A-LAH ARATI CIEK NAMO...?

  Konon kabanyo di abaik 17 dek sari, Nyiak William Shakespeare, panah
mambuek dialog nan babunyi saroman ko :*  "What's in a name? That which we
call a rose by any other name would smell as sweet." *
(Apolah arati ciek namo? Saandainyo awak mambari namo 'bungo cik ayam'
untuak bungo mawar, mako inyo tataok sajo ka babaun wangi) .

Benarkah nama tidak penting?

Allah berfirman dalah al-qur'an: "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
semua benda, kemudian mengemukakannya kepada mereka yang diberikan kendali,
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar!" (al-Baqarah [2]: 31)

Andaikata nama tak berarti apa-apa, seperti anggapan Shakespeare, mungkin
Allah tidak akan mengajarkan nama-nama kepada Adam. Bahkan, mungkin akan
ada banyak nama yang tak peduli pada esensi. Shakespeare memang tidak
keliru. Ia membuat perumpamaan sangat cerdas dengan menyatakan sekuntum
mawar akan tetap berbau harum meskipun memakai nama lain. Shakespeare
memang tidak sedang mempersoalkan arti sebuah nama. Ia sedang mengajak
pembacanya merenungkan esensi, keaslian, atau hakikat sebuah materi, apapun
namanya.

Shakespeare mungkin akan terkejut bila hidup di masa sekarang. Dia akan
geleng-geleng menyaksikan banyaknya nama yang diplesetkan, nama yang
dipersonifikasikan dengan sesuatu atau dipoles habis-habisan untuk bercitra
sesuai dengan kemauan pemilik nama.

Coba bayangkan, seandainya sebuah kaleng biskuit coklat diberi tempelan
nama "kotoran ayam" sebagai mereknya, Tentu biskuit coklat itu akan ditolak
ramai-ramai oleh calon pembeli. Akan banyak protes kepada pabrik
pembuatnya.

Soal nama yang membawa masalah juga pernah dialami oleh orang-orang China
di Indonesia pada masa Orde Baru. Mereka diwajibkan mengganti nama
Thionghoa dengan nama Indonesia. Maka jadilah orang dengan nama Liem
menjadi Salim, Yun menjadi Yunus, dan lain-lain. Beruntung bagi atlet
bulutangkis Liem Swie King yang tetap tenar dengan nama Tionghoa-nya, meski
secara politik dan budaya tetap saja mengalami diskriminasi.

Tampaknya, nama juga bisa mendatangkan masalah bagi umat manusia. Contohnya
adalah dalam Surah 53:

Maka apakah patut kamu menganggap Al Lata dan Al Uzza? (53:19)
Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian? (53:20)

Itu tidak lain hanyalah nama-nama (asma'a) yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun mengenainya.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka. (53:23)

"Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya nama-nama yang kamu
dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan
pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia
telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (12:40)

Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika tidak ada nama. Mungkin manusia
akan bisu. Kita tidak bisa menunjuk ke suatu benda tertentu dengan
identitas yang jelas. Mungkin kita tidak akan bias membedakan mana nasi,
mana kursi, mana dinding, mana tebing, mana rumah, mana tanah, mana kusing
mana kancing, mana racun, mana timun, dst. Bisa dipastikan, dunia akan
kacau. Bisa jadi, tidak akan ada kehidupan di dunia ini.

Ar-Rahman (Maha Pengasih) adalah nama-Nya.
Ar-Rahim (Maha Penyayang) adalah nama-Nya.
Al-Khaliq (Maha Pencipta) adalah nama-Nya.
Al-Wasi' (Maha Luas dan Meluaskan) adalah nama-Nya.
Al-Hakim (Maha Adil dan Bijaksana) adalah nama-Nya.
Al-Alim (Maha Mengetahui) adalah nama-Nya.
Ar-Razzaq (Maha Pemberi rizki) adalah nama-Nya.
Dan nama-nama-Nya yang lain yang berjumlah 99.
Bukankah sebutan-sebutan tersebut adalah nama-nama Allah yang indah? Dialah
yang memiliki nama-nama yang indah (asmaul husna).
*http://myislamicstudies.blogspot.com/
<http://myislamicstudies.blogspot.com/>*,

Salam....................,
*mm****
Lk-2; 59; Bks

Dalam bara ari ko ado nan barubah nampak di berita2 TV atau koran di
Indosia ko.
Kaba2 dari nan biaso no tatulih dari nagari Cina kini lah barubah jadi dari
nagari Tiongkok dan urang no kini jadi Tionghoa.
Rupo no lah ado kepres baru no. 12, 2014 nan maatur perubahan ko dan
membatalkan surat Edaran Kabinet Ampeta no. SR-06/Pres/Kab/6/1967 nan
marubah penyebutan Tionghoa atau Tiongkok jadi Cina.

Samantaro kalau bahaso Inggris tataok juo China untuak namo nagari dan
Chinese untuak urang no
Kalau ado nan baniaik pulo marubah iko, apo lah kiro namo no eh.

Wassalam
Tan Ameh (55+)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke