Dinda Tan Ameh , sanak Fitrianto dan sanak sapalanta RN n a h

Ass ww.

Tks atas komentarnya.

Setelah keluar hasil quick count yang lalu, SBY langsung mengucapkan
selamat kepada partai pemenang (PDIP, Golkar dan Gerindra). SBY mengakui
kekalahannya  dalam pemilu ini namun dapat menerima posisinya dalam urutan
ke 4 dalam rangking pileg kali  ini. SBY dengan partai Demokratnya yang
memperoleh hampir 10 % tetap akan diperhitungkan, namun jelas dia tidak
akan mengajukan Capres sendiri. Mungkin hasil konvensi partai Demokrat yang
lalu akan dilupakan. Konvensi itu adalah untuk Capres dan tidak akan
berubah menjadi konvensi Cawapres. Dengan demikian SBY saat ini tidak
berkepentingan lagi menggalang koalisi secara aktif. Dia akan bersikap
sebagai "begawan" saja, atau  akan pasif, menunggu.  Menjadi anggota
koalisi dengan partai lain atau berperan sebagai  oposisi tidak masalah
bagi SBY.   SBY tidak  akan  menggalang koalisi untuk membentuk poros
sendiri. Dia tahu kalau partainya tidak punya capres yang mumpuni.
Konvensi yang lalu bahkan  tidak menghasilkan capres  sehingga sepertinya
"layu sebelum berkembang" . Penyebabnya tentu dari popularitas Partai
Demokrat sendiri yang anjlok didera korupsi kader kadernya, sehimgga
siapapun yang dimenangkan dalam konvensi itu elektabilitasnya tetap rendah.

Partai Demokrat dan SBY masih dibutuhkan , bahkan sangat dibutuhkan oleh
partai lain. Kemana SBY akan berpihak ? Yang jelas tidak akan ke PDIP. Jadi
kemungkinannya hanya ke Golkar atau ke Gerindra. Merujuk pada kerjasama
Demokrat dengan Golkar selama ini yang cukup baik dibandingkan dengan
partai lain yang ikut koalisi dalam pemerintahan SBY terakhir, ada
kecendrungan SBY memilih Golkar.  SBY tinggal menunggu pendekatan ARB dan
tentu dengan bargaining  dia dapat apa kalau koalisi dengan Golkar. Andai
ARB bisa menerima Jendral Edhi Wibowo (sang adik ipar)  menjadi cawapres ,
maka kemungkinan besar SBY akan berkoalisi dengan Golkar.

Koalisi dengan Gerindra masih terbuka, namun andai Demokrat  koalisi dengan
Gerindra, akan sulit  mengajukan sang ipar menjadi cawapresnya Prabowo
Subianto, karena kombinasi Capres dan Cawapres dua duanya jendral, tidak
akan dipilih orang.  Saya malah risau dengan gerak Gerindra yang nampak
lamban dalam penggalangan koalisi. Bisa bisa dia tidak kebagian teman
berkoalisi, karena partai partai lain sudah menunjukkan kecendrungan yang
jelas sedangkan Gerindra masih bersikap pasif, menunggu. Geindra belum
menunjukkan kecendrungan yang jelas, kecuali dengan PPP, partai yang
internalnya bermasalah. Gerindra tidak mungkin berkoalisi dengan Hanura,
karena chemistri Prabowo dengan Wiranto tidak cocok, Ada "luka" lama dalam
hubungan mereka yang mungkin sulit disembuhkan, terutama dari pihak
Prabowo.

Soal Jokowi effect yang ternyata tidak sesuai dengan harapan PDIP
sebelumnya, saya kira tidak akan merubah posisi Jokowi yang sdh ditetapkan
sebagai Capres PDIP. Apalagi nampak bahwa Jokowi sudah aktif dalam
"blusukan politiik" dan sudah mulai bertemu dengan berbagai pihak guna
penggalangan.

Begitu dulu sementara dinda Tan Ameh. Perkembangan kedepan masih membuka
banyak kemungkinan. Kita tunggulah gerak dan "blusukan" politik selanjutnya
dari tokoh  partai partai itu.
Wassalam
Dunil Zaid. 71. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia,Pdg. Tingga di Jkt.


2014-04-12 18:00 GMT+07:00 Fitrianto <fitr.tanju...@gmail.com>:

> Rakyat tau beda pileg jo pilpres, dan kader pdip di pileg biasonyo indak
> banyak nan qualified. Kalau di pilpres caritonyo akan lain, apolai kalau JK
> dulu diambiak pdip,
>
> Wassalam
> Fitr
>
> Sent from my iPad
>
> On Apr 11, 2014, at 10:10 PM, tasrilmo...@banuacitra.com wrote:
>
> Mantab bana ulasan Da Zaid, sado no mungkin.
> Baa pulo kiro2 kalau SBY turun jadi penggalang koalisi Da, dan ado pulo
> ndak kemungkinan Mega barubah pikiran untuak capres no, dek ampia ndak ado
> pangaruah no Jokowi ka panambahan suaro PDIP kapatang tu dan malah ado
> kecenderungan bakurang.
> Ditunggu Da Zaid
>
> Wassalam
> Tan Ameh
>
>   *From: *Zaid Dunil
> *Sent: *Saturday, April 12, 2014 08:52
> *To: *Rantaunet
> *Reply To: *rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *[R@ntau-Net] Kasak kusuk politik setelah quick count - mencari
> pendamping Jokowi.
>
> Sanak sapalanta RN n a h
> Ass ww
> Menyambung tulisan berandai andai tentang koalisi yang lalu, berikut ini
> adalah  kelanjutannya ;
> Hasil quick count pemilu legislatif  2014 mengungkapkan peta kekuatan real
> masing masing partai politik, bahwa tidak ada partai yang menang 25 % atau
> lebih,sehingga tidak ada partai yang dapat mengajukan capres sendiri tapa
> berkoalisi dengan partai lain.
> Semua partai saat ini berusaha memainkan kartunya berdasarkan persentase
> hasil pemilihan yang diperolehnya serta faktor ketokohan orang partai
> tertentu yang dimilikinya, dan mulai melakukan pendekatan pendekatan kepada
> pihak lain untuk membenruk "koalisi" guna pengajuan pasangan capres dan
> cawapres dalam pilpres mendatang.  Namun demikian pendekatan yang dilakukan
> masing masing partai dalam mencari partner koalisi itu tetap dibatasi oleh
> kecendrungan pengalaman hubungan antara mereka selama ini, yang kalau
> diterjeamahkan secara lugas  kira kira nampak kecendrungan sebagai berikut:
> - PDIP dengan Gerindra  jelas merupakan kubu yang berseberangan.  Tidak
> mungkin PDIP  berkoalisi lagi dengan Partai Gerindra.  Masing masing
> mengajukan Capres sendiri jelas tidak memungkinbkan bagi mereka untuk
> berkoalisi.
> - PDIP juga tidak mungkin berkoalisi dengan partai Demokrat, namun hal ini
> lebih pada faktor pribadi,  Megawati yang tidak suka pada SBY karena pernah
> merasa "dikhianati"  SBY.
> - Berdasarkan keinginan ARB yang tetap ingin maju menjadi Capres, maka
> kemungkinan PDIP koalisi dengan Golkar juga tertutup. ARB nampaknya akan
> menggalang "Poros" sendiri agar tetap bisa maju ke Pilpres yang akan
> datang. Nampaknya ARB berani mengambil risiko, tetap maju sebagai capres
> walau nanti kalah dan tidak dapat apa apa. Andai Jokowi, menjadi RI satu,
> maka ada kemungkinan bahwa Golkar tidak diajak dalam Pemerintahan. Jokowi
> tidak suka dengan kata "koalisi" yang diartikannya sebagai bagi bagi kursi
> atau kekuasaan. Jokowi lebih suka menggunakan kata "kerjasama mengatasi
> persoalan bangsa" dan itu bisa dengan siapa saja. Pengamat mengartikannya
> itu bukan koalsisi yang permanen sifatnya. Sebenarnya kalau ARB mau menjadi
> cawapres dan koalisi dengan PDIP , kemungkinan menangnya lebih tinggi, dia
> jadi wapres dan orang orang partainya juga tersalurkan dalam pemerintahan
> yang baru.  Sesuai dengan niat Golkar yang selalu ingin menjadi bagian
> dari  Pemerintahan yang berkuasa.    Baik PDIP maupun Golkar punya mesin
> partai yang efektif dan probilitas memengkan Pilpres itu jelas lebih
> tinggi.
>
> Berdasarkan peta sederhana itu , maka PDIP mulai menjajaki kemungkinan
> teman koalisi dan yang didatangi pertama adalah partai Nasdem. Cahyo Kumolo
> , pertinggi PDIP yang orang kepercayaan Mega mendatangi Surya Paloh dan
> kita bisa menduga pembicaraan mereka pasti menyangkut ajakan untuk
> berkoalisi. Surya Paloh, politikus kawakan, sampai saat ini belum terlontar
> ucapannya  untuk menjadi Capres atau cawapres, karena dia sadar bahwa tidak
> elok menyampaikan hal itu sebelum mengetahui perolehan suara Nasdem dalam
> pemilu legislatif  2014 ini. Disini nampak kalau Surya Paloh lebih hati
> hati ketimbang Wiranto yang sudah berkampanye menjadi Capres jauh sebelum
> Pemilu legistalif  2014,  sebelum mengetahui perolehan suara partainya.
> Dengan demikian  Surya Paloh sama sekali tidak kehilangan muka ketika hanya
> mendapat suara sekitar 6,9  %. Ajakan PDIP untuk bergabung membuka peluang
> bagi Surya Paloh untuk menjadi pendamping Jokowi. Pilihan Mega terhadap
> Surya Paloh nampaknya  juga dengan kalkulasi angka perolehan Nasdem yang
> sekitar 6,9  % itu, sehingga ditambah dengan perolehan PDIP sebesar 18,9 %
> berdua bisa melebihi   25 % , dan koalisi dua partai itu cukup untuk
> mengajukan calon dalam Pilpres.  Faktor  Surya Paloh yang pemilik Media
> Grup  akan sangat  efektif dalam kampanye Pilpres yad, dan kalau
> diperhitungkan pula fartor kobinasi Jawa dan luar Jawa bagi pasangan Jokowi
> - Paloh  sebagai "keharusan"  pasangan Capres dan Cawapres , maka pemilihan
> Surya Paloh nampaknya  sudah dikalkulasi Mega dengan baik. Namun  hal ini
> tentu saja belum mutlak, masih penjajagan, namun rasionalitas dibelakangnya
> cukup jelas dan  masuk akal.
>
> Sementara itu Hatta Rajasa (PAN) juga mendatangi PDIP. Niatnya bisa diduga
> , Hatta juga ingin maju, kalau tidak sebagai Capres, sebagai pendamping
> Jokowi juga Oke. Perolehan suara PAN yang 7,5 % itu cukup signifikan untuk
> melengkapi persyaratan 25 % jika suara itu digabungkan dengan perolehan
> PDIP.  Hatta selama ini adalah orang kepercayaan SBY yang sering mendatangi
> Mega guna menjembatani miskomunikasi antara SBY dengan Mega. Hatta secara
> pribadi nampaknya cukup dapat diterima oleh Mega, namun apakah Mega akan
> memilih Hatta menjadi pendamping JOKOWI ?. Ada  kemungkinan dia prioritas
> kedua setelah Surya Paloh. Disamping perolehan suara PAN yang signifikan,
> Hatta juga representasi tokoh partai berbasis pemilih Islam , disamping
> juga sebagai orang dekat SBY yang pasti ada nilai positifnya bagi
> pemerinatahan PDIP/Jokowi  kelak.
>
> - Kemungkinan Jusuf Kalla dipasangkan dengan Jokowi, pernah beredar dan
> nampaknya banyak pihak menyambut kombinasi ini. JK sendiri nampaknya
> bersedia menjadi pendamping Jokowi. Tapi ada kemungkinan Jokowi pribadi
> kurang sreg dipasangkan dengan JK. Alasan yang jelas adalah JK itu sudah
> dikenal sebagai "The real President" ketika menjadi wakil SBY. Pengalaman
> dan kapabilitas JK dalam mengelola negara jauh diatas Jokowi, dan  hal ini
> bisa berakibat nanti terulang lagi bahwa JK kembali menjadi the real
> president dan itu tidak menguntungkan  bagi Jokowi. Selain itu,
> elektabilitas  JK sendiri dalam mendongkrak suara bagi pasangan Jokowi-JK
> yang semata mata berdasarkan ketokohan JK sendiri , nampaknya agak
> diragukan. JK yang mantan ketua Umum Golkar itu sudah kehilangan akarnya di
> Golkar. Kegagalan pencalonqn  JK -Wiranto sebgai Capres dan Cawapres tahun
> 2009 yl mengindikasikan bahwa Golkar tidak kompak dalam mendukung JK
> menjadi President saat itu.  Saat ini  hanya kelompok kelompok kecil
> loyalis JK saja yang bisa diharapkan bekerja menyokongnya untuk memenangkan
> pasangan Jokowi- Jk andai pasangan itu dmajukan PDIP. Dan itu tidak cukup
> untuk memenangkan pasangan ini menjadi RI Satu dan RI dua. Kalau Jokoewi
> dipasagkan dengan JK, PDIP tertap harus mencari partai lain untuk koalisi
> agar suara gabungan  mereka memenuhi syarat 25 % itu. Kemungkinan pemilihan
> JK sebagai pendamping Jokowi , tidak   masuk dalam daftar prioritas PDIP.
>
> - Jokowi - Machfud MD. Ada juga pihak yang menginginkan kombinasi
> tersebut. Yang  diliihat dari Machfud adalah dia representasi dari kelompok
> Islam.  Namun Machfud sendiri nampaknya ingin menggalang poros sendiri yang
> dipimpin oleh PKB. Machfud cukup percaya diri dengan perolehan suara PKB
> sebesar sekitar 9,2  % untuk maju sebagai Capres. Dia mengemukakan
> Cawapresnya bisa dari mana saja dan tentunya diutamakan dari partai Islam
> .  Dukungan diharapkan dari partai berbasis pemilih Islam. Sayangnya
> Machfud tidak berada dalam struktur PKB , sehingga keinginannya belum tentu
> di akomodasi sesuai oleh partai. Ketua PKB Muhaimin nampaknya punya
> kecendrungan berbeda dengan Machfud, dan lebih ingin berkoalisi bukan
> dengan partai partai Islam. Dengan melihat gerak langkah PAN yang merapat
> ke PDIP, maka keinginan Machfud MD itu sepertinya semakin  sulit untuk
> diwujudkan.
>
> Banyak kemungkinan bisa terjadi dan tulisan diatas baru menyangkut Capres
> Jokowi saja dan calon pendampingya. Kubu kubu yang berseberangan dengan
> PDIP/Jokowi tentu juga akan menggalang koalisi guna pemenagan Pilpres,
> namun sementara ini belum banyak diluput sehingga belum jelas
> kecendrungannya.
> Apakah dengan demikian Jokowi lebih berpeluang kertimbang Capres lainnya?.
> Politik itu penuh warna warni, penuh kejutan dan banyak faktor penentunya .
> Akan banyak move move dan isu dikembangkan yang sangat mempengaruhi
> elektabilitas seorang capres . Pembentukan opini masyarakat akan sangat
> berpengaruh dan menentukan kemenangan seorang calon dan itu akan
> berlangsung terus sampai pilpres mendatang dan pemenangnya tentu yang bisa
> meyakinkan masyarakat bahwa pasangan capres-cawapres  tertentu lebih baik
> dari pasangan lainnya.
> Wassalam
> Dunil Zaid, 71. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia,Pdg. Tingga di Jkt.
>
>
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>
>  --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke