Assalamu'alaikum wr.wb

 

Puncak Marapalam (Puncak Pato) yang ambo tau memang bana di Lintau yaitu 
babateh jo Bawak Bukit kec. Sungayang, dan sungai kecil Tampo (Batang Tampo) 
adolah dibawah Puncak marapalam di ka nagarian Batu Bulek Lintau.

 

Wassalam,

Nafris Chaniago

Urang Lintau di SUMSEL

 

 

  _____  

From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Abraham 
Ilyas
Sent: 03 Maret 2008 14:23
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Letak benteng Marapalam

 

Ass. w.w.

Dinda Suryadi Yth

Apakah benteng Marapalam (yang disebutkan berada di luhak 50 Kota) berbeda 
dengan Puncak Marapalam. 

Ambo asal nagari Tanjuang Sungayang, yang berjarak lk 7 km dari puncak 
Marapalam. Penduduk sekitar puncak Marapalam menyebut lokasi tersebut sebagai 
puncak Pato (batas antara kecamatan Sungayang dengan kecamatam Lintau Buo). 

Di puncak bukit Marapalam tersebut ada sebuat kuburan lama yang yang disemen 
dan masyarakat disekitar menyebutnya sebagai kuburan Kapitan Belanda (?)

Mungkin ambo masih menyimpan foto 20 tahun yl. dari kuburan tsb.

Sebagai catatan, ketika peristiwa PRRI th. 1958 - 1961 jalan antara nagari 
Tanjuang sampai ke puncak Marapalam merupakan benteng pertahanan batalyon 
Harimau Minang yang dipimpin oleh Kapten Badarudin untuk melindungi Lintau dari 
serangan tentara Pusat ke Lintau dari kota Batusangkar dan pertahanan ini tidak 
pernah tembus sekalipun juga. 

Tentara Pusat memasuki Lintau dari lain yaitu dari arah Tigo Jangko. Sedangkan 
jalan lain untuk menuju Lintau ialah dari Situjuah (50 Kota)

 

Abraham Ilyas (L 63)

"Nofend St. Mudo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

        Kanda, iko nan kito bicarakan di akhir taun di RN, tapi sayang Artikel 
nan uda makasuik indak basuo.

        Barikuik dibawah nan uda kirim tadi...

         

        
  _____  


        From: Lies Suryadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
        Sent: 03 Maret 2008 12:24
        To: Nofend St. Mudo
        Subject: genealogi AB-SBK

         

        Dinda Nofendri,

        Iko ciek lai tulisan buruak ambo. Kok lai ka baguno dek dunsanak kito 
di lapau rancak juo dipostiangkan. Tulisanko dimuek  di harian Padang Ekspres, 
Jumat, 28 Desember 2007.

         

        Lai sehat2 sae Dinda? Senoga lai andaknyo.

         

        Salam arek,

        Suryadi

         

         

        Dimuat di harian Padang Ekspres, Jumat, 28 Desember 2007

         

        POSISI GEOGRAFIS BENTENG MARAPALAM: CATATAN SINGKAT KE ARAH STUDI 
GENEALOGI ABS-SBK

         

        Suryadi


        Dosen & peneliti pada Department of Languages and Cultures of Southeast 
Asia and Oceania, Leiden University, the Netherlands


         

        Munculnya kini euphoria ABS-SBK di Sumatera Barat, langsung atau tidak, 
tentu menimbulkan pertanyaan dalam masyarakat, terutama generasi muda, tentang 
sejarah pembentukan falsafah hidup kebanggaan orang Minang itu. Siapa yang 
merumuskan, bagaimana rumusannya, apakah rumusan itu tertulis atau lisan saja, 
tak ditemukan penjelasan yang komprehensif dalam buku sejarah. 

         

        Generasi Minangkabau kini tidak memperoleh warisan tertulis apapun 
mengenai falsafah ABS-SBK, "dasar negara" etnis Minangkabau itu. Akibatnya, 
muncul berbagai interpretasi dan implementasinya dalam masyarakat. Memang ada 
semacam 'TOR' lisan ABS-SBK itu yang diciptakan oleh cerdik-pandai Minangkabau 
di zaman dulu: "syarak mandaki, adat manurun;  syarak mangato, adat mamakai; 
syarak babuhua mati, adat babuhua sentak; syarak balinduang, adat bapaneh; 
syarak basisampiang, adat 'batilanjang'". Akan tetapi 'TOR' yang penuh ciri 
kelisanan (orality) itu mungkin susah dipahami dan dijabarkan oleh generasi 
Minangkabau kini yang sudah tidak lagi paham bahasa Minangkabau ragam sastra 
yang penuh kata malereng itu. 

         

        Oleh karena itu kini muncul gagasan untuk menyusun kompilasi tertulis 
ABS-SBK. Ini antara lain dikemukakan oleh Dr. Saafroedin Bahar dalam Semiloka 
Inventarisasi dan Perlidungan Hak Masyarakat Hukum Adat di Universitas Andalas 
pada 19-21 Juli 2007. Ide di balik gagasan itu adalah agar generasi Minangkabau 
ke depan memiliki acuan tertulis ABS-BSK, sehingga implementasinya dalam 
kehidupan masyarakat tidak lagi bersifat manasuka (arbitrer).  

          

        Tulisan singkat ini tidak mendiskusikan gagasan penyusunan kompilasi 
ABS-SBK, tapi membicarakan sedikit sejarahnya. ABS-SBK otomatis mengingatkan 
kita kepada Piagam Bukit Marapalam (atau "Sumpah Sati Bukik Marapalam" dalam 
bahasa Minangkabau). Konon momen historis yang amat penting bagi etnis Minang 
itu terjadi tahun 1837, usai Perang Paderi. Tapi rujukannya kurang jelas juga. 
Kalau Piagam itu memang dituliskan, masih adakah tersimpan di satu perpustakaan 
atau koleksi pribadi di dunia ini? Mungkin ini tugas sejarawan kita untuk terus 
mencarinya. Atau mungkin juga "Piagam" itu hanya ikrar yang bersifat lisan saja.

         

        Yang kita ketahui hanyalah bahwa Piagam Bukit Marapalam lahir sebagai 
solusi untuk 'mempertautkan' kembali Minangkabau yang 'terbelah dua' akibat 
Perang Paderi. Kaum Adat dan Kaum Agama saling 'berangkulan', dan mencoba 
melupakan perbalahan di antara mereka yang telah berlangsung lebih dari 30 
tahun. 

         

        Peristiwa bersejarah itu konon terjadi di puncak Bukit Marapalam, yang 
menurut beberapa sumber klasik adalah salah satu benteng Paderi di Luhak 50 
Kota. Untuk menentukan dimana persisnya lokasi benteng ini, ada cukup data 
sejarah yang dapat kita rujuk. Salah seorang yang pernah mengujungi Benteng 
(Fort) Marapalam adalah botanikus Belanda, Lodewijk Horner. Ia bersama 
rekannya, Solomon Müller, menjelajahi pulau Sumatera (1833-1838) untuk meneliti 
alam dan tumbuh-tumbuhan tropis Hindia Belanda. Di Sumatra's Weskust mereka 
menyisiri pantai Padang hingga Pariaman sebelum membelok ke Luhak Nan Tigo. 
Catatan ilmiah dan laporan perjalan L. Horner dan S. Müller  selama di Sumatera 
dapat dibaca dalam Reizen 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=Reizen>  en onderzoekingen 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=onderzoekingen>  in Sumatra 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=Sumatra> , gedaan 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=gedaan>  op last 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=last>  der Nederlandsche 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=Nederlandsche>  Indische 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=Indische>  regering 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=regering> , tusschen 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=tusschen>  de jaren 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=jaren>  1833 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=1833>  en 1838 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=4&TRM=1838>   [Perjalanan dan 
Penelitian di Sumatera yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda, antara 
tahun 1833-1838] ('s-Gravenhage 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=1018&TRM=s%2DGravenhage> : Fuhri 
<http://asa2.pica.nl/DB=1/SET=1/TTL=2/CLK?IKT=1018&TRM=Fuhri> , 1855). Buku 
harian L. Horner selama perjalanannya di Sumatera kini tersimpan di Institut 
Herbarium Leiden, Belanda.

         

        L. Horner mengunjungi Fort Marapalam pada awal Maret 1838, kira-kira 8 
bulan setelah benteng Paderi Bonjol berhasil direbut Belanda. Ia menulis: 
"Omtrent anderhalf tot twee uren van het fort Schenk [of Lintou] bereikt men de 
hoogte van den bergpas, links van welken het verlaten fort Marapalam nog 
ongeveer 60 voeten hooger ligt. Het schijnt op de uiterste zandsteen hoogte te 
liggen; men ziet echter geen gesteente. Verder beneden gaat men over de Tampo, 
als eene kleine beek. De bergpas Marapalam 11 u. O': barometer 294'''52; 
thermometer 180,8. Van deze hoogte geniet men een heerlijk uitzigt naar het 
westen. Noordelijk verheft zich de Sago nog bijna 3000 voeten hooger. Hij stond 
echter groottendeels in wolken. Zijne kloven zijn diep ingesneden en hij 
schijnt zijnen lava over den sangkar-steen uitgegoten te hebben" (L. Horner, 
"Reizen over Sumatra [1838]", Tijdschrift van Bataviaasch Genootschaap 10 
(1861):367).Terjemahan bebasnya: "Sekitar satu setengah sampai dua jam jauhnya 
dari Benteng Schenk [di Lintau] kita sampai setinggi puncak pelintasan. 
Kira-kira 60 kaki lebih tinggi di sebelah kiri puncak itu terletak Benteng 
Marapalam yang telah ditinggalkan.Ternyata letaknya di atas batuan pasir yang 
paling pinggir; namuan batuannya tidak kelihatan. Lantas lebih ke bawah kita 
melewati kali kecil bernama Tampo. Di puncak Benteng Marapalam itu pada jam 11 
pagi: tekanan udara 294'''52; suhu 180,8. Dari ketinggian ini kita dapat 
menikmati pemandangan yang amat menyenangkan ke arah barat. Di sebelah utara 
menjulang Gunung Sago sampai hampir sekitar 3000 kaki lebih tinggi. Namun 
gunung itu sebagian besarnya diliputi awan. Lembahnya dalam bergores-gores dan 
ternyata laharnya disemburkan sampai menutupi sangkar-steen [Batusangkar?]." 

         

        Catatan lain yang lebih awal mengenai Fort Marapalam didapat dari 
laporan Kolonel A. T. Raaf. Ia dan anak buahnya melakukan inspeksi ke tempat 
itu pada tahun 1822, tak lama setelah Belanda memutuskan ikut campur tangan 
dalam Perang Paderi. Catatan Kolonel Raaf itu dirujuk oleh sejarawan militer 
Belanda, H.M.Lange: "Den 6den Mei [1822] werd de weg die over den Marapalam 
naar de vallei van Lintau voert door den OVERSTE RAAF verkend. Hij bevond dan 
men langs die zijde ook met groote zwarigheden zou te kampen hebben, wanneer de 
doortogt met geweld moest gebaand worden. Voor het geval echter dat die 
doortogt niet door de L Kota's zoude kunnen plaats hebben, hetgeen nader zou 
moeten blijken, werd de weg over den Marapalam toch verkieslijker geacht dan 
die over Ajer-betomba, langs welken men reeds te vergeefs had beproefd in de 
vallei van Lintau door te dringen. Deze verkenning gaf tot gene 
vijandelijkheden hoegenaamd aanleiding, hetgeen den Overste nog steeds de hoop 
deed voeden, dat de door hem voorgeslagen overeenkomst zou worden aangenomen." 
(H.M. Lange, Het Nederlandsch Oost-Indisch Leger ter Westkust van Sumatra 
(819-1845) ('S Hertogenbosch: Gebroeders Muller, 1852:I, 59-60).Terjemahan 
bebasnya sebagai berikut: "Pada 6 Mei [1822] jalan ke Lembah Lintau yang 
melintasi [Benteng] Marapalam diselidiki oleh Overste Raaf. Ia menemukan bahwa 
kita di sana juga dapat mengalami kesulitan besar kalau harus dipaksakan 
melewatinya. Namun, seandainya jalan melalui Lima Puluh Kota tidak dapat 
dilewati, yang belum tentu pasti, jalan melalui Marapalam dianggap lebih baik 
daripada jalan melalui Air Bertumbuk, karena ternyata jalan melalui daerah ini 
untuk dapat tembus sampai ke lembah Lintau telah dicoba dengan sia-sia. 
Penyelidikan ini hampir tidak mengakibatkan permusuhan apapun [dengan Kaum 
Paderi), dan hal ini masih tetap memberikan harapan kepada sang Overste bahwa 
persetujuan yang diusulkan olehnya akan diterima [Kaum Paderi]."

         

        Letak Benteng Marapalam juga dicatat dalam peta yang dibuat oleh Frans 
Junghuhn dalam nukunya Die Battalander auf Sumatra (Berlin: G. Reimer, 1847) (2 
jilid). Di dalam peta itu (lampiran) jelas sekali bahwa letak Benteng Marapalam 
tak jauh dari Batang Tampo, dekat Lintau. 

         

        Jadi, cukup jelas sekarang dimana letak Benteng Marapalam, tempat 
konsep ABS-SBK konon diikrarkan pada tahun 1837. Dari laporan Overste A.T. Raaf 
dan L. Horner di atas cukup jelas juga bahwa Marapalam adalah salah satu 
benteng Paderi di Luhak 50 kota, tetapi seusai perang benteng itu telah 
ditinggalkan. 

         

        Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat bagi sejarawan kita yang 
berminat menulis sejarah dan genealogi ABS-SBK. Selanjutnya tentu perlu 
melakukan sigian akademik lebih dalam untuk mengetahui siapa (-siapa saja) 
tokoh yang menggagas dan mendeklarasikan Piagam Bukit Marapalam itu, yang 
kemudian melahirkan falsafah ABS-SBK. Juga harus diteliti lebih kanjut berbagai 
aspek yang terkait dengan pendeklarasian Piagam itu. Hasil penyelidikan itu 
tentu akan banyak manfaatnya bagi memperjelas banyak hal yang masih kabur 
seputar ABS-SBK yang dibangga (-bangga)kan orang Minang itu.

         

         

         

        No virus found in this outgoing message.
        Checked by AVG Free Edition.
        Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.21.3/1307 - Release Date: 
02/03/2008 15:59

         

 

  

  _____  

Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search.</a


<http://us.rd.yahoo.com/evt=51734/*http:/tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping>
 

 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
===============================================================
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet.
- Tuliskan Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting.
- Hapus footer & bagian yg tidak perlu, jika melakukan reply.
- Email attachment, DILARANG! Tawarkan kepada yg berminat & kirim melalui jalur 
pribadi.
- Posting email besar dari >200KB akan dibanned, sampai yg bersangkutan minta 
maaf & menyampaikan komitmen mengikuti peraturan yang berlaku.
===============================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED]

Daftarkan email anda pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Agar dapat melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke