Teologi Maut, Inyiak Sungut.

SB. 80 yrs.

Pada tanggal 8 Apr 2017 17.34, "Sjamsir Sjarif" <sjamsirsja...@gmail.com>
menulis:

>
>
> Dari SIPerubahan kita baca:
>
>
> SIPerubahan
>
> DEKONSTRUKSI TEOLOGI MAUT
>
> By Mahathir Muhammad 18 Februari 2016  0 Comments Comments  31 Views Views
>
> Serangkaian serangan terjadi di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) malam
> waktu setempat, menewaskan sedikitnya 18 orang. Demikian penjelasan
> kepolisian. Sebanyak 15 orang korban tewas di gedung konser Bataclan dan
> restoran Petit Cambodge.
>
> Sebagian serangan dilakukan dengan bom bunuh diri. Dalam tulisan ini, saya
> ingin fokus mengkaji mengenai bom bunuh diri ini. Mengapa? Karena sebagian
> teror dilakukan dengan cara ini, sehingga perlu kiranya, dalam skala
> tertentu, dilakukan dekonstruksi terhadap salah satu bentuk fatalisme
> keagamaan tersebut.
>
>
>
> Isy Kariman Au Mut Syahidan
>
>           Di dalam komunitas-komunitas militan, slogan “Isy Kariman Au Mut
> Syahidan” amatlah familiar. Sebuah slogan yang menjadi trigger dan stimulus
> terhadap aksi-aksi teror.
>
> Pertanyannya, apakah slogan seperti itu berpengaruh terha­dap perilaku
> keagamaan seseorang atau kelompok keagamaan? Itu sangat bergantung kepada
> pe­mahaman dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau
> kelompok tertentu yang memahami doktrin tersebut sebagai ”ayat suci” secara
> parokial dan tidak konteks­tual akan mudah mengimplementasikan dalam
> pandangan dan sikap keagamaan yang eksklusif, keras, dan militan.
>
> Tidak jarang pandangan dan sikap keagamaannya menjadi fatalistik de­ngan
> jalan menjauhi hidup duniawi dan sa­ngat menggebu untuk melakukan jihad,
> sekalipun harus mengorbankan nyawa sendiri. Me­reka percaya bahwa mati
> syahid jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan hidup di dunia, tapi tidak
> ada artinya. Kelompok ini -me­minjam terminologi mantan Ketua Umum PP
> Muhammadiyah Prof Syafi’i Maarif- menjadikan doktrin itu sebagai ”teologi
> maut”. Mereka ingin cepat mati, tetapi tidak berani hidup.
>
> Namun, mereka yang memahami doktrin tersebut secara kritis dan kontekstual
> akan paham bahwa slogan tersebut bukanlah potong­an ayat suci Alquran,
> tetapi sebuah ”ungkapan bijak” yang perlu dilihat konteksnya. Mereka paham
> betul bahwa slogan itu berasal dari nasihat bijaksana dari Asma binti Abu
> Bakar kepada anaknya, Abdullah bin Zubeir.
>
> Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Asma menasihati anaknya yang saat itu
> menemui kesulitan dalam peperangan dan menghadapi ancaman musuh. Saat
> itulah muncul nasihat isy kariman au mut syahidan itu dan kemudian menjadi
> sangat ampuh untuk melecut semangat kepahlawanan Ibnu Zubair dalam
> peperangan, sampai titik darah penghabisan. Ibnu Zubair memang diriwayatkan
> sebagai seorang pejuang hebat yang selalu siap berjuang untuk Islam, berani
> mengambil risiko dalam pertempuran, sangat tekun beribadah, dan dipandang
> sebagai syuhada. Tapi, hidupnya juga berakhir secara dramatis karena
> tubuhnya disalib dan kepalanya dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf dan
> dikirimkan sebagai hadiah kepada Abdul Malik yang menjadi penguasa
> kekhalifahan Bani Ummayah.
>
> Dalam sejarah gerakan modern Islam, slogan isy kariman au mut syahidan
> juga dinyatakan oleh Sayyid Qutb, ideolog dan pemikir gerakan Ikhwanul
> Muslimin di Mesir, di saat-saat terakhir hidupnya ketika menghadapi tiang
> gantungan rezim Gamal Abdul Nasser. Ungkapan Qutb itu sering dijadikan
> referensi oleh kelompok-kelompok militan dalam memperjuangkan aspirasinya.
> Tapi, mereka yang memahami perkembangan gerakan Islam paham betul bahwa
> slogan tersebut punya konteks historis dan politis pada masanya.
>
> Di Indonesia, kalangan NU maupun Muhammadiyah tidak menggunakan slogan itu
> karena dua ormas Islam tersebut mengembangkan pendekatan kultural dalam
> metode dan strategi dakwahnya. Secara umum, NU maupun Muhammadiyah sangat
> menekankan pendekatan dakwah yang inklusif dan moderat. Teologi NU
> bersumber pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yang sangat menekankan kepada
> doktrin tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran) dalam pandangan dan sikap
> keagamaan. Sementara itu, basis sosial NU adalah pesantren yang sejak awal
> mendakwahkan Islam yang ramah dan akomodatif terhadap tradisi lokal dan
> watak budaya Nusantara.
>
> Berbeda dengan ideologi gerakan keagamaan transnasional Islam yang
> cenderung eksklusif dan parokial, pesantren sebagai basis sosial NU
> mengajarkan doktrin keagamaan yang inklusif dan orientasi kehidupan dunia
> dan akhirat yang seimbang. Kekuatan pesantren terletak pada pemahaman
> keagamaan yang bersumber dari khasanah tauhid, fikh, dan tasawuf yang
> integratif serta pengembangan nilai-nilai kepribadian dan kemandirian hidup.
>
> Dalam konteks fiqh, misalnya, dikenal tradisi aqwal, yakni untuk
> menganalisis suatu masalah dapat digunakan banyak pendapat. Teologi dan
> tradisi NU itu jelas berbeda dengan pandangan keagamaan yang eksklusif dan
> fatalistik.
>
> Sementara itu, Muhammadiyah dikenal dengan usahanya untuk mengembangkan
> dakwah amar ma’ruf nahi munkar melalui ”teologi Al Ma’un” yang
> ditransformasikan melalui pemberdayaan umat, terutama kaum mustad’afin
> (kelompok dhuafa). Dalam konteks itu, Muhammadiyah memberikan ”tafsir
> sosial” Surat Al Maun yang transformatif dan membebaskan. Lewat tafsir
> sosial yang transformatif itu, Muhammadiyah mengingatkan umatnya untuk
> tidak terjebak dalam kelompok ”yang mendustakan agama”. Yaitu, kelompok
> menelantarkan kaum dhuafa; yakni mereka yang rajin salat, tapi tidak peduli
> terhadap lingkungan sosialnya. Juga mereka yang tekun beribadah dan beramal
> saleh, tapi semangatnya riya dan mementingkan diri sendiri (selfish).
> Tafsir sosial dan teologi transformatif itulah yang menjauhkan warga
> Muhammadiyah dari fatalisme keagamaan dan mengimplementasikan makna jihad
> secara positif dan konstruktif dalam kerja-kerja kultural dan intelektual.
>
> Karena itu, doktrin isy kariman au mut syahidan yang sering ditafsirkan
> secara sempit dan parokial oleh kelompok-kelompok militan perlu segera
> didekonstruksi. Untuk itu, pengertian jihad yang diderivasi lewat ”teologi
> maut” yang fatalistik dan menghalalkan kekerasan, bunuh diri, atau
> mencederai orang lain untuk mengejar mati syahid harus ditafsirkan kembali
> secara kritis, substantif, dan kontekstual. Dalam konteks itu, jihad
> haruslah diletakkan dalam bingkai pemahamahan hermeunetika yang inklusif,
> mendalam, dan konstruktif untuk kemaslahatan umat (bonum commune) dan
> kesinambungan peradaban.
>
> Prof Khalid Abu Fadl, guru besar hukum Islam dari UCLA, Amerika, dalam
> karyanya, The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremists,
> mewanti-wanti kaum muslimin agar waspada terhadap kelompok-kelompok militan
> yang menafsirkan makna jihad secara serampangan dan tidak sesuai dengan
> semangat Alquran serta misi otentik Islam sebagai agama kemanusiaan.
>
> Menurut Abu Fadl, jihad dalam Islam ber­orientasi kepada orientasi
> spiritual yang kuat dan etika kerja material yang berorientasi kepada
> semangat kemanusiaan. Jadi bukan pada tafsir­an yang eksklusif dan
> fatalistik. Sudah saatnya para ulama, intelektual, dan juru dakwah NU dan
> Muhammadiyah bersatu dan bekerja bahu-membahu membebaskan umat dari
> fatalisme keagamaan yang sempit dan parokial.
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
>   1. Email besar dari 200KB;
>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
> Google Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Kirim email ke