Setuju da IJP
Karena alasan itu pulalah, pada momentum yang semestinya Amien Rais tidak laku 
pada waktu 2004 sebagai Presiden.
Tapi justru Amien Rais menjadi 'Presiden' di Sumatra Barat, wilayah 
administratifnya suku Minang pada waktu itu.
SBY baru bisa meraup suara setelah tidak bertanding dengan Amien di ranah itu 
karena Amien tidak ikut ronde kedua.
Dan mungkin banyak contoh lainnya di sekeliling kita



> > > From: Indra Jaya Piliang
> <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: RantauNet@googlegroups.com
> > > Sent: Saturday, November 8, 2008 9:39:30 AM
> > > Subject: [EMAIL PROTECTED] Andai Obama WNI
> > >
> > >
> > > Andai Obama WNI
> > >
> > > Oleh
> > > Indra Jaya Piliang
> > > Dewan Penasehat The Indonesian Institute
> > >
> > > Sindo, Saturday, 08 November 2008
> > > Mimpi Barack Hussein Obama melanda mimpi sejumlah
> anak-anak muda
> > Indonesia
> > > . Mereka berharap Obama- Obama made in Indonesia
> lahir dan hadir.Apakah
> > > mimpi itu ketinggian? Tidak.
> > >
> > > Tanpa perlu mimpi serupa, sebetulnya Obama adalah
> made in Indonesia .
> > > Dalam dirinya menyebar kandungan gizi sejumlah
> makanan
> > Indonesia.Ingatannya
> > > yang sekarang juga tentu berisikan sejumlah
> memori tentang negeri yang
> > > disinggahinya ketika mulai mengeja dunia. Jadi
> agak keliru kalau kita
> > menyebut
> > > Obama bukan fenomena Indonesia .
> > >
> > > Tetapi mengklaim itu secara serampangan juga akan
> memunculkan persoalan
> > > ketika status kewarganegaraannya adalah penduduk
> Amerika
> > Serikat.Pertanyaan
> > > spekulatif layak diajukan untuk membongkar lagi
> cara berpikir kita
> > tentang
> > > politik, demokrasi dan ide-ide besar yang
> disampaikan dalam pidato
> > > kemenangan Obama. Apa itu?
> > >
> > > Andaikan Obama adalah warga negara Indonesia,
> alias memilih
> > > kewarganegaraan ayak tirinya, lalu menempuh
> pendidikan yang sama di
> > Indonesia dan
> > > mancanegara, akankah dia bisa dipilih menjadi
> presiden Republik
> > Indonesia?
> > >
> > > Tentu banyak cara untuk menjawab pertanyaan
> itu.Yang terpenting adalah
> > > sekalipun Indonesia tidak menganut paham
> "orang Indonesia asli"dalam
> > > konstitusinya untuk menjadi presiden,tetap saja
> secara politik terdapat
> > impuls
> > > "kepurbaan politik" itu. Impuls itu
> muncul dari proses pendidikan
> > > politik yang keliru yang dilakukan oleh kalangan
> elite politik.
> > Orisinalitas
> > > diletakkan pada pangkal sebuah klaim yang sulit
> diterima secara
> > biologis,bahwa
> > > seseorang harus putra asli sebuah daerah untuk
> menjadi kepala daerah atau
> > > harus berasal dari suku terbesar di Indonesia
> untuk menjadi presiden. ***
> > >
> > > Kepurbaan berpikir itulah yang harus diberantas
> sampai habis.Kalau tidak,
> > > Indonesia tetap terjerat dengan imajinasi yang
> keliru tentang status
> > > kewarganegaraan seseorang. Ketika salah satu
> partai politik mencalonkan
> > mantan
> > > warga negara asing (WNA) sebagai calon anggota
> DPR, seorang wartawan
> > bertanya
> > > kepada saya,"Apakah dia tidak mewakili
> kepentingan asing?"
> > >
> > > Dengan nada sinis saya justru katakan bahwa
> justru ada warga "pribumi"
> > > yang lebih menanamkan agenda-agenda asing
> ketimbang mantan WNA
> > > itu.Sebagian dari kita masih juga percaya pada
> teori-teori konspirasi,
> > betapa
> > > kegagalan kita dalam sejumlah bidang kehidupan
> adalah akibat pengaruh
> > kepentingan
> > > asing itu.
> > >
> > > Karena itu juga pertanyaan apakah Obama akan
> dipilih menjadi presiden
> > > Republik Indonesia sudah terjawab. Jangankan
> dipilih,bahkan untuk
> > dicalonkan
> > > saja barangkali masih merupakan mimpi.Akar
> popularitas dalam dunia
> > politik
> > > lebih banyak dibangun dalam paradigma lama,
> betapa anak seorang pahlawan
> > > nasional akan lebih tepat mewakili kepentingan
> politik nasional.
> > >
> > > Seseorang yang berkulit hitam dan berambut
> keriting adalah "makhluk
> > > asing"dalam dunia politik Indonesia.Masih
> butuh waktu lama untuk
> > mencalonkan
> > > seorang warga negara Indonesia yang berasal dari
> Flores atau Papua untuk
> > > jabatan presiden dan wakil presiden. Padahal,
> dalam perjalanan saya,
> > terdapat
> > > sejumlah anak-anak Papua dan Flores yang
> betul-betul pintar,
> > > berkepribadian baik, serta berkarakter Indonesia
> yang bisa menjadi tokoh-
> > tokoh nasional
> > > yang baik.
> > >
> > > Namun, hanya karena mereka berkulit lebih gelap
> dan beragama yang bukan
> > > agama mayoritas, sulit berharap kalau orang-orang
> brilian itu akan masuk
> > > dalam kompetisi politik. Di beberapa daerah
> pemilihan, kita juga masih
> > melihat
> > > bagaimana sentimen "asli" dan
> "tidak asli" dijadikan sebagai
> > > senjata untuk menjatuhkan seorang calon kepala
> daerah, calon anggota
> > legislatif
> > > atau juga untuk jabatan presiden dan wakil
> presiden.
> > >
> > > Maka, jangan kaget kalau terlalu banyak orang
> cerdas di Indonesia yang
> > > justru menemukan rumahnya di luar Indonesia .
> Mereka menjadi pekerja di
> > > perusahaan-perusahaan multinasional, menjadi
> tenaga pengajar di
> > universitas
> > > terkemuka, juga menjadi pemimpin di bidangnya
> justru bukan di negara
> > asalnya.
> > > Seorang senior saya di sekolah menengah,SMA 2
> Pariaman, kini menjadi
> > dosen di
> > > sebuah universitas bergengsi di Belanda, setelah
> ditolak di
> > > universitas-universitas dalam negeri.
> > >
> > > Kepandaian seseorang menjadi hilang hanya karena
> sistem rekrutmen para
> > > tenaga pengajar waktu itu masih mengandalkan
> nepotisme, kolusi, dan
> > korupsi.
> > > ***
> > >
> > > Rakyat Indonesia menunjukkan rasa syukur yang
> tinggi atas terpilihnya
> > > Obama. Sebaliknya, dalam berbagai kesempatan
> apatisme terus diluapkan
> > untuk
> > > proses pemilu dalam negeri. Seakan tidak ada lagi
> para pemimpin yang
> > mampu
> > > menjadi harapan untuk memperbaiki kehidupan,
> terutama ekonomi, yang
> > sulit.
> > >
> > > Kalaupun ada, tokoh-tokoh itu dari sisi
> popularitas dianggap kalah dengan
> > > calon-calon lain yang memiliki dana kampanye
> besar.Idealnya,optimisme
> > atas
> > > masa depan Amerika juga dicangkokkan kepada masa
> depan Indonesia melalui
> > > proses Pemilu 2009 yang sedang berlangsung. Untuk
> tidak kehilangan lagi
> > > sosoksosok seperti Obama, sudah menjadi kewajiban
> bagi seluruh kekuatan
> > politik
> > > guna mendata lagi orang-orang Indonesia yang
> terbaik, di mana pun mereka
> > > berada.
> > >
> > > Sistem politik harus diperbaiki agar bisa
> menerima orangorang yang
> > > dianggap belum berpengalaman itu.Mereka layak
> dipanggil pulang, seperti
> > dulu BJ
> > > Habibie dipulangkan. Tentu kepulangan mereka
> disiapkan dengan penyediaan
> > > fasilitas yang memadai,bukan diharuskan untuk
> bekerja di banyak tempat,
> > mencari
> > > sesuap nasi, lalu kehilangan kecerdasan
> > > individual,karenaterlalusibukdengan honor yang
> satu ke honor yang lain.
> > >
> > > Pemilu 2009 juga patut didesain untuk menemukan
> kembali keindonesiaan
> > itu.
> > > Orang-orang dari kelompok yang kecil secara
> minoritas bisa diajukan
> > > sebagai alternatif pemimpin nasional, sembari
> disandingkan dengan stok
> > pemimpin
> > > yang sudah tersedia.Saya yakin sekali bahwa ada
> satu dan dua orang
> > > Indonesia, entah tinggal di Indonesia atau di
> mancanegara, yang memiliki
> > kemampuan
> > > untuk memberikan inspirasi kepada seluruh warga
> negara Indonesia, bahkan
> > > dunia.
> > >
> > > Makanan yang pernah masuk ke perut Obama ketika
> menetap di Indonesia
> > pasti
> > > lebih banyak dikonsumsi oleh orang-orang itu.
> Parade dari orang-orang
> > > terbaik inilah yang akan memengaruhi harapan
> orang atas masa depan
> > politik di
> > > Indonesia dan atas masa depan Indonesia itu
> sendiri.Jangan sampai
> > oligarki
> > > politik justru menutupi peluang bagi munculnya
> orang-orang semacam Obama.
> > >
> > > Tinggal sekarang bagaimana kita mencari dan
> menemukan orangorang itu,
> > > sebagai bagian dari ijtihad dan terobosan
> politik, siapa pun dan partai
> > manapun
> > > yang melakukannya. Hingga,suatu hari nanti,
> orang-orang seperti Obama
> > > lebih memilih untuk mencalonkan diri sebagai
> presiden Republik Indonesia,
> > > ketimbang di negara asal ibunya itu.Andai
> saja.(*)
> > >
> > >
> > > www.indrapiliang.com
> > >
> >
> > --
> > Ist Ihr Browser Vista-kompatibel? Jetzt die neuesten
> > Browser-Versionen downloaden:
> http://www.gmx.net/de/go/browser
> >
> > >
> >
> 
> 
> -- 
> salam hangat,
> Nina Silvia
> Pondok Kerupuk Sanjai "NINA"
> Jl. Mr Asaat No. 34
> Bukittinggi
> Sumatra Barat
> +6275223001
> 
> 

      

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke