Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS network

-----Original Message-----
From: "Indra Jaya Piliang" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Sat, 6 Dec 2008 14:19:09 
To: 'indra piliang'<[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Hentikan Gangguan Atas Peladang Ganggo Mudiak!!


Hentikan Gangguan Atas Peladang Ganggo Mudiak!!

 

Ketika Posko IJP-09 Center diresmikan tanggal 30 November 2008, enam orang
petani atau peladang di Kenagarian Ganggo Mudiak, Kecamatan Bonjol, Pasaman,
datang. Usai acara, mereka kembali menyampaikan tentang permasalahan yang
mereka hadapi, sebagaimana mereka kirimkan via fax ke kantor saya di
Jakarta. Mereka terlihat ketakutan, lesu, dan seakan tidak lagi memiliki
masa depan. Saya menjanjikan untuk datang tanggal 14 Desember 2008 ini ke
lokasi. 

 

Tetapi Allah SWT menggariskan lain. Kebetulan saya memiliki waktu, tanggal 3
Desember, usai seminar di Perpustakaan Bung Hatta, Bukittinggi. Apalagi
Ibrani SH, rekan saya yang menjadi pengacara - termasuk pengacara Gus Dur
--, datang malam sebelumnya. 

 

Malam itu juga kami berangkat ke Pasaman, sebanyak 7 orang, dengan dua buah
mobil, satu kijang dan satu sedan. Sempat kebingungan karena krisis bensin
di Bukittinggi. Kami terpaksa membeli ketengan, lalu memasukkan sendiri ke
tangki bensir dengan plastic. 

 

Perjalanan dari Bukittinggi ke Bonjol lebih dari satu jam. Jalannya berliku
dan berbelok. Saya hampir saja muntah. Untuk mengendalikan suhu tubuh, saya
minum jamu tolak angin. Begitu lelah, namun mengusahakan untuk tidak
tertidur, khawatir sopir yang juga kakak saya lalai di banyak tikungan.
Kabut tebal. Hutan terbentang luas. 

 

Tiba pukul delapan. Sudah ada hidangan makan malam. Walau sudah makan di
Bukittinggi, saya dan rombongan tetap makan, sekalipun sedikit. Begitulah di
Minang, pantang hukumnya untuk menolak suguhan makan, sekalipun anda sudah
makan. Saya terkadang makan dan minum sampai 6 kali sehari. Tidak heran
kalau berat badan naik. Untuk mengendalikan kolesterol, saya makan ikan dan
sayuran, serta menolak makanan-makanan seperti teh telor. 

 

Lalu, kami berdialog. Ratusan massa berkumpul. Diperkirakan mencapai 300
orang. Motor berjejeran di sepanjang jalan. Padahal, di tempat yang sama,
Letjen Purn Djasri Marin (nomor urut 4 di Sumbar 2 dari Partai Golkar) baru
saja mengadakan pembukaan pertandingan Djasri Marin Cup, dengan biaya mahal,
namun massa yang datang sedikit. Saya tidak sempat meng-sms Djasri untuk
ini. 

 

Kami berdialog sampai pukul 2.30 dini hari. Semula, terlihat begitu
frustrasinya masyarakat. Mereka menggunakan bahasa-bahasa Minang kelas
tinggi. "Ibarat rusa tersandar ke tebing, tidak ada lagi tempat kami
mengadu!" Yang bicara bukan hanya Pak Santoso dan Wali Nagari, tetapi juga
sesosok pria tua berumur 75 tahun dan nenek-nenek dengan usia yang hampir
sama. 

 

Saya begitu terkesan dengan pria tua itu, karena dia dulu termasuk staf yang
direkrut dalam PRRI. Dia hafal kata-kata Sjafruddin Prawiranegara, Zulkiefli
Lubis, Ahmad Hosen, dan tokoh-tokoh PRRI yang dikawalnya. Saya lihat
masyarakat tidak begitu memperhatikan orang tua itu, tetapi saya
memperhatikannya dan memintanya duduk bercerita. 

 

Ibrani SH, kawan yang saya kenal belum dua bulan, terlihat begitu
bersemangat. Bahkan, terlihat provokatif dengan kalimat pembuka: "Hanya satu
kata, lawan!" Tentu sebagai sosok yang lebih senior dari Ibrani, sekalipun
masuk kategori cucu, anak dan adik dari tokoh-tokoh masyarakat yang datang,
saya banyak melontarkan argumen-argumen legal, serta sesekali bercanda. 

 

Pukul 00.30, kami disuguhi durian dan ketan. Ketan lama matang, karena sumbu
kompor yang digunakan terlalu pendek. Terpaksa pakai kayu bakar. Hujan yang
turun deras pas setelah rombongan kami masuk rumah, memberikan kesejukan. 

 

Pagi ini, kami melihat kebun warga yg bukan saja sudah berbuah, tetapi sudah
dibuat 30an rmh. Kebun itu terletak di ketinggian, sehingga membutuhkan
energi ekstra untuk mendaki. Nafas jelas terengah, tetapi juga bagiku
mengurangi kolesterol di dalam darah. 

 

Kebun itu masing-masing seluas 2 hektar. Saya begitu miris melihat
pisang-pisang yang bernas-bernas dan bagus, matang di pohon. Begitu juga
pohon jeruk. Beberapa buah pohon coklat alias kakao juga sudah menunggu
panen. Kopi yang ditanam juga sudah merah. Getah karet teronggok di dalam
cawan penampungnya, bercampur air hujan. Kenapa itu terjadi? Karena penduduk
takut berladang, apalagi kaum wanita yang tidak punya saudara laki-laki,
nenek-nenek. 

 

Beberapa hari lalu, aparat yang datang. Salah satunya meletuskan tembakan ke
atas. Bisa jadi dia berniat menakut-menakuti dan kepada warga bilang sedang
menembak babi. Tetapi, jelas itu teror mental. Karena bupati Pasaman mantan
tentara, bisa saja pola-pola dia mengendalikan warga seperti zaman dulu. 

 

Bersama rombongan ada seorang nenek yang begitu ceria. Dia tetap berjalan di
samping saya. Kadang dia bernyanyi. Lucunya, dia punya hape, tetapi kalau
ada sms masuk, tidak bisa membaca. Saya sekali diminta membaca sms yang
masuk. Banyak sekali ceritanya, termasuk dulu ketika melahirkan putranya
dalam usia 10 bulan di kandungan. Aduh, dalam hati saya begitu terharu dan
mata berkaca-kaca. Tiap ada telepon yang datang, terdengar dia bicara: "Kami
kini di ladang, bersama orang Pusat, pak Indra.." Terdengar nada berani
dalam bicaranya. 

 

Di sela-sela belukar, di pemberhentian, kami berdiskusi. Benar-benar
melakukan diskusi tentang negara, konstitusi, dll. Ibrani membawakan materi
tentang hukum, termasuk hukum tanah. Saya masuk dengan hak-hak warga negara.
Bagi saya, inilah kalangan yang patut dijangkau oleh pendidikan politik
dalam artian riil.  

 

Sebelum pulang, mereka membawa bertandan-tandan pisang. Saya mengerti
sekali, pisang-pisang itu tidak boleh ditolak, untuk dibawa pulang. Kami
melewati sungai berair jernih. Inilah itikaf politik dalam artian paling
dalam. 

 

Sejak tadi malam, saya bersama Ibrani sudah bertekad, akan membantu
menyelesaikan masalah ini, sampai selesai, sampai warga benar-benar tenang.
Bahkan saya sudah melupakan soal pencalegan. Sungguh adalah itikad yang
buruk, apabila ini dimaksudkan untuk meraih suara massa. Bagi saya yang
menerapkan prinsip the working politics dan the working party, tindakan
lebih mewakili dari perkataan apapun. 

 

Yang jelas, kami sudah menyusun sejumlah langkah. Langkah pertama, Insya
Allah, akan ada Dialog Aktual di TVRI, Selasa, 09 Desember 2008, dengan tema
"Konflik Tanah: Warga versus Negara". Tentu kami juga menempuh cara-cara
hukum, termasuk menggugat lewat pengadilan, advokasi lapangan, dan
lain-lain. 

 

Kepada petani atau peladang ini, kami berpesan: "Kalau ada aparat yang
bertanya, kenapa masih ke ladang, bilang sama mereka bahwa semua urusan
hukum sudah dikuasakan kepada Pak Ibrani SH dan Pak Indra Jaya Piliang!" 

 

Kami meminta agar peladang itu membersihkan ladang-ladangnya yang kembali
penuh semak, memanen buah yang bisa dipanen, dan lain-lain, sebagaimana
pekerjaan petani biasa. 

 

Yang juga mengharukan, kami dilarang menggunakan uang untuk makanan dan
minuman yang kami nikmati. Bahkan, kalau kami datang lagi dalam kesempatan
berikutnya, mereka berjanji memotong kambing dan membakarnya bersama kami di
area peladangan. Mereka tahu, bahwa proses hukum juga pasti membutuhkan
waktu lama, tetapi mereka mengatakan bahwa sekarang kening mereka tidak lagi
berkerut, ragu di hati terkuak kabut. 

 

Semoga saja, pekerjaan ini memang benar-benar bisa kami tuntaskan. Mohon
dukungan seluruh teman dan sahabat! 

 

Tim Advokasi IJP Center untuk Ganggo Mudiak, Pasaman. 

 

 

www.indrapiliang.com

 



--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke