Teologi Maut itu adalah praktek bom bunuh diri dan membom atau menembaki
rakyat sipil karena pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama.

Itu pernah terjadi di Indonesia. Tapi bukan fenomena yang umum

On Apr 8, 2017 18:16, "Saafroedin Bahar" <drsaafroedin.ba...@gmail.com>
wrote:

> Teologi Maut, Inyiak Sungut.
>
> SB. 80 yrs.
>
> Pada tanggal 8 Apr 2017 17.34, "Sjamsir Sjarif" <sjamsirsja...@gmail.com>
> menulis:
>
>>
>>
>> Dari SIPerubahan kita baca:
>>
>>
>> SIPerubahan
>>
>> DEKONSTRUKSI TEOLOGI MAUT
>>
>> By Mahathir Muhammad 18 Februari 2016  0 Comments Comments  31 Views Views
>>
>> Serangkaian serangan terjadi di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) malam
>> waktu setempat, menewaskan sedikitnya 18 orang. Demikian penjelasan
>> kepolisian. Sebanyak 15 orang korban tewas di gedung konser Bataclan dan
>> restoran Petit Cambodge.
>>
>> Sebagian serangan dilakukan dengan bom bunuh diri. Dalam tulisan ini,
>> saya ingin fokus mengkaji mengenai bom bunuh diri ini. Mengapa? Karena
>> sebagian teror dilakukan dengan cara ini, sehingga perlu kiranya, dalam
>> skala tertentu, dilakukan dekonstruksi terhadap salah satu bentuk fatalisme
>> keagamaan tersebut.
>>
>>
>>
>> Isy Kariman Au Mut Syahidan
>>
>>           Di dalam komunitas-komunitas militan, slogan “Isy Kariman Au
>> Mut Syahidan” amatlah familiar. Sebuah slogan yang menjadi trigger dan
>> stimulus terhadap aksi-aksi teror.
>>
>> Pertanyannya, apakah slogan seperti itu berpengaruh terha­dap perilaku
>> keagamaan seseorang atau kelompok keagamaan? Itu sangat bergantung kepada
>> pe­mahaman dan aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari. Individu atau
>> kelompok tertentu yang memahami doktrin tersebut sebagai ”ayat suci” secara
>> parokial dan tidak konteks­tual akan mudah mengimplementasikan dalam
>> pandangan dan sikap keagamaan yang eksklusif, keras, dan militan.
>>
>> Tidak jarang pandangan dan sikap keagamaannya menjadi fatalistik de­ngan
>> jalan menjauhi hidup duniawi dan sa­ngat menggebu untuk melakukan jihad,
>> sekalipun harus mengorbankan nyawa sendiri. Me­reka percaya bahwa mati
>> syahid jauh lebih mulia bila dibandingkan dengan hidup di dunia, tapi tidak
>> ada artinya. Kelompok ini -me­minjam terminologi mantan Ketua Umum PP
>> Muhammadiyah Prof Syafi’i Maarif- menjadikan doktrin itu sebagai ”teologi
>> maut”. Mereka ingin cepat mati, tetapi tidak berani hidup.
>>
>> Namun, mereka yang memahami doktrin tersebut secara kritis dan
>> kontekstual akan paham bahwa slogan tersebut bukanlah potong­an ayat suci
>> Alquran, tetapi sebuah ”ungkapan bijak” yang perlu dilihat konteksnya.
>> Mereka paham betul bahwa slogan itu berasal dari nasihat bijaksana dari
>> Asma binti Abu Bakar kepada anaknya, Abdullah bin Zubeir.
>>
>> Dalam sejarah Islam disebutkan bahwa Asma menasihati anaknya yang saat
>> itu menemui kesulitan dalam peperangan dan menghadapi ancaman musuh. Saat
>> itulah muncul nasihat isy kariman au mut syahidan itu dan kemudian menjadi
>> sangat ampuh untuk melecut semangat kepahlawanan Ibnu Zubair dalam
>> peperangan, sampai titik darah penghabisan. Ibnu Zubair memang diriwayatkan
>> sebagai seorang pejuang hebat yang selalu siap berjuang untuk Islam, berani
>> mengambil risiko dalam pertempuran, sangat tekun beribadah, dan dipandang
>> sebagai syuhada. Tapi, hidupnya juga berakhir secara dramatis karena
>> tubuhnya disalib dan kepalanya dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf dan
>> dikirimkan sebagai hadiah kepada Abdul Malik yang menjadi penguasa
>> kekhalifahan Bani Ummayah.
>>
>> Dalam sejarah gerakan modern Islam, slogan isy kariman au mut syahidan
>> juga dinyatakan oleh Sayyid Qutb, ideolog dan pemikir gerakan Ikhwanul
>> Muslimin di Mesir, di saat-saat terakhir hidupnya ketika menghadapi tiang
>> gantungan rezim Gamal Abdul Nasser. Ungkapan Qutb itu sering dijadikan
>> referensi oleh kelompok-kelompok militan dalam memperjuangkan aspirasinya.
>> Tapi, mereka yang memahami perkembangan gerakan Islam paham betul bahwa
>> slogan tersebut punya konteks historis dan politis pada masanya.
>>
>> Di Indonesia, kalangan NU maupun Muhammadiyah tidak menggunakan slogan
>> itu karena dua ormas Islam tersebut mengembangkan pendekatan kultural dalam
>> metode dan strategi dakwahnya. Secara umum, NU maupun Muhammadiyah sangat
>> menekankan pendekatan dakwah yang inklusif dan moderat. Teologi NU
>> bersumber pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yang sangat menekankan kepada
>> doktrin tawassuth (moderat) dan tasamuh (toleran) dalam pandangan dan sikap
>> keagamaan. Sementara itu, basis sosial NU adalah pesantren yang sejak awal
>> mendakwahkan Islam yang ramah dan akomodatif terhadap tradisi lokal dan
>> watak budaya Nusantara.
>>
>> Berbeda dengan ideologi gerakan keagamaan transnasional Islam yang
>> cenderung eksklusif dan parokial, pesantren sebagai basis sosial NU
>> mengajarkan doktrin keagamaan yang inklusif dan orientasi kehidupan dunia
>> dan akhirat yang seimbang. Kekuatan pesantren terletak pada pemahaman
>> keagamaan yang bersumber dari khasanah tauhid, fikh, dan tasawuf yang
>> integratif serta pengembangan nilai-nilai kepribadian dan kemandirian hidup.
>>
>> Dalam konteks fiqh, misalnya, dikenal tradisi aqwal, yakni untuk
>> menganalisis suatu masalah dapat digunakan banyak pendapat. Teologi dan
>> tradisi NU itu jelas berbeda dengan pandangan keagamaan yang eksklusif dan
>> fatalistik.
>>
>> Sementara itu, Muhammadiyah dikenal dengan usahanya untuk mengembangkan
>> dakwah amar ma’ruf nahi munkar melalui ”teologi Al Ma’un” yang
>> ditransformasikan melalui pemberdayaan umat, terutama kaum mustad’afin
>> (kelompok dhuafa). Dalam konteks itu, Muhammadiyah memberikan ”tafsir
>> sosial” Surat Al Maun yang transformatif dan membebaskan. Lewat tafsir
>> sosial yang transformatif itu, Muhammadiyah mengingatkan umatnya untuk
>> tidak terjebak dalam kelompok ”yang mendustakan agama”. Yaitu, kelompok
>> menelantarkan kaum dhuafa; yakni mereka yang rajin salat, tapi tidak peduli
>> terhadap lingkungan sosialnya. Juga mereka yang tekun beribadah dan beramal
>> saleh, tapi semangatnya riya dan mementingkan diri sendiri (selfish).
>> Tafsir sosial dan teologi transformatif itulah yang menjauhkan warga
>> Muhammadiyah dari fatalisme keagamaan dan mengimplementasikan makna jihad
>> secara positif dan konstruktif dalam kerja-kerja kultural dan intelektual.
>>
>> Karena itu, doktrin isy kariman au mut syahidan yang sering ditafsirkan
>> secara sempit dan parokial oleh kelompok-kelompok militan perlu segera
>> didekonstruksi. Untuk itu, pengertian jihad yang diderivasi lewat ”teologi
>> maut” yang fatalistik dan menghalalkan kekerasan, bunuh diri, atau
>> mencederai orang lain untuk mengejar mati syahid harus ditafsirkan kembali
>> secara kritis, substantif, dan kontekstual. Dalam konteks itu, jihad
>> haruslah diletakkan dalam bingkai pemahamahan hermeunetika yang inklusif,
>> mendalam, dan konstruktif untuk kemaslahatan umat (bonum commune) dan
>> kesinambungan peradaban.
>>
>> Prof Khalid Abu Fadl, guru besar hukum Islam dari UCLA, Amerika, dalam
>> karyanya, The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremists,
>> mewanti-wanti kaum muslimin agar waspada terhadap kelompok-kelompok militan
>> yang menafsirkan makna jihad secara serampangan dan tidak sesuai dengan
>> semangat Alquran serta misi otentik Islam sebagai agama kemanusiaan.
>>
>> Menurut Abu Fadl, jihad dalam Islam ber­orientasi kepada orientasi
>> spiritual yang kuat dan etika kerja material yang berorientasi kepada
>> semangat kemanusiaan. Jadi bukan pada tafsir­an yang eksklusif dan
>> fatalistik. Sudah saatnya para ulama, intelektual, dan juru dakwah NU dan
>> Muhammadiyah bersatu dan bekerja bahu-membahu membebaskan umat dari
>> fatalisme keagamaan yang sempit dan parokial.
>>
>> --
>> .
>> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
>> lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
>> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
>> ===========================================================
>> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
>> * DILARANG:
>>   1. Email besar dari 200KB;
>>   2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
>>   3. Email One Liner.
>> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
>> mengirimkan biodata!
>> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
>> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
>> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
>> mengganti subjeknya.
>> ===========================================================
>> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
>> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>> ---
>> Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari
>> Google Grup.
>> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
>> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
>> Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
> * DILARANG:
> 1. Email besar dari 200KB;
> 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi;
> 3. Email One Liner.
> * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta
> mengirimkan biodata!
> * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
> ---
> Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google
> Grup.
> Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini,
> kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
> Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
>

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google 
Grup.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com.
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.

Reply via email to