya dibawa ke 
> > Jakarta oleh seorang tentara. 
> > 
> > Dimaksudkan untuk disekolahkan di pesantren. Namun, setiba di Jakarta, 
> > ternyata Acang dan kawannya dibawa menyeberangi Selat Malaka oleh 
> > Brigjen. Purn. Adityawarman. Ya, mereka tiba di Pulau Sumatera. 
> > Perjalanan berlanjut hingga sampai di Kabupaten Limapuluh Kota, 
> > tepatnya di Padang Jopang. 
> > 
> > Tepat 27 Juni 2000, Acang mulai sekolah di pesantren setempat. 
> > Kedatangannya yang tidak membawa bekal apa-apa selain pakaian, membuat 
> > mereka tergantung kepada masyarakat dan pengelola pesantren. Tiap ada 
> > masyarakat syukuran, Acang dan murid di pesantren itu diundang. 
> > 
> > Di awal kedatangan, Acang kesulitan memahami bahasa Minang. Tiga bulan 
> > berlalu, kesulitan itu ditepisnya. Dia mulai mengeja bahasa Minang. 
> > 
> > Tahun 2002, Acang pulang ke pengungsian di Kupang dan bertemu 
> > keluarga. Data Pemprov NTT pada 2005 mencatat, total pengungsi dari 
> > Timor Leste lebih 100 ribu orang atau lebih dari 24 ribu kepala 
> > keluarga. Sebagian besar dari pengungsi kini menetap dan dapat bantuan 
> > rumah di NTT. Sebagian kecil, menyebar ke beberapa daerah di 
> > Indonesia, termasuk ada yang di Sumatera Barat seperti Acang. 
> > 
> > Ketika bertemu dengan keluarga pada 2002 itu, Acang sempat mengajarkan 
> > keluarganya ilmu yang telah ia dapat selama di pesantren. Namun, tidak 
> > punya cukup waktu. Acang harus kembali ke pesantren dan keluarganya 
> > melanjutkan belajar Islam kepada guru agama yang ada di lingkungannya. 
> > 
> > Selepas tamat Madrasah Aliyah pada 2006, Acang melanjutkan pendidikan 
> > di IAIN Imam Bonjol, Padang. Tahun 2007, Acang kembali pulang ke 
> > Kupang. Mengetahui dia kuliah, orang tuanya sangat bangga. 
> > 
> > Sejak 2007 hingga sekarang, Acang belum pernah kembali ke Kupang. 
> > "Tapi kami masih tetap berkomunikasi. Nanti suatu saat saya akan 
> > kembali melihat orang tua di NTT," ujarnya. 
> > 
> > Tapi, untuk menetap, Acang merasa nyaman di Sumatera Barat. "Saya 
> > belajar banyak hal di Ranah Minang, negeri asal para pendiri bangsa 
> > Indonesia. Saya ingin menyumbang sesuatu untuk negeri yang saya cintai 
> > ini." 
> > 
> > Karena itu, ia bercita-cita untuk tetap menetap dan bekerja di 
> > Sumatera Barat. "Saya juga ingin menyunting gadis Minang," katanya 
> > sambil tersenyum. (Raju/Ed1) 
> > -- 
> > . 
> > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat 
> > lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
> > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. 
> > =========================================================== 
> > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: 
> > * DILARANG: 
> > 1. Email besar dari 200KB; 
> > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
> > 3. Email One Liner. 
> > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) 
> > serta mengirimkan biodata! 
> > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting 
> > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply 
> > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & 
> > mengganti subjeknya. 
> > =========================================================== 
> > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan 
> > di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ 
> > --- 
> > Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari 
> > Grup Google. 
> > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, 
> > kirim email ke rantaunet+berhenti berlan...@googlegroups.com<javascript:>. 
> > Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out. 
>
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke