Mantab bana ulasan Da Zaid, sado no mungkin.
Baa pulo kiro2 kalau SBY turun jadi penggalang koalisi Da, dan ado pulo ndak kemungkinan Mega barubah pikiran untuak capres no, dek ampia ndak ado pangaruah no Jokowi ka panambahan suaro PDIP kapatang tu dan malah ado kecenderungan bakurang.
Ditunggu Da Zaid

Wassalam
Tan Ameh

From: Zaid Dunil
Sent: Saturday, April 12, 2014 08:52
To: Rantaunet
Reply To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Kasak kusuk politik setelah quick count - mencari
pendamping Jokowi.

Sanak sapalanta RN n a h
Ass ww
Menyambung tulisan berandai andai tentang koalisi yang lalu, berikut ini adalah  kelanjutannya ;   
Hasil quick count pemilu legislatif  2014 mengungkapkan peta kekuatan real masing masing partai politik, bahwa tidak ada partai yang menang 25 % atau lebih,sehingga tidak ada partai yang dapat mengajukan capres sendiri tapa berkoalisi dengan partai lain.
Semua partai saat ini berusaha memainkan kartunya berdasarkan persentase hasil pemilihan yang diperolehnya serta faktor ketokohan orang partai  tertentu yang dimilikinya, dan mulai melakukan pendekatan pendekatan kepada pihak lain untuk membenruk "koalisi" guna pengajuan pasangan capres dan cawapres dalam pilpres mendatang.  Namun demikian pendekatan yang dilakukan masing masing partai dalam mencari partner koalisi itu tetap dibatasi oleh kecendrungan pengalaman hubungan antara mereka selama ini, yang kalau diterjeamahkan secara lugas  kira kira nampak kecendrungan sebagai berikut:
- PDIP dengan Gerindra  jelas merupakan kubu yang berseberangan.  Tidak mungkin PDIP  berkoalisi lagi dengan Partai Gerindra.  Masing masing mengajukan Capres sendiri jelas tidak memungkinbkan bagi mereka untuk berkoalisi.
- PDIP juga tidak mungkin berkoalisi dengan partai Demokrat, namun hal ini lebih pada faktor pribadi,  Megawati yang tidak suka pada SBY karena pernah merasa "dikhianati"  SBY.
- Berdasarkan keinginan ARB yang tetap ingin maju menjadi Capres, maka kemungkinan PDIP koalisi dengan Golkar juga tertutup. ARB nampaknya akan menggalang "Poros" sendiri agar tetap bisa maju ke Pilpres yang akan datang. Nampaknya ARB berani mengambil risiko, tetap maju sebagai capres walau nanti kalah dan tidak dapat apa apa. Andai Jokowi, menjadi RI satu, maka ada kemungkinan bahwa Golkar tidak diajak dalam Pemerintahan. Jokowi tidak suka dengan kata "koalisi" yang diartikannya sebagai bagi bagi kursi atau kekuasaan. Jokowi lebih suka menggunakan kata "kerjasama mengatasi persoalan bangsa" dan itu bisa dengan siapa saja. Pengamat mengartikannya itu bukan koalsisi yang permanen sifatnya. Sebenarnya kalau ARB mau menjadi cawapres dan koalisi dengan PDIP , kemungkinan menangnya lebih tinggi, dia jadi wapres dan orang orang partainya juga tersalurkan dalam pemerintahan yang baru.  Sesuai dengan niat Golkar yang selalu ingin menjadi bagian dari  Pemerintahan yang berkuasa.    Baik PDIP maupun Golkar punya mesin partai yang efektif dan probilitas memengkan Pilpres itu jelas lebih tinggi.

Berdasarkan peta sederhana itu , maka PDIP mulai menjajaki kemungkinan teman koalisi dan yang didatangi pertama adalah partai Nasdem. Cahyo Kumolo , pertinggi PDIP yang orang kepercayaan Mega mendatangi Surya Paloh dan kita bisa menduga pembicaraan mereka pasti menyangkut ajakan untuk berkoalisi. Surya Paloh, politikus kawakan, sampai saat ini belum terlontar ucapannya  untuk menjadi Capres atau cawapres, karena dia sadar bahwa tidak elok menyampaikan hal itu sebelum mengetahui perolehan suara Nasdem dalam pemilu legislatif  2014 ini. Disini nampak kalau Surya Paloh lebih hati hati ketimbang Wiranto yang sudah berkampanye menjadi Capres jauh sebelum Pemilu legistalif  2014,  sebelum mengetahui perolehan suara partainya. Dengan demikian  Surya Paloh sama sekali tidak kehilangan muka ketika hanya mendapat suara sekitar 6,9  %. Ajakan PDIP untuk bergabung membuka peluang bagi Surya Paloh untuk menjadi pendamping Jokowi. Pilihan Mega terhadap Surya Paloh nampaknya  juga dengan kalkulasi angka perolehan Nasdem yang sekitar 6,9  % itu, sehingga ditambah dengan perolehan PDIP sebesar 18,9 %  berdua bisa melebihi   25 % , dan koalisi dua partai itu cukup untuk mengajukan calon dalam Pilpres.  Faktor  Surya Paloh yang pemilik Media Grup  akan sangat  efektif dalam kampanye Pilpres yad, dan kalau diperhitungkan pula fartor kobinasi Jawa dan luar Jawa bagi pasangan Jokowi - Paloh  sebagai "keharusan"  pasangan Capres dan Cawapres , maka pemilihan Surya Paloh nampaknya  sudah dikalkulasi Mega dengan baik. Namun  hal ini tentu saja belum mutlak, masih penjajagan, namun rasionalitas dibelakangnya cukup jelas dan  masuk akal. 
 
Sementara itu Hatta Rajasa (PAN) juga mendatangi PDIP. Niatnya bisa diduga , Hatta juga ingin maju, kalau tidak sebagai Capres, sebagai pendamping Jokowi juga Oke. Perolehan suara PAN yang 7,5 % itu cukup signifikan untuk melengkapi persyaratan 25 % jika suara itu digabungkan dengan perolehan PDIP.  Hatta selama ini adalah orang kepercayaan SBY yang sering mendatangi Mega guna menjembatani miskomunikasi antara SBY dengan Mega. Hatta secara pribadi nampaknya cukup dapat diterima oleh Mega, namun apakah Mega akan memilih Hatta menjadi pendamping JOKOWI ?. Ada  kemungkinan dia prioritas kedua setelah Surya Paloh. Disamping perolehan suara PAN yang signifikan, Hatta juga representasi tokoh partai berbasis pemilih Islam , disamping juga sebagai orang dekat SBY yang pasti ada nilai positifnya bagi pemerinatahan PDIP/Jokowi  kelak.
 
- Kemungkinan Jusuf Kalla dipasangkan dengan Jokowi, pernah beredar dan nampaknya banyak pihak menyambut kombinasi ini. JK sendiri nampaknya bersedia menjadi pendamping Jokowi. Tapi ada kemungkinan Jokowi pribadi kurang sreg dipasangkan dengan JK. Alasan yang jelas adalah JK itu sudah dikenal sebagai "The real President" ketika menjadi wakil SBY. Pengalaman dan kapabilitas JK dalam mengelola negara jauh diatas Jokowi, dan  hal ini bisa berakibat nanti terulang lagi bahwa JK kembali menjadi the real president dan itu tidak menguntungkan  bagi Jokowi. Selain itu, elektabilitas  JK sendiri dalam mendongkrak suara bagi pasangan Jokowi-JK yang semata mata berdasarkan ketokohan JK sendiri , nampaknya agak diragukan. JK yang mantan ketua Umum Golkar itu sudah kehilangan akarnya di Golkar. Kegagalan pencalonqn  JK -Wiranto sebgai Capres dan Cawapres tahun 2009 yl mengindikasikan bahwa Golkar tidak kompak dalam mendukung JK menjadi President saat itu.  Saat ini  hanya kelompok kelompok kecil loyalis JK saja yang bisa diharapkan bekerja menyokongnya untuk memenangkan pasangan Jokowi- Jk andai pasangan itu dmajukan PDIP. Dan itu tidak cukup untuk memenangkan pasangan ini menjadi RI Satu dan RI dua. Kalau Jokoewi dipasagkan dengan JK, PDIP tertap harus mencari partai lain untuk koalisi agar suara gabungan  mereka memenuhi syarat 25 % itu. Kemungkinan pemilihan JK sebagai pendamping Jokowi , tidak   masuk dalam daftar prioritas PDIP.

- Jokowi - Machfud MD. Ada juga pihak yang menginginkan kombinasi tersebut. Yang  diliihat dari Machfud adalah dia representasi dari kelompok Islam.  Namun Machfud sendiri nampaknya ingin menggalang poros sendiri yang dipimpin oleh PKB. Machfud cukup percaya diri dengan perolehan suara PKB sebesar sekitar 9,2  % untuk maju sebagai Capres. Dia mengemukakan  Cawapresnya bisa dari mana saja dan tentunya diutamakan dari partai Islam .  Dukungan diharapkan dari partai berbasis pemilih Islam. Sayangnya Machfud tidak berada dalam struktur PKB , sehingga keinginannya belum tentu di akomodasi sesuai oleh partai. Ketua PKB Muhaimin nampaknya punya kecendrungan berbeda dengan Machfud, dan lebih ingin berkoalisi bukan dengan partai partai Islam. Dengan melihat gerak langkah PAN yang merapat ke PDIP, maka keinginan Machfud MD itu sepertinya semakin  sulit untuk diwujudkan.

Banyak kemungkinan bisa terjadi dan tulisan diatas baru menyangkut Capres Jokowi saja dan calon pendampingya. Kubu kubu yang berseberangan dengan PDIP/Jokowi tentu juga akan menggalang koalisi guna pemenagan Pilpres, namun sementara ini belum banyak diluput sehingga belum jelas kecendrungannya.
Apakah dengan demikian Jokowi lebih berpeluang kertimbang Capres lainnya?. Politik itu penuh warna warni, penuh kejutan dan banyak faktor penentunya . Akan banyak move move dan isu dikembangkan yang sangat mempengaruhi elektabilitas seorang capres . Pembentukan opini masyarakat akan sangat berpengaruh dan menentukan kemenangan seorang calon dan itu akan berlangsung terus sampai pilpres mendatang dan pemenangnya tentu yang bisa meyakinkan masyarakat bahwa pasangan capres-cawapres  tertentu lebih baik dari pasangan lainnya.  
Wassalam
Dunil Zaid, 71. Kpg Ujuang Pandan Parak Karambia,Pdg. Tingga di Jkt.



--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
1. Email besar dari 200KB;
2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
---
Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke