Assalamu'alaikum Wr. Wb adidunsanak Palanta RN n.a.h,

Salah seorang sastrawan Minang terkemuka saat ini, Darman Moenir, yang
kebetulan juga tinggal di ranah, menuliskan opininya di harian
*Singgalang *edisi
6 Januari 2015.

Terlepas nanti setuju atau tidak dengan pendapat ybs, menarik mengetahui
sudut pandang seorang sastrawan yang sehari-hari berpeluh dan berinteraksi
dengan masyarakat setempat.

Salam,

ANB


* * *


*DIM: Parak Bundo Indak Bapaga?
<http://hariansinggalang.co.id/dim-parak-bundo-indak-bapaga/>*

(96 Views) January 6, 2015 8:18 am | Published by sgl17
<http://hariansinggalang.co.id/author/sgl17/> | No comment
<http://hariansinggalang.co.id/dim-parak-bundo-indak-bapaga/#respond>

Darman Moenir -- KINI, parak "bundo" tu bana takah indak bapaga. Demikian
pesan pendek saya terima dari (Engku) Sutan Rajo Endah yang domisili di
Bogor. Kecuali melalui media-sosial "pesan pendek" yang berkecambah dari
ujung jari sebagian besar pengguna telepon seluler, secara pribadi Endah
tak saya kenal. Kami belum pernah kopi-darat. Endah mengaku berumur 80
tahun lebih, berasal dari Maninjau.

Selama tiga tahun saling berkirim pesan pendek, saya mendapat kesan, Endah
peduli terhadap kampung-halaman, terhadap Minangkabau, terhadap pantun,
terhadap sastra lisan. Dia Sutan, pernah kerja pemerintah, terpandang.
Suatu pagi pekan lalu, dalam bahasa Minangkabau berdegap, Endah menulis:
"Asalamualaikum. Aa paminun kawa pagi ko, Angku? Katan jo goreang atau nasi
lamak jo durian? Baa pakambangan DIM kini tu, Angku? Agiah-agiahlah ambo
baritonyo. Wasalam. St. R.E."


Saya membalas: "Apo DIM tu, Angku Sutan Rajo Endah?"


Endah menjelaskan: "DIM = Daerah Istimewa Minangkabau. Tadanga di ambo, ado
nan bausaho mampajuangkan DIM tu."


Pesan-pendek saya kemudian menerakan kalimat: "Yo, Angku St. R.E. Tapi ambo
ndak basalero jo DIM tu do. Maloyo paruik ambo. Awaklah di NKRI. A juo lai?
Ka bargolak awak liak? Indak usah Angku. Mambana! Banyak karajo lain nan
alun takakok."


Tidak lama setelah itu, saya membaca penjelasan Endah: "Salapiak kito
duduak tu Angku. Beda saketek, Angku dakek kapalo jamba, ambo lah di ikua
jamba. Ambo 'satuju' istimewa tu tapi 'bukan' tatulih atau disorak-sorakan.
Buktikan sajo jo 'pabuatan' sainggo urang lain mandaceh kagum dalam atinyo,
iyo ebat Minangkabau ko. Kini parak 'bundo' tu bana takah indak bapaga."


Oleh satu-dua orang, melalui surat kabar dan media sosial, dua-tiga bulan
belakangan memang dilempar hasrat untuk mengubah Provinsi Sumatra Barat
menjadi Daerah Istimewa Minangkabau.


Sesungguhnya apa? Mengapa sekarang serta-merta ada keinginan untuk
mengistimewakan diri? Tidakkah para pendiri republik mulai dari Abdoel
Moeis, M. Yamin, Tan Malaka, Soetan Sjahrir, Agoes Salim sampai Mohammad
Hatta, tidak pernah menyampaikan gagasan hendak mendaerah-istimewakan
Minangkabau?
Tokoh-tokoh itu, bersama tokoh-tokoh hebat lain dari berbagai etnik di
Nusantara, malah menyumbang sangat besar agar RI eksis! Yamin termasuk yang
maksimal mengupayakan agar bahasa Minangkabau, bahasa Melayu, menjadi
bahasa kebangsaan: bahasa Indonesia. Ini keajaiban, di antara 700 bahasa
daerah, hadir bahasa Indonesia. Negara tetangga masih bergaduh soal bahasa
kebangsaan.


Tokoh-tokoh hebat seperti Datuak Suri Maharadjo Diradjo Simabua, Sitti
Manggopoh, Rohana Koedoes, Buya Hamka, Mohammad Natsir, Ali Akbar Navis,
Idroes Hakimy Datuak Rajo Pangulu, Kamardi Rais Datuak P. Simulie, atau
antara lain yang berkibar dan menjulang tinggi di zaman ini, sebutlah,
Syafei Ma'arif, Awaloeddin Djamin, Azwar Anas, Saldi Isra, Fasli Djalal,
Fahmi Idris, Sjahrul Udjud, Basril Djabar, Maso'ed Abidin, Shofwan Karim,
Eko Alvares, Nursyirwan, Firman Hasan, Mah di Bahar, Maidir Harun, Nur
Ainas Abizar, Gus tf Sakai, Edy Utama, tidak pernah menyebut-nyebut
keinginan mengistimewakan Daerah dan Ranah Minangkabau? Bukankah pada saat
ini kita nyaman, sangat nyaman, bahkan bangga dengan Provinsi Sumbar, dalam
NKRI?


Dan, tanpa diistimewakan pun, semengerti saya, Minangkabau tetap beradat,
tetap hebat, tetap maslahat. Soal implementasi ABSSBK? Itu tergantung dari
kemauan dan kesungguhan urang awak, di mana pun mereka berada. ABSSBK tentu
saja bisa digunakan dengan baik, tanpa perlu menubuhkan DIM.


Pula, Minangkabau dan Provinsi Sumbar bukan urusan kecil, sederhana, tidak
mungkin diubah bagai membalikkan telapak tangan. Minangkabau adalah satu
etnik unik, berumur amat panjang dan takkan mungkin habis, kecuali kiamat.
Minangkabau jadi milik dan kebanggaan jutaan orang, di sini, di mana-mana,
di seantero jagad. Ratusan kitab sudah memapar dan bicara tentang
Minangkabau.
Sumbar adalah sebuah provinsi yang di dalamnya terdapat Kabupaten dan
Kepulauan Mentawai. Sumbar didiami oleh pelbagai etnik. Selain Mentawai, di
sini bermukim etnik Jawa, Sunda, Tapanuli, Tionghoa, Keling dan bahkan
Arab. Dengan mayoritas Islam, di sini ada orang-orang yang beragama
Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu.


Dengan semua keunikan dan sekaligus kehebatan Sumbar, apa perlu provinsi
ini dijadikan Daerah Istimewa Minangkabau? Pertanyaan bisa diubah, apakah
penubuhan DIM takkan menimbulkan masalah? Lalu, bagaimana keberadaannya di
NKRI? Bila direntang bisa panjang. Banyak hal bisa disebut. Saya khawatir,
isu DIM bisa berbuah konflik internal, berlama-lama, dan bukan tidak
mungkin berdarah-darah.


Saya terkesan dengan Wasit Garis Khairul Jasmi "Hari Bela Negara"
(Singgalang, Minggu, 21 Desember 2014): "Tapi HBN itu tak cukup alasan
untuk menjadikan Sumbar sebagai daerah istimewa. Adat yang hebat dan nagari
juga tak cukup. Matrilineal juga belum." Di ujung kolom KJ menulis
sarkastik: "Kami lebih banyak mengurut dada saja atau tersenyum melihat
kurenah sejumlah pihak yang merasa bisa meng hitam-memutihkan Minangkabau."


SMS Sutan Rajo Endah, kolom KJ, ota di lepau, merupakan ketak-setujuan
terhadap DIM. Lebih bijak kita amal dan rayakan ABSSBK. Lebih baik kita
selesaikan terutama bengkalai kultural yang tentu saja menjadi beban
bersama. Tabik! (*)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke