Ko Junaidi nan ma ko ?. Nan di kandang singo atau nan lain.
On Friday, 15 August 2014 6:50 PM, 'Junaidi' via RantauNet <rantaunet@googlegroups.com> wrote: Assalamu'alaikum wr. Wb. Dunsanak di salapan panjuru angin kok ketek indak dipanggia namo gadang indak diimbau gala. Di susun jari nan sapuluah, Ditakuakan kapalo nan satu, dihunjamkan lutuik nan duo. Ampun kapado niniak mamak,alim ulama jo cadiak pandai Naiak gunuang rimbo kalibuik Ka rimbo ba kayu jati Kayu gadang banyak babuah Bacampua jo kayu kamaik Gagok ganta ambo manyabuik Pangulu banyak nan sati Tuanku banyak nan batuah Alim ulama banyak nan kiramaik Kalalawa di pulau rimbang Anak ruso mati tadabiah Kok gawa mintak ditimbang Kok doso ampun nan labiah Sasudah 25 tahun maninggakan ranah Minang dan 13 tahun di nagari urang dan melanglang ka mancanegara kini tibo ukatuno pinang pulang ka tampuakno, siriah pulang ka gagangno. Satinggi tinggi tabang bangau baliakno ka kubangan juo. Mission acomplished, lah tamaik misi kami di nagari urang kini dicubo pulo misi baru di ranah bundo. Kok dulu naiak A380 kini naiak A01, kok dulu rute, Tokyo, Seoul, Shanghai, Zurich, Amsterdam, Paris, Montreal, Minneapolis, Dallas, Orlando kini rute no, kalumbuk, kuranji, balimbiang, lubuak minturun, gunuang pangilun. Kok dulu lalok di hotel babintang, kini di kasua palembang, kok dulu makan di sushi, sashimi, kebab kini makan gulai jaring uwok patai. Kok dulu pakai suit kini batarompa japang jo kaus kutang, kok dulu tingga di awang2 kini di tanah surang. Adios, good bye, sayonara past time, salamaik datang maso depan. Bak kecek urang datang tampak muko pulang tampak punguang, tarimolah salam kami niniak mamak nan gadang basa batuah, alim ulama suluah bendang dalam nagari, cadiak pandai nan arih bijaksano, bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang, urang mudo nan capek kaki ringan tangan. Tolong tunjuak aja-i kami, maklumlah umua alun sataun jaguang, darah alun satampuak pinang, aka singkek pandapek balun kok lai salah langkah jo kato salah awai maampehkan, salah cotok malatiangkan. Ka Tuhan kami mintak ampun ka nan basamo kami mintak ma'af, tarimolah kami jo hati suci muko nan janiah di ranah bundo. Urang Padang mangumpa banang Dikumpa lalu dilipek Dilipek kudian dipatigo Indak padai marantang panjang Bia dikumpa nak no singkek Singkek sakedar ka paguno. Wassalam Junaidi Malin Basa, suku Jambak (48), Kalumbuk On Aug 15, 2014, at 11:22 AM, "Nofend St. Mudo" <nof...@rantaunet.org> wrote: Jumat, 15 Agustus 2014 01:36 >Sejauh-jauh bangau terbang akan kembali ke kubangan. Begitu pula, sejauh-jauh >pergi merantau, pasti kembali ke kampung halaman. Sangat banyak urang awak >yang tersebar di rantau untuk mencari penghidupan. Orang Minang dari muda >memang dibiasakan pergi merantau untuk hidup mandiri. Jika pergi ke ibu kota >atau ke pulau Jawa, pasti kita sering menemukan logat-logat Minang di sana. >Namun sangat disayangkan, makin jauh dan lama urang awak berada di rantau, >makin lupa mereka akan adatnya. Tak hanya kampung yang ditinggalkan, tapi >juga adat yang diajarkan. Hanya bahasa Minang yang masih membedakan mereka >dari penduduk lokal di sana. >Sangat disayangkan apabila orang rantau melupakan budaya Minang yang pernah >diajarkan, sejarah Minang, kato nan ampek, raso jo pareso, serta >petatah-petitih. Apalagi urang awak yang dari kecil memang tinggal di >perantauan. Darah se nan minang, tapi parangai alun minang. Tahu jo adat pun >masih satangah-satangah. >Adat dan Budaya Minang sangat penting dijadikan pegangan hidup, selain >Alquran dan hadist tentunya. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. >Ketika kita jauh di rantau, kedua hal itulah yang membedakan kita dari orang >di sana. Agama dan adat, itu adalah pembeda kita dari segi iman dan kearifan >lokal. Kedua hal itu seharusnya jadi penuntun kita di rantau. Agar tidak >menjadi orang yang lupa dengan identitas. >Sangat banyak ditemukan urang awak yang berubah di rantau. Mereka melalui fase >culture shock (geger budaya). Culture shock sendiri adalah kelainan yang >dialami oleh orang yang tiba-tiba pindah ke daerah baru. Gejalanya berupa >pusing, sakit kepala, susah tidur, ketakutan yang berlebihan terhadap hal-hal >yang kurang bersih, kurang sehat, takut ditipu, takut dirampok, dll. Ada >beberapa fase culture shock yang dialami perantau ketika di tempat baru. >Pertama, adalah honeymoon. Fase ketika segala hal menyenangkan, >makanan, suasana, budaya baru, dan orang baru. Seseorang akan merasa >bahagia ketika berada di tempat barunya (Dodd, 1998: 159). >Kedua adalah crisis. Ini terjadi ketika seseorang merasa bahwa kenyataan yang >ada tidak sesuai dengan yang dipikirkan sebelumnya. Ia mulai kecewa, >tidak puas, dan segala sesuatu yang ditemui menjadi mengerikan. >Ketiga, adalah pemulihan (recovery). Pada tahap ini, individu >berusaha memahami budaya barunya, mempelajari bahasa, dan >kebiasaan yang ada di sana. >Keempat adalah adaptasi. Pada tahap ini, individu mulai menyesuaikan diri dan >mulai dapat menerima budaya di lingkungan baru sebagai gaya hidup baru. >Individu mulai memahami nilai budaya seperti bahasa, cara berinteraksi, dan >kebiasaan yang ada. Memang belum fasih karena masih ada kesulitan dan >ketegangan, namun secara keseluruhan pengalaman ini terasa menyenangkan >(Devito, 2011: 550). >Mereka yang sudah lama tinggal di kota besar mulai bisa beradaptasi. Menjadi >orang kekotaan, mengubah diri menjadi orang kekinian. Mulai dari cara >berpakaian, tempat nongkrong, teman-teman, gaya hidup malam, dll. Jika kita >tidak arif dengan kata “adaptasi” ini, siap-siaplah kita diperlihatkan dengan >kehidupan kota yang menyilaukan mata. Awalnya memang indah, namun akhirnya >(bisa jadi) menyakitkan. >Lah langang kampuang dek batinggakan. Tapi adat jo budi baiak janlah >dilupoan. Masih ingatkah kita dengan ajaran niniak mamak? Pendidikan >dari guru mengaji di surau? Kampuang lah langang, hati jan langang pulo. >Kita jangan hanya beradaptasi dengan lingkungan baru, tapi juga menyesuaikan >dengan adat istiadat yang kita junjung selama ini. Mulai dari hal kecil saja, >seperti menjaga salat, bertutur kata baik, berpakaian menutup aurat, dan tidak >berkeliaran di malam hari. >Sudah seharusnya kita menjaga identitas di perantauan. Apalagi jika kita >jarang punya kesempatan untuk pulang kampung. Kalau kata orang, pulang katiko >maminang. Pulang kampung hanya untuk menikah lalu kembali lagi ke rantau. >Semestinya pula kita mengajarkan budaya Minang pada anak-anak kita. Biarkan >mereka belajar mulai dari bahasanya, kemudian perlahan-lahan budayanya. Sebab >siapa lagi yang akan mengajarkan adat pada anak cucu, jika bukan orang tuanya >sendiri. Atau jika anak bertanya tentang kampung dan identitasnya, apakah >kita sudah tahu hendak menjawab apa. >Barangkali kita yang berada di rantau inilah yang harus mengajarkan budaya >Minangkabau kepada anak-anak kita nanti. Kita yang sempat belajar Budaya Alam >Minangkabau di bangku SD hingga SMP. Karena di Ranah Minang sendiri, Budaya >Alam Minangkabau tidak lagi menjadi pelajaran muatan lokal. Sangat >disayangkan, Kurikulum 2013 tidak memuat muatan lokal Budaya Alam Minangkabau. >Katanya mau menekankan pembentukan karakter. Karakter yang bagaimana? Karakter >yang seperti apa dulu? >Kita bicara soal pembentukan karakter, tapi melupakan pembentukan karakter >dari budaya sendiri. Padahal anak-anak didik era tahun 2000-an sudah cukup >dengan Budaya Alam Minangkabau serta asuhan dari guru mengaji. Kedua hal itu >cukup untuk menanamkan budi pekerti dan rasa malu pada diri mereka. Budaya >Alam Minangkabau (BAM) dan mengaji di surau sudah lebih dulu membentuk >karakter yang baik pada anak-anak kita. Tapi kini BAM sudah tinggal cerita. >Maka sudah sepatutnya kita yang mengingat-ingatkan budaya Minang pada generasi >muda. Mengajarkan karakter baik yang sesungguhnya. Tidak malukah kita, ketika >anak-anak tidak mengenal kampungnya, dari mana ia berasal, dan adatnya? Atau >jangan-jangan kita sendiri adalah urang awak, tapi bukan “urang awak.” (*) > >IRMA GARNESIA >(Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung) >http://harianhaluan.com/index.php/opini/33431-urang-awak-tapi-bukan-urang-awak > > >-- > > >Wassalam > > >Nofend St. Mudo >37th/Cikarang | Asa: Nagari Pauah Duo Nan Batigo - Solok Selatan >Tweet: @nofend | YM: rankmarola > -- >. >* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain >wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ >* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. >=========================================================== >UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: >* DILARANG: >1. Email besar dari 200KB; >2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; >3. Email One Liner. >* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta >mengirimkan biodata! >* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting >* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply >* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti >subjeknya. >=========================================================== >Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: >http://groups.google.com/group/RantauNet/ >--- >Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup. >Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim >email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. >Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.