Alhamdulillah dinda ANB. Batambah lo ilmu wak On May 23, 2015 6:30 AM, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org> wrote:
> Wa'alaikumussalam Wr. Wb. Mak Darwin, > > Terima kasih informasinya tentang keterangan dari Dr. Rusli Hasbi. > > Soal langgam/lagu baca Qur'an ini (nagham) sesungguhnya berada di tingkat > kesulitan tinggi (mujawwad), karena sebagian besar muslim Indonesia masih > berada di tingkat kemampuan membaca secara mu'allam. > > Yang kedua, Dr. Rusli Hasbi tentu benar langgam Qur'an bisa berbeda-beda, > seperti yang didengarnya di Sudan. Tetapi beliau adalah doktor ushul fiqh > (dari International University of Africa Sudan). Domain kompetensinya > sebidang dengan Dr. Erwandi Tarmizi, yang juga doktor ushul fiqh > (University of King Saud, Riyadh). > Salah satu bukti kompetensi Dr. Rusli Hasbi adalah saat beliau berdebat > terbuka dengan Dr. Musdah Mulia tahun 2008 silam. Di sana, hujjah-hujjah > fikih bertaburan dari keduanya. > > Akan tetapi untuk masalah murattal dan mujawwad secara teoritis, sebagai > pembanding saja karena mungkin dunsanak RN terlewat informasi ini, persis > Ramadhan lalu datanglah seorang ahli qira'ah dari Sudan, Syaikh Karamallah > bin Assyaikh bin Abdillah, pemegang sanad Qira'ah Sab'ah sekaligus wakil > direktur Munadzomah Al Ma'ali Al Khairiyyah. Kita tahu Qira'ah Sab'ah > adalah tujuh gaya membaca Al Qur'an yang disepakati ahli qira'ah. > > Apa yang dilakukan Syaikh Karamallah di sini? Beliau menjadi tamu, > sekaligus menginisiasi program Dauroh 40 Hari hafal Qur'an (peserta minimal > hafal 1 juz dengan tajwid sudah benar). Ini adalah duplikasi dari program > serupa yang dilakukan Syaikh Karamallah dan lembaganya di Sudan. > > Ini menunjukkan bahwa arus utama (mainstream) gaya pembacaan di Sudan > (yang bermazhab Maliki) tetap mengacu pada Qira'ah Sab'ah yang -- kalau mau > didikotomikan -- lebih populer di jazirah Arab yang umumnya bermazhab > Hanafi. > Sudan tidak mengembangkan gaya baca Qur'an sendiri yang sesuai dengan > langgam suku-suku setempat. > > Adapun bila dalam keseharian di Sudan terdengar gaya pembacaan non-Qira'ah > Sab'ah (yang lebih lokalitas), situasinya sama saja kira-kira kalau kita ke > daerah desa-desa di Jawa di mana warga membaca Qur'an dengan langgam Jawa. > Untuk komunitas itu, tentu tak masalah seperti dijelaskan juga oleh Dr. > Amir Faishol Fath. > > Yang menjadi problem adalah ketika cara pembacaan ini ditampilkan di > tingkat nasional, sehingga menimbulkan kontroversi, sementara kaidah fikih > terhadap hal-hal kontroversial adalah:* al khuruuju minal khilafi awla* > (keluar dari hal khilafiyah/kontroversial itu lebih mulia). > > Terakhir, dalil bahwa "yang penting tajwid dan makhraj itu selama benar, > maka model lagu apa pun tidak bermasalah", bisa jadi problem baru ketika > dijadikan sandaran dalil secara umum. > > Misalnya salah satu syarat sah shalat adalah menutup aurat. Bagi > laki-laki, aurat itu antara pusar dan lutut. Bayangkan ketika ada seorang > jamaah, anak muda, datang ke masjid hanya dengan celana gombrong ala pemain > basket yang sampai sekitar di bawah lutut, dan pakaian atasnya pun hanya > kaos basket yang memperlihatkan kedua ketiak. > > Ketika ditanya oleh takmir masjid kenapa dia shalat dengan pakaian begitu, > anak muda ini dengan fasih mengutip hadits Nabi yang diriwayatkan Abu > Dawud. "Ya ustadz, bukankah yang disebut aurat bagi laki-laki itu adalah > antara pusar dan lutut? Dan menutup aurat adalah syarat sahnya shalat. Coba > perhatikan, dengan pakaian ini, apakah aurat saya terbuka atau tertutup?" > > Justru cara pendalilan yang selalu mengacu pada hukum dasar tanpa melihat > kondisi dan situasi ini yang selalu membuat kontroversi terus berkembang. > > Barangkali adidunsanak RN sudah pernah dengar, atau barangkali juga belum, > film berjudul "Taqwacore" yang berkisah tentang anak-anak punk (bukan di > Indonesia). Di antara ragam kehidupan duniawi mereka, yang kerap begadang > sampai pagi, satu ketika "muncul" kesadaran mereka ingin shalat Subuh. Apa > yang mereka lakukan? > > Salah seorang pentolan punk itu mengambil gitar listriknya, menyalakan > amplifier, dan lalu "menyuarakan azan" dengan raungan suara gitar > listriknya (nada-nadanya pas sekali seperti orang biasa azan), membangunkan > lingkungan sekitar. > > Ketika ada temannya (juga tetangga yang terbangun) protes dan menyebutnya > melakukan bid'ah, anak muda dengan rambut Mohawk yang masih memegang gitar > itu bilang, kira-kira saja, karena ambo lupo dialog aslinya, "Bid'ah? > Bukankah saya berbuat baik dengan membangunkan orang untuk shalat Subuh?" > > Kembali ke soal langgam pembacaan Qur'an, sejak awal pekan ini ketika > topik ini pecah di media sosial, ambo menulis begini di status Facebook: > > ----- > > Mereka yang setuju langgam Jawa digunakan dalam membaca Al Qur'an, dan > mereka yang tidak setuju karena meyakini kalam Ilahi harus dibaca dalam > langgam Arab seperti selama ini, semoga kedua kubu setidaknya punya satu > kesamaan yang menautkan hati: *konsisten membaca kitab suci itu satu juz > sehari. *Semenggigil cinta segemetar nurani. > > Sudahkah kalian membacanya hari ini, wahai kaum yang pendapatnya terbagi? > > ----- > > Seperti diingatkan dengan santun oleh Ustadz Sarwat dari Rumah Fiqih > (untuk lengkapnya lihat posting Fitrianto Tanjuang), biarlah urusan nagham > dan mujawwad ini menjadi topik pembahasan para ahlinya saja, sementara kita > yang masih awam membenahi dulu target bacaan seperti dipesankan Nabi Saw > kepada sahabat Abdullah bin 'Amr bin 'Ash r.a. bahwa "khatamkan Qur'an > dalam sebulan", itu menjadi satu kebiasaan. > > Allahu a'lam. > > Wassalam, > > ANB > > > > > Pada 22 Mei 2015 16.07, Darwin Chalidi <dchal...@gmail.com> menulis: > >> Assalamualaikum wr wb >> >> Sesuai pelajaran dari ust. Dr. Rusli Hasbi bada shubuh hari Jumat tadi. >> Beliau pernah tinggal 7 tahun di Sudan. Ternyata langgam quran bisa berbeda >> beda. >> >> Yang penting Tajwit dan Makhrojnya tetap sesuai dengan kaidah2 Quran. >> Naik turun irama terserah. >> >> Hati2 untuk yang akan mencoba langgam berbeda. Harus betul2 menguasai >> Tajwid dan Makhroj huruf2. >> Irama yg dipakai dlm musabaqah international adalah megadopsi irama naik >> turunnya penyanyi Mesir jaman dulu. >> >> Walllahua'lam bissawab >> >> Darwin Chalidi. 65++. Tangsel >> https://db.tt/h4gyp1T0 >> >> -- >> . >> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat >> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ >> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. >> =========================================================== >> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: >> * DILARANG: >> 1. Email besar dari 200KB; >> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; >> 3. Email One Liner. >> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta >> mengirimkan biodata! >> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting >> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply >> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & >> mengganti subjeknya. >> =========================================================== >> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: >> http://groups.google.com/group/RantauNet/ >> --- >> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google >> Grup. >> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, >> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. >> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. >> > > -- > . > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. > =========================================================== > UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: > * DILARANG: > 1. Email besar dari 200KB; > 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; > 3. Email One Liner. > * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta > mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > =========================================================== > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google > Grup. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. > Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.