Sampah Plastik di
Laut<http://genenetto.blogspot.com/2008/08/sampah-plastik-di-laut-di-pertengahan.html>

Di pertengahan Laut Pasifik, ada "lautan plastik" yang sedang meluas dengan
cepat, dan sekarang sudah dua kali lipat ukuran seluruh bangsa Amerika
Serikat, kata ilmuan.

Lautan sampah plastik ini, atau bisa dikatakan tempat sampah yang paling
luas di dunia, ditahan pada posisinya oleh arus-arus di bawah permukaan laut
yang berputar-putar. *"Lautan plastik" yang mengapung ini bermula dari
sekitar 500 mil laut dari tepi pantai barat Amerika Serikat, melintas laut
pasifik, lewati pulau Hawaii, hampir sampai ke bangsa Jepang.*

Charles Moore, seorang *oceanographer* (ahli laut) dari Amerika yang
menemukan lautan plastik ini yang dia sebut "Tempat Sampah Raksasa Laut
Pasifik", merasa yakin *ada sekitar 100 juta ton sampah plastik* yang sedang
berputar di wilayah ini. Dr Marcus Eriksen, seorang periset di *Algalita
Marine Research Foundation* mengatakan, "Orang salah paham bahwa ini seperti
sebuah pulau yang bisa diinjak. Tidak demikian. Ini lebih mirip "sop" yang
dibuat dari bahan plastik. Wilayah ini sepertinya tidak berakhir, dan
luasnya dua kali lipat wilayahnya bangsa Amerika Serikat.

Curtis Ebbesmeyer, seorang *oceanographer* dan salah satu ahli terkemuka
tentang lautan plasitk ini, telah mengikuti peningkatan jumlah plastik di
dalam laut dunia selama 15 tahun. Katanya, lautan plastik ini mirip sebuah
binatang raksasa yang bisa begerak dengan bebas ke mana saja. Kalau
mendekati daratan, seperti yang pernah terjadi di pulau Hawaii, plastik ini
bisa "dimuntahkan" ke pantai. "Sop" ini sebenarnya punya dua sayap yang
tergabung, yang berada di sebelah barat dan sebelah timur dari pulau Hawaii.
Ini disebut Tempat Sampah Barat dan Tempat Sampah Timur. Sekitar 1/5 dari
sampah ini adalah barang yang dibuang ke laut dari kapal atau rig minyak
yang berada di tengah laut. Isinya terdiri dari segala macam bahan, termasuk
sepak bola, kapal dayung plastik, balok Lego, dan tentu saja kantong
plastik. *Sisanya (4/5) berasal dari sampah yang dibuang pada daratan
(seperti kantong plastik dari toko swalayan yang sering dibuang ke sungai,
dll.) dan akhirnya masuk ke laut.*

Charles Moore, seorang pelaut, menemukan lautan sampah ini secara tidak
sengaja pada tahun 1997. Di sedang berkompetisi dalam lomba kapal layar *Los
Angeles to Hawaii Yacht Race *ketika dia masuki wilayah laut di bagian utara
Laut Pasifik. Di situ, angin terlalu sedikit dan arus laut juga terlalu
lemah disebabkan tekanan udara yang juga lemah pada posisi geografis itu,
dan karena itu, wilayah ini biasanya dihindari oleh semua pelaut.

Dia sangat kaget ketika melihat ribuan mil sampah di posisi itu yang sangat
jauh dari daratan. Hari demi hari dia periksa kembali, dan tetap ada lautan
sampah plastik di bawah kapal layarnya. Pandangan tersebut berlangsung
selama satu minggu.

Moore kembali ke Amerika, menjual semua bisnisnya dan menjadi seorang
aktivis lingkungan, sekaligus mendirikan *Algalita Marine Research
Foundation.* Dia memberikan peringatan keras bahwa kalau semua orang tidak
mengurangi konsumsi barang-barang plastik, maka lautan plastik tersebut akan
menjadi dua kali lebih luas dalam 10 tahun.

Profesor David Karl, seorang *oceanographer* di University of Hawaii
mengatakan diperlukan riset yang lebih banyak untuk menentukan luasnya dan
sifatnya sop plastik ini di tengah Laut Pasifik, tetapi untuk sementara dia
tidak meragukan hasil dari penelitan awal yang sudah ada. "Sampah plastik
dari kita harus berahkir pada suatu tempat, dan sudah saatnya kita meneliti
efek pembuangan sampah plastik pada ekosistem laut.

Plastik yang dibuat sekarang bisa bertahan lama sekali sehingga *barang-barang
yang dibuat dari plastik 50 tahun yang lalu masih ditemukan di dalam
laut.*Karena plastik ini seringkali tidak tebal (tidak punya bentuk
yang kaku,
terutama kantong plastik) dan karena mengapung di bawah permukaan laut, maka
lautan plastik ini tidak bisa dilihat dalam foto satelit. Hanya bisa dilihat
dari atas kapal yang berada di tengah-tengahnya.

Menurut Program Lingkungan PBB, *sampah plastik yang berada di laut
menyebabkan kematian bagi lebih dari 1 juta burung laut setiap tahun, dan
juga menyebabkan kematian bagi lebih dari 100.000 mamalia laut* (lumba2,
ikan paus, dst.). Suntikan, korek api gas, dan sikat gigi telah ditemukan di
dalam perutnya burung laut yang sudah mati. Mereka anggap sebagai makanan
dan menelannya.

*Diperkirakan 90% dari semua sampah yang berada di laut berasal dari
plastik. PPB memperkirakan bahwa di dalam setiap 1 mil persegi di laut,
terdapat 46.000 unit sampah plastik yang mengapung dan tidak menghilang. *

Dr Marcus Eriksen mengatakan lautan sampah ini juga bakalan menjadi masalah
besar buat kesehatan manusia juga. Salah satu bahan dasar bagi industri
plastik adalah biji plastik kecil yang disebut *nurdle*. Setiap tahun,
ratusan juta dari biji plastik ini jatuh atau tumpah, dan akhirnya masuk ke
laut. Biji plastik ini ibarat spons yang meresap semua  macam kimia yang
lain sepetri *hydrocarbon* dan juga pestisida berbahaya seperti DDT.
*Sesudahnya,
biji plastik ini dimakan oleh binatang laut dan masuk ke jaringan makanan
manusia*. Kata Dr Eriksen, "Yang masuk ke laut, masuk ke dalam perut bintang
ini, dan berakhir pada piring makan anda. Segitu sederhana masalah ini."

**********

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Saya jadi berfikir, berapa banyak dari sampah plastik ini berasal dari ummat
Islam di Indonesia? Posisi kita seharusnya berbeda dengan orang kafir di
lain negara. Kita mengetahui Siapa yang menciptakan bumi ini dan kita
mengakui Allah sebagai Sang Pencipta dan beribadah kepada-Nya setiap hari.
Tetapi kita juga termasuk orang yang bertanggung-jawab atas pencemaran
lingkungan ini.

Kapan ini bisa diatasi? Orang yang beriman dan orang yang kafir tidak ada
bedanya kalau kita bicarakan polusi. Kita sama-sama membuat kerusakan dan
sama-sama tidak peduli pada bumi ini dan generasi yang akan datang.

Wassalamu'alaikum wr.wb.,

Gene Netto

Read the Original article here:
*The World's Rubbish Dump: A Garbage Tip That Stretches From Hawaii to Japan
*
By Kathy Marks and Daniel Howden
The Independent UK
Tuesday 05 February 2008

Sumber: Truthout <http://www.truthout.org/issues_06/020608EB.shtml>




--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke