Wasswrwb,
Pak Akmal,
Pertama membaca koran Rakyat Merdeka pagi td, sy langsung kaget, apakah ini pak 
Akmal tg saya kenal? Kl melihat namanya yg tiga kata, ya ini betul.
Hidup ini pilihan, sy juga heran, kl seorang Akmal terjun ke politik kok partai 
yg baru mancogok yg rasanya secara finansial partai ini juga tidak didukung 
konglomerat yg jadi pilihan, rasanya dengan kemampuan, kompetensi dan 
networking rasanya pak Akmal jauh di atas pengurus inti partai besar lain.
Kemudian sy berfikir, tentu seorang Akmal sudah punya pilihan yg matang, cdan 
ada cita cira yg ingin disalurkan dan ada perahu yg notabene belum 
terkontaminasi dan ada label islamnya, tentu akmal sudah tau dan suap dengan 
konsekwensinya.
Kemudian sy WA pak Akmal, st ucapkan selamat atas pilihan politiknya.
Siangnya sy buka msilibg list rantau net, betul, ternyata seirang Akmal sudah 
bulat danbtwlah melalaui proses panjang san mohon petunjuk kpd Allah, dan 
akhirnya inilah keputusan yg paling berat itu.
Selamat pak Akmal, smg cuta bapak tercapai dan tetap istiqamah, aamiin

Salam,
Elthaf

Sent from my iPhone

> On 17 Okt 2015, at 11.31, Akmal Nasery Basral <ak...@rantaunet.org> wrote:
> 
> Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> Tuo-tuo Rantaunet n.a.h.
> Juga uda, uni, adiak n.a.s. karena Allah.
> 
> Jalan hidup kadang mengantarkan kita pada (banyak) peristiwa tak terduga. 
> Atau lebih tepatnya, tidak kita rencanakan sebelumnya. Kita semua pernah 
> merasakan hal ini, dalam berbagai bentuk. Untuk ambo, contohnya adalah 
> kejadian berikut.
> 
> Beberapa bulan lalu (usai Idul Fitri), Sekjen Partai Idaman Ramdansyah Bakir 
> (mantan Ketua Panwaslu DKI) mengontak ambo, menanyakan apakah ambo mau 
> ngobrol-ngobrol dan memberikan masukan tentang kebudayaan, kepada Rhoma Irama 
> (RI), Ketum Idaman. Bukan paparan yang ilmiah dan akademis, hanya sekadar 
> obrolan biasa.  
> 
> Karena topiknya menarik minat ambo, dan sebagai bentuk implementasi 
> silaturahim sesama muslim, ambo jawab mau. Apalagi ambo belum pernah 
> berbicara dengan RI sebelumnya, meski aktif di majalah berita sekitar 16 
> tahun. Tak sekali pun pernah berbincang dan bertatap muka. 
> 
> Maka beberapa hari kemudian diadakan pertemuan di rumah RI, menjelang shalat 
> Jumat.  RI menjelaskan visi misi Partai Idaman, ambo mendengarkan. Inti 
> paparan RI: ingin mewujudkan bentuk Islam yang rahmatan lil alamin di 
> Indonesia, dan membangun Indonesia yang Pancasilais. 
> 
> Ketika ambo diminta berkomentar, ambo bicara mengalir saja, dengan inti 
> pendapat dua pula yakni:
> 
> (1). Alhamdulillah jika bentuk akhlakul karimah yang ingin dimunculkan Partai 
> Idaman di Indonesia. Tetapi jangan dilupakan konteks, bahwa Indonesia yang 
> dimaksud adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti telah 
> diperjuangkan para Bapak Bangsa, termasuk antara lain Bung Hatta, Haji Agus 
> Salim, Pak Natsir, Buya Hamka, dll.
> 
> (2) Tentang kebudayaan secara umum, dan kesenian sebagai ekspresi khusus 
> kebudayaan, tentu sangat baik jika banyak kesenian Islam yang muncul dan bisa 
> menjadi kegemaran masyarakat. Tetapi jangan dilupakan konteks bahwa Indonesia 
> adalah masyarakat majemuk, heterogen, maka bentuk-bentuk ekspresi kebudayaan 
> masyarakat non-muslim pun perlu dihargai dan dirangkul, dengan catatan 
> sepanjang tidak mencederai nilai-nilai ketuhanan dan merendahkan harkat 
> martabat manusia. 
> 
> Reaksi RI mendengar ucapan ambo adalah tersenyum tipis dan sesekali 
> mengangguk-anggukan kepala. Saat itu ambo tidak tahu apakah RI melakukan 
> gestur tersebut sebagai bentuk keramahtamahan seorang tuan rumah terhadap 
> tamu, atau memang RI setuju dengan pendapat ambo.
> 
> Tersebab sudah menjelang shalat Jumat, maka obrolan santai sekitar 40-45 
> menit itu pun usai. Dan tidak dilanjutkan setelah shalat Jumat karena RI 
> harus terbang ke luar kota. 
> 
> Sekitar dua pekan kemudian, Sekjen Ramdansyah kembali menghubungi ambo 
> menyatakan bahwa RI "sreg" dengan pendapat ambo dan menanyakan apakah ambo 
> bersedia membantu sebagai Wakil Ketua Umum Partai Idaman Bidang Pengembangan 
> Manusia dan Kebudayaan (total ada 5 Waketum seperti pada screen shot artikel 
> Republika terlampir). 
>  
> Waduh! Ambo benar-benar tak menyangka perkembangannya ke sana. Jadi ambo 
> mencoba berkelit dengan sopan dengan mengatakan bahwa tentu masih banyak 
> orang lain yang punya kapasitas dan kapabilitas lebih tinggi dari ambo untuk 
> tema itu.
> 
> Jawaban Ramdan di ujung telpon, "Memang ada banyak orang yang ingin masuk 
> DPP, tapi semua nama person di semua pos diputuskan Bang Haji, dan untuk 
> Waketum Budaya beliau hanya sreg dengan Uda Akmal karena Uda sudah punya 
> konsepnya. Bang Haji setuju sekali dengan apa yang Uda Akmal sampaikan."
> 
> Ma syaa Allah. 
> 
> Ambo pikir tadinya itu hanya perbincangan biasa yang digunakan RI sebagai 
> brainstorming untuk mendapatkan ide-ide (segar) dalam menjalankan Partai 
> Idaman kelak. Tentu RI sudah berbincang dengan banyak orang, dari berbagai 
> bidang dan profesi, selain ambo.
> 
> Ambo minta waktu berpikir (sambil berdiskusi dengan anak istri, terutama 
> menyangkut kondisi kehidupan kami yang saat ini juga tak bisa dibilang mapan, 
> melainkan pas-pasan. Belum lagi menyangkut satu urusan domestik yang sedang 
> keluarga ambo hadapi dan agak krusial). Tak lupa sebagai muslim, ambo pun 
> minta petunjuk Allah Azza wa Jalla tindakan apa yang seharusnya ambo ambil 
> atas tawaran seperti itu.
> 
> Uniknya semakin ambo mencoba menolak tawaran itu dengan meningkatkan 
> justifikasi rasional bahwa dunia politik sekarang adalah dunia yang 
> membutuhkan banyak "logistik", justru semakin sering ambo mendapat 
> bayangan/visualisasi kehidupan Haji Agus Salim sang politikus besar yang 
> rumah pun hampir selalu mengontrak. Terbayang pula kehidupan Sang Proklamator 
> Bung Hatta, Bapak Bangsa, yang sampai akhir hayatnya pun sepatu Bally yang 
> diinginkannya tetap tak terbeli. Muncul lagi gambaran-gambaran imajinatif 
> tentan Pak Natsir, Pak Sjafruddin Prawiranegara, Buya Hamka, dll, ketika 
> mereka menjadikan politik sebagai sarana dakwah untuk mendekatkan diri kepada 
> Ilahi, bukan sarana memperkaya diri.
> 
> Teringat pula (salah satu) kuliah Prof. A. Rahman Zainuddin di FISIP UI, 
> salah seorang dosen ambo dulu bahwa "moralitas itu sesungguhnya sesuatu yang 
> melekat (embedded) pada diri politikus. Politikus yang tak bermoral 
> sesungguhnya tak pantas disebut politikus, selain penghamba kekuasaan."
> 
> Waktu terus berjalan. Ambo "buying time" dengan tak segera menjawab, berharap 
> RI sudah menemukan calon Waketum lain yang lebih cocok.  
> 
> Lalu datanglah hari ketika Ramdan kembali menelpon bagaimana jawaban ambo 
> terhadap permintaan Bang Haji? Beliau masih menginginkan ambo membantu DARI 
> DALAM Partai Idaman. Bukan dari luar. Susunan Pengurus yang definitif akan 
> segera ditentukan karena jadwal Deklarasi Nasional (1 Muharram) semakin 
> mendekat. 
> 
> Sebetulnya ini bukan pertama kalinya aku menolak tawaran bergabung di parpol. 
> Tahun 2009 ambo pernah pula mendapat tawaran bergabung di sebuah parpol 
> besar, juga di Departemen Budaya DPP. Tapi saat itu ambo masih bisa bilang, 
> "Thanks, but no thanks."
> 
> Saat ini, meski sisi rasional benak ambo terus menerus menyarankan agar ambo 
> menampik dengan sopan tawaran RI, tetapi sisi emosional dan spiritual ambo 
> berkata lain dibanding tahun 2009. 
> 
> Saat ini ambo teringat bahwa RI pernah juga menjadi korban penzaliman 
> Soeharto ketika di tahun 1977-1982 beliau dilarang tampil di TVRI tersebab 
> keaktifannya sebagai juru kampanye PPP. Larangan itu baru diangkat tahun 
> 1988. 
> 
> Belakangan ini, RI sering juga dijadikan "kuda tunggangan" oleh pihak-pihak 
> lain, seperti tersaji gamblang dalam Pilpres tahun lalu. Dimanfaatkan. 
> 
> Belum lagi visinya untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'alamin dan sifat 
> terbuka Partai Idaman (yang meski berbasis nilai-nilai Islam, namun tetap 
> partai terbuka bagi non-muslim), adalah kredit yang patut diapresiasi. 
> 
> Akhirnya dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang prosesnya tak mudah itu, 
> berkonsultasi dengan keluarga, dan terus mengharapkan bimbingan Allah Azza wa 
> Jalla, akhirnya ambo menyatakan menerima kepercayaan RI yang merupakan bentuk 
> trust luar biasa besar atas kiprah ambo yang tidak ada apa-apanya dalam 
> kancah dunia politik nasional selama ini. 
> 
> Bismillahirrahmanirrahim.
> 
> Maka sejak 1 Muharram 1437 (14 Oktober 2015) ambo dengan resmi menempuh 
> (semoga) jalan dakwah baru dengan berkiprah langsung di dunia politik tanah 
> air, setelah mengucapkan Sumpah dan Janji Pengurus Inti Partai Idaman di Tugu 
> Proklamasi, dalam acara yang dihadiri 2000-an orang, baik sipil (non-partai) 
> maupun wakil-wakil parpol yang hadir hampir dari seluruh parpol sekarang. 
> 
> Ambo sangat paham bahwa dunia politik Indonesia saat ini adalah dunia yang 
> penuh fitnah, kejam, penuh tikungan berliku, di mana setiap senyuman yang 
> terlihat belum tentu berisi kehangatan persaudaraan, malah bisa sebaliknya. 
> 
> Karena itulah dengan penuh kerendahan hati, ambo berharap agar seluruh 
> Dunsanak RantauNet yang ambo hormati, untuk tetap berkenan membimbing, 
> memberi masukan, sampai mengkritik jika diperlukan, sekiranya ada tanda-tanda 
> langkah yang akan ambo lakukan melenceng dan keluar jalur di masa depan. 
> Semoga itu tidak akan terjadi. 
> 
> Ini pilihan berat, salah satu terberat dalam hidup ambo. Tetapi ikhtiar untuk 
> memperbaiki masyarakat, memperbaiki bangsa, harus tetap kita lakukan di mana 
> pun kita berada.  Dan saat ini, kebetulan satu pintu politik sedang terbuka 
> di hadapan ambo.  
> 
> Mohon maaf lahir batin jika ada Dunsanak RN yang kurang berkenan membaca 
> posting ini. Sama sekali tidak ambo niatkan untuk promosi partai/kampanye, 
> melainkan semata-mata karena ambo merasa sebagai bagian integral dari 
> keluarga besar RantauNet. 
> 
> Wallahul muwaffiq ilaa aqwaamith thariq. 
> Semoga Allah selalu menuntun kita ke jalan yang lurus.
> 
> Hamba Allah yang dhaif,
> 
> Akmal Nasery Basral
> 47, Cibubur. 
> 
> Terlampir cuplikan berita Republika, Kamis 15 Oktober 2015.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> -- 
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
> subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> --- 
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
> email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
> <IMG_20151015_145930.jpg>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke