Perlahan Misteri Hasil Quick Count Pro Joko-Kalla Terbongkar
  Share on facebook
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>
Share
on twitter
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>
Share
on email
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>
Share
on print
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>
More
Sharing Services
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>
21
<http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#>

<http://4.bp.blogspot.com/-NnPZysHyzN0/U76gn_N91GI/AAAAAAAALg4/2mxrnyDOyGE/s1600/quick-count.jpg>

 SPEKTANEWS (Jakarta) Hasil quick count rilisan sejumlah lembaga survey
yang berpihak ke kubu pasangan Joko-Kalla mengundang banyak reaksi dari
banyak pihak. Peneliti opini publik, Agung Prihatna, menilai secara
objektif menilai terdapat keganjilan dalam proses kemunculan hasil quick
count kubu Joko-Kalla.

 Menurut  Agung Prihatna, keganjilan hasil quick count tersebut nampak
nyata dan sepatutnya publik dapat melihat fenomena tersebut. Agung pun
menyebutkan sejumlah keganjilan tersebut :

 Pertama, pada awal Juli 2014, ada pernyataan dari pihak capres nomor urut
2 bahwa ada indikasi kecurangan. Kedua, pada masa tenang ada tiga lembaga
survei terkemuka, yaitu Charta Politica, SMRC, Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) yang pimpinannya secara terbuka berafiliasi ke capres nomor urut 2,
dengan mengumumkan Jokowi-Kalla unggul 3 persen dari pasangan Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa.

 Ketiga, pada hari pemilihan, kelompok lembaga survei tersebut, seperti
CSIS-Cyrus Network, mengeluarkan hasil exit poll yang menyatakan capres
nomor urut 2 unggul 3 persen dari capres nomor urut 1. Dia menyatakan,
hasil quick count lembaga survei yang berafiliasi ke pasangan Jokowi-Kalla,
seperti CSIS-Cyrus, SMRC, Litbang Kompas, dan RRI sama-sama mengungulkan
dengan selisih 3 persen.

 "Ini juga pertama kalinya ada pihak yang secara sepihak mengklaim
kemenangan berdasarkan hasil quick count yang data masuk baru mencapai 70
persen. Yang bikin aneh pula, sekitar jam 15.00 WIB, data quick count
sebesar 70 persen di luar logika," kata mantan peneliti LP3ES itu kepada
wartawan, Kamis (10/7).

 Menurut Agung, bukankah untuk menginformasikan sampel dari daerah pelosok
Papua, Medan, Sumatra, dan pulau lainnya butuh waktu sekitar satu hingga
tiga jam untuk melaporkan melalui pesan singkat (SMS) di area on spot
(daerah yang terdapat sinyal). Hal itu mengingat tidak semua daerah yang
kita tentukan sebagai zona sampling terdapat sinyal operator telepon
selular.

 "Katakanlah benar data masuk 70 persen selang dua jam setelah TPS ditutup
pukul 13.00 WIB. Maka, kemungkinannya adalah sampel ditarik semua ke daerah
perkotaan, sehingga sebenarnya nihil sampling dari desa/wilayah pelosok,"
kata perintis quick count di Pemilu era 1997 itu.

 Agung menyatakan, dalam berbagai momen pilkada biasanya yang terjadi
adalah pengakuan dari pihak lain terhadap keunggulan pasangan lainnya.

 "Tidak pernah salah satu pihak melakukan klaim kemenangan berdasarkan
hasil quick count," katanya.

 Keanehan lain juga didapatkannya ketika melihat perkembangan beberapa hari
sebelum Pilpres 9 Juli kemarin. Itu setelah Indobarometer, LSI, dan Charta
Politica pada lima hari sebelum Pilpres menyatakan bahwa ada ‘lampu kuning’
bagi Jokowi jika keadaan terus begini karena trend terus menurun.
Sementara, trend Prabowo terus naik.

 "Pada saat itu selisih Jokowi dengan Prabowo semakin dekat tinggal tiga
persen."

 Menjadi aneh, sambung dia, karena tiga hari setelah pernyataan tersebut,
para lembaga survei yang berafiliasi dengan Jokowi-Kalla mengeluarkan
pernyataan bahwa terjadi rebound elektabilitas. Artinya, dalam waktu tiga
hari, mereka membuat pengakuan terjadi perubahan trend.

 "Padahal dalam logika survey trend itu tidak mungkin berbalik trendnya
hanya dalam waktu dua sampai hari," katanya.

 Catatan berikutnya, lanjut Agung, pihak Jokowi pada sepekan sebelum
Pilpres sudah menyatakan bahwa kemenangan mereka akan sulit jika pihak
lawan melakukan kecurangan.

 "Artinya mereka melakukan prakondisi bahwa di atas kertas mereka bisa
kalah. Bahkan cawapres Jusuf Kalla pernah menyatakan, bahwa pasangannya
hanya akan kalah jika dicurangi," sebutnya.


 Dia mengingatkan, gejala-gejala tersebut patut dicurigai sebagai upaya
terencana untuk memenangkan pasangan yang diusung PDIP, PKB, Nasdem,
Hanura, dan PKPI itu dengan melakukan manipulasi survei sejumlah lembaga
yang selama ini pro-Jokowi.
 - See more at:
http://www.spektanews.com/2014/07/perlahan-misteri-hasil-quick-count-pro.html#sthash.shRkRPc6.dpuf

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke