Sanak sapalanta RN n a h
Ass ww
Menyambung tulisan berandai andai tentang koalisi yang lalu, berikut ini
adalah  kelanjutannya ;
Hasil quick count pemilu legislatif  2014 mengungkapkan peta kekuatan real
masing masing partai politik, bahwa tidak ada partai yang menang 25 % atau
lebih,sehingga tidak ada partai yang dapat mengajukan capres sendiri tapa
berkoalisi dengan partai lain.
Semua partai saat ini berusaha memainkan kartunya berdasarkan persentase
hasil pemilihan yang diperolehnya serta faktor ketokohan orang partai
tertentu yang dimilikinya, dan mulai melakukan pendekatan pendekatan kepada
pihak lain untuk membenruk "koalisi" guna pengajuan pasangan capres dan
cawapres dalam pilpres mendatang.  Namun demikian pendekatan yang dilakukan
masing masing partai dalam mencari partner koalisi itu tetap dibatasi oleh
kecendrungan pengalaman hubungan antara mereka selama ini, yang kalau
diterjeamahkan secara lugas  kira kira nampak kecendrungan sebagai berikut:
- PDIP dengan Gerindra  jelas merupakan kubu yang berseberangan.  Tidak
mungkin PDIP  berkoalisi lagi dengan Partai Gerindra.  Masing masing
mengajukan Capres sendiri jelas tidak memungkinbkan bagi mereka untuk
berkoalisi.
- PDIP juga tidak mungkin berkoalisi dengan partai Demokrat, namun hal ini
lebih pada faktor pribadi,  Megawati yang tidak suka pada SBY karena pernah
merasa "dikhianati"  SBY.
- Berdasarkan keinginan ARB yang tetap ingin maju menjadi Capres, maka
kemungkinan PDIP koalisi dengan Golkar juga tertutup. ARB nampaknya akan
menggalang "Poros" sendiri agar tetap bisa maju ke Pilpres yang akan
datang. Nampaknya ARB berani mengambil risiko, tetap maju sebagai capres
walau nanti kalah dan tidak dapat apa apa. Andai Jokowi, menjadi RI satu,
maka ada kemungkinan bahwa Golkar tidak diajak dalam Pemerintahan. Jokowi
tidak suka dengan kata "koalisi" yang diartikannya sebagai bagi bagi kursi
atau kekuasaan. Jokowi lebih suka menggunakan kata "kerjasama mengatasi
persoalan bangsa" dan itu bisa dengan siapa saja. Pengamat mengartikannya
itu bukan koalsisi yang permanen sifatnya. Sebenarnya kalau ARB mau menjadi
cawapres dan koalisi dengan PDIP , kemungkinan menangnya lebih tinggi, dia
jadi wapres dan orang orang partainya juga tersalurkan dalam pemerintahan
yang baru.  Sesuai dengan niat Golkar yang selalu ingin menjadi bagian
dari  Pemerintahan yang berkuasa.    Baik PDIP maupun Golkar punya mesin
partai yang efektif dan probilitas memengkan Pilpres itu jelas lebih
tinggi.

Berdasarkan peta sederhana itu , maka PDIP mulai menjajaki kemungkinan
teman koalisi dan yang didatangi pertama adalah partai Nasdem. Cahyo Kumolo
, pertinggi PDIP yang orang kepercayaan Mega mendatangi Surya Paloh dan
kita bisa menduga pembicaraan mereka pasti menyangkut ajakan untuk
berkoalisi. Surya Paloh, politikus kawakan, sampai saat ini belum terlontar
ucapannya  untuk menjadi Capres atau cawapres, karena dia sadar bahwa tidak
elok menyampaikan hal itu sebelum mengetahui perolehan suara Nasdem dalam
pemilu legislatif  2014 ini. Disini nampak kalau Surya Paloh lebih hati
hati ketimbang Wiranto yang sudah berkampanye menjadi Capres jauh sebelum
Pemilu legistalif  2014,  sebelum mengetahui perolehan suara partainya.
Dengan demikian  Surya Paloh sama sekali tidak kehilangan muka ketika hanya
mendapat suara sekitar 6,9  %. Ajakan PDIP untuk bergabung membuka peluang
bagi Surya Paloh untuk menjadi pendamping Jokowi. Pilihan Mega terhadap
Surya Paloh nampaknya  juga dengan kalkulasi angka perolehan Nasdem yang
sekitar 6,9  % itu, sehingga ditambah dengan perolehan PDIP sebesar 18,9 %
berdua bisa melebihi   25 % , dan koalisi dua partai itu cukup untuk
mengajukan calon dalam Pilpres.  Faktor  Surya Paloh yang pemilik Media
Grup  akan sangat  efektif dalam kampanye Pilpres yad, dan kalau
diperhitungkan pula fartor kobinasi Jawa dan luar Jawa bagi pasangan Jokowi
- Paloh  sebagai "keharusan"  pasangan Capres dan Cawapres , maka pemilihan
Surya Paloh nampaknya  sudah dikalkulasi Mega dengan baik. Namun  hal ini
tentu saja belum mutlak, masih penjajagan, namun rasionalitas dibelakangnya
cukup jelas dan  masuk akal.

Sementara itu Hatta Rajasa (PAN) juga mendatangi PDIP. Niatnya bisa diduga
, Hatta juga ingin maju, kalau tidak sebagai Capres, sebagai pendamping
Jokowi juga Oke. Perolehan suara PAN yang 7,5 % itu cukup signifikan untuk
melengkapi persyaratan 25 % jika suara itu digabungkan dengan perolehan
PDIP.  Hatta selama ini adalah orang kepercayaan SBY yang sering mendatangi
Mega guna menjembatani miskomunikasi antara SBY dengan Mega. Hatta secara
pribadi nampaknya cukup dapat diterima oleh Mega, namun apakah Mega akan
memilih Hatta menjadi pendamping JOKOWI ?. Ada  kemungkinan dia prioritas
kedua setelah Surya Paloh. Disamping perolehan suara PAN yang signifikan,
Hatta juga representasi tokoh partai berbasis pemilih Islam , disamping
juga sebagai orang dekat SBY yang pasti ada nilai positifnya bagi
pemerinatahan PDIP/Jokowi  kelak.

- Kemungkinan Jusuf Kalla dipasangkan dengan Jokowi, pernah beredar dan
nampaknya banyak pihak menyambut kombinasi ini. JK sendiri nampaknya
bersedia menjadi pendamping Jokowi. Tapi ada kemungkinan Jokowi pribadi
kurang sreg dipasangkan dengan JK. Alasan yang jelas adalah JK itu sudah
dikenal sebagai "The real President" ketika menjadi wakil SBY. Pengalaman
dan kapabilitas JK dalam mengelola negara jauh diatas Jokowi, dan  hal ini
bisa berakibat nanti terulang lagi bahwa JK kembali menjadi the real
president dan itu tidak menguntungkan  bagi Jokowi. Selain itu,
elektabilitas  JK sendiri dalam mendongkrak suara bagi pasangan Jokowi-JK
yang semata mata berdasarkan ketokohan JK sendiri , nampaknya agak
diragukan. JK yang mantan ketua Umum Golkar itu sudah kehilangan akarnya di
Golkar. Kegagalan pencalonqn  JK -Wiranto sebgai Capres dan Cawapres tahun
2009 yl mengindikasikan bahwa Golkar tidak kompak dalam mendukung JK
menjadi President saat itu.  Saat ini  hanya kelompok kelompok kecil
loyalis JK saja yang bisa diharapkan bekerja menyokongnya untuk memenangkan
pasangan Jokowi- Jk andai pasangan itu dmajukan PDIP. Dan itu tidak cukup
untuk memenangkan pasangan ini menjadi RI Satu dan RI dua. Kalau Jokoewi
dipasagkan dengan JK, PDIP tertap harus mencari partai lain untuk koalisi
agar suara gabungan  mereka memenuhi syarat 25 % itu. Kemungkinan pemilihan
JK sebagai pendamping Jokowi , tidak   masuk dalam daftar prioritas PDIP.

- Jokowi - Machfud MD. Ada juga pihak yang menginginkan kombinasi tersebut.
Yang  diliihat dari Machfud adalah dia representasi dari kelompok Islam.
Namun Machfud sendiri nampaknya ingin menggalang poros sendiri yang
dipimpin oleh PKB. Machfud cukup percaya diri dengan perolehan suara PKB
sebesar sekitar 9,2  % untuk maju sebagai Capres. Dia mengemukakan
Cawapresnya bisa dari mana saja dan tentunya diutamakan dari partai Islam
.  Dukungan diharapkan dari partai berbasis pemilih Islam. Sayangnya
Machfud tidak berada dalam struktur PKB , sehingga keinginannya belum tentu
di akomodasi sesuai oleh partai. Ketua PKB Muhaimin nampaknya punya
kecendrungan berbeda dengan Machfud, dan lebih ingin berkoalisi bukan
dengan partai partai Islam. Dengan melihat gerak langkah PAN yang merapat
ke PDIP, maka keinginan Machfud MD itu sepertinya semakin  sulit untuk
diwujudkan.

Banyak kemungkinan bisa terjadi dan tulisan diatas baru menyangkut Capres
Jokowi saja dan calon pendampingya. Kubu kubu yang berseberangan dengan
PDIP/Jokowi tentu juga akan menggalang koalisi guna pemenagan Pilpres,
namun sementara ini belum banyak diluput sehingga belum jelas
kecendrungannya.
Apakah dengan demikian Jokowi lebih berpeluang kertimbang Capres lainnya?.
Politik itu penuh warna warni, penuh kejutan dan banyak faktor penentunya .
Akan banyak move move dan isu dikembangkan yang sangat mempengaruhi
elektabilitas seorang capres . Pembentukan opini masyarakat akan sangat
berpengaruh dan menentukan kemenangan seorang calon dan itu akan
berlangsung terus sampai pilpres mendatang dan pemenangnya tentu yang bisa
meyakinkan masyarakat bahwa pasangan capres-cawapres  tertentu lebih baik
dari pasangan lainnya.
Wassalam
Dunil Zaid, 71. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia,Pdg. Tingga di Jkt.

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke