Assalammualaikum WR WB bung RA dan dunsanak sapalanta yth. Bung RA, biar sama 
ttg istilah panggilan datuk. Di bengkulu dan di beberapa daerah lain di ranah 
DATUK adalah panggilan untukkakek atau kakek2. Di daerah kami DATUK adalah 
panggilan untuk penghulu kalau ndak salah. Berarti DATUK nya bung RA adalah 
penghulu nampaknya. Tulisan bung RA telah menyentak banyak orang walau tdk 
kelihatan di permukaan. Kelihatan tiga tungku sejarangan menyatu jadi satu pd 
bung RA sehingga bung RA sudah bisa merasakan keindahan jangka pendek dan 
jangka panjang adat minang. Mungkin cara yang mudah dulu petatah petitih yang 
diketahui para pemangku adat di coba di maknai dan di kaitkan dengan ayat2 
Alquran. Contoh yang sederhana ttg petatah .. Anak di pangku kamanakan di 
bimbiang ... Kan banyak orang ketika sudah mengurus negara, yang kecil seperti 
ngurus RT sudah nggak mau lagi. Kami ingin tau kupasan pepatah tersebut di 
tangan bung RA. Wass. Hanifah

ricky avenzora wrote: 
> Dear Rangkayo Hanifah dan Dunsanak RN Yang Mulia, 
> 1. Seperti yang telah sering saya sampaikan pada milis ini, saya
> hanyalah anak rantau yang telah lama meninggalkan negeri kita Ranah
> Minang. Apa yang saya ketahui dan saya pahami tentunya telah terkikis
> oleh carut-marut kehidupan yang terjadi selama di rantau. Di satu sisi,
> hal tsb tentu mengurangi "cahaya" mata hati,...tapi di sisi lain hal
> tsb barangkali bisa dianggap sebagai jalan yg telah diberi ALLAH untuk
> mampu mensyukuri pemberian NYA kepada kita di Ranah Minang.  Untuk itu
> terlebih dahulu saya mohon maaf jika ada pandangan dan kata saya yang
> salah. 
> 2.  Saya SANGAT SETUJU dengan ESENSI tulisan yang Rangkayo sampaikan,
> yaitu mencari metoda untuk memfaktualkan adat dan agama di Ranah Minang
> seperti tuntunan dan contoh baik yang pernah kita rasakan dahulu. Untuk
> itu, tentu kita dituntut untuk mengetahui dan memahami adat dan agama
> tersebut secara baik terlebih dahulu. Pertanyaannya adalah bagaimana
> cara mengetahui dan memahami adat dan agama tersebut? 
> 3. Dalam konteks adat, apakah kita perlu membuat suatu "KITAB" ABS-SBK
> ? Jika perlu, maka mampu kah kita?  Jika mampu, siapa saja yang perlu
> duduk bersama untuk membuatnya? Jika semua setuju, maka KITAB ABS-SBK
> seperti apa yang akan kita buat? Jika semua sudah jelas, maka berapa
> lama waktu yang kita punyai untuk merumuskan ABS-SBK tersebut? Dengan
> urutan pertanyaan tersebut, maka SAYA PRIBADI merasa KITA TIDAK SANGGUP
> utk melakukan itu,.....dalam arti tidak sanggup utk menghasilkan KITAB
> yang BAIK  dan BENAR yang TIDAK KONTRA PRODUKTIF dengan tatanan
> dan tata nilai yang sudah ada dalam ADAT MINANG....dan tidak sanggup
> karena keterbatasan waktu dan tenaga utk fokus membuat kitab tersebut. 
> 4.   Jika mengingat pelajaran dari datuak saya yang pernah saya dapat puluhan 
> tahun yang lalu, maka beberapa hal berikut barangkali bisa menjadi inspirasi 
> bagi kita gemerasi kini untuk memahami Adat Minang dan melaksanakannya 
> selaras dengan ajaran Agama Islam, yaitu : a.  Mempelajari adat adalah ibarat 
> mempelajari BUAH,...mulai dari kulit buah, daging buah, biji buah, lembaga, 
> isi lembaga, titik tumbuh lembaga (atau dalam bahasa botani disebut sebagai 
> meristum),.....hingga isi titik tumbuh tsb......terus berulang sampai hal 
> terkecil dari buah tersebut.......dari LUAR ke DALAM, ......dari DALAM ke 
> LUAR,.......dari ATAS ke BAWAH,...dari BAWAH ke ATAS,........KE SAMPING 
> MENYAMPING,......UTUH untuk setiap bagian yang menggambarkan sebagaimana ZAT 
> maka begitulah SIFAT dari buah tersebuh secara utuh dan secara partial. 
> Demikian pula cara yang saya dapat dalam memperlajari agama dahulu, 
> .....seperti yang pernah saya ceritakan mulai dari membaca
>  sampai ke diri. b. Ketika analogi buah bisa diterima, maka waktu itu saya 
> dituntun untuk berfikir SIAPA YANG MENCIPTAKAN BUAH,...mengapa pohon buah 
> tersebut tumbuh di tempat itu dan SIAPA YANG MEMILIKI BUAH. Lalu tuntunan 
> diteruskan pada APA HAK dan KEWAJIBAN yang MENCIPTAKAN BUAH,.....dan APA HAK 
> DAN KEWAJIBAN YANG MEMILIKI BUAH...hingga apa HAK DAN KEWAJIBAN YANG 
> MENIKMATI BUAH. Dalam konteks keberadaan kita saat ini, maka saya fikir kita 
> adalah berada pada bagian pertanyaan sebagai yang  "menikmati buah". c.  
> Dengan bahasa yang sederhana, beliau menceritakan hal itu semua sebagai 
> pengantar tidur saya di saat itu. Satu dan dua pepatah Minang beliau 
> ungkapkan dan 2 atau tiga ayat Quran beliau sebutkan. Saya tidak beliau suruh 
> menghapal,...tetapi sangat jelas teringat bahwa beliau berusaha menyentuh 
> alam akal dan hati seorang anak yang masih kecil untuk BISA SIAP memahami. d. 
> Ketika masih berumur 6 tahun,......suatu kali
>  orang sekampung menjadi ribut karena saya "mampawaang" seorang  Pangulu yang 
> sedang berjalan di depan rumah kami (karena bunyi sapaan saya :  "kamaa waang 
> tuh Tuak,...naikl ah dulu"),.....maka pada malam berikutnya beliau banyak
>  membisikan  RAHASIA ADAT sebagai pengantar tidur. Saya sangat "BERUNTUNG" 
> ..... disayang oleh orang sekampung dan dimengerti sebagai anak yang masih 
> kecil,...shg kasus "mampawaang" tersebut hingga kini dianggap sebagai 
> KELUCUAN bersama kami sekeluarga. Satu hal yang saya masih ingat dalam kasus 
> itu adalah beda makna dan rasa sapaan "singgah lah dulu"....dengan sapaan 
> "naik lah dulu". 5. Jika apa yang saya alami tersebut kita anggap sebagai 
> suatu hal yang menyenangkan dan indah, .....maka pertanyaannya adalah apakah 
> hal tersebut bisa kita berikan pada anak dan kemanakan kita saat ini di 
> kampung atau di rantau ini? Selama 2 minggu di Sumbar kemaren ini, saya 
> melihat proses mengaji di surau masih ada,...meskipun cara dan atmosfirnya 
> sudah berbeda. Sedangkan selama di rantau, saya juga yakin bahwa kita masing2 
> masih menuntun anak dan kemanakan kita utk mendapatkan keindahan dan 
> kebahagiaan masa kecil tersebut. Persoalannya adalah bagaimana
>  MENINGKATKAN
>  KUALITAS proses yang ada saat ini tersebut sehingga bisa lebih indah dan 
> lebih baik dari proses yang pernah kita alami dahulu (sebagai indikator bhw 
> generasi penerus harus lebih baik dari generasi sebelum nya).     6. 
> Berkaitan dengan pepatah Minang, maka hal yang masih sangat jelas dalam 
> ingatan saya adalah ketika saya dituntun untuk mengerti dan mengetahui bahwa 
> setaip pepatah Minang adalah ibarat PISAU BERMATA BANYAK,....yang salah satu 
> mata pisau tersebut (jika salah menggunakan) PASTI akan  MENGULITI dan 
> MENCINCANG DIRI SENDIRI. Dalam kebodohan saya "mengunyah" pepatah Minang, 
> maka saya menemukan bahwa setiap pepatah setidaknya memiliki 9 MATA PISAU, 
> yaitu utk akal, untuk hati, untuk kaum, untuk negeri, untuk diri sendiri, 
> untuk bertahan, untuk menghindar, untuk menyerang, dan untuk bersyukur serta 
> tunduk pada ILAHI. Salah satu pepatah yang diajarkan pada saat kecil dahulu 
> adalah ketika di masa kecil kami berebut utk
>  memilih posisi tidur (antara tidur di tengah  atau tidur di bagian tepi) dan 
> berebut makanan. Saat itu kami diajar melalui senda gurau yang menakutkan, 
> yang berbunyi "YANG DI TAPI DITAKAN, YANG DI TANGAH DIBAO",.....gurauan yang 
> menakutkan tersebut beliau cuatkan untuk mengantar kami mengerti makna 
> pepatah TAHIMPIK HANDAK DI ATEH, TA KURUANG HANDAK DI LUA dan JALAN BADUO 
> HANDAK DI TANGAH, dan penting nya arti doa ketika akan tidur. Sedangkan 
> ketika kami "berebut" makanan, maka beliau mengajarkan "yang mambagi harus 
> kamudian, yang maambiak harus menjalankan "cukuik di awak dan indak kurang di 
> urang". 7.  Jika semua pengalaman itu saya coba rangkai untuk menjawab 
> pertanyaan Rangkayo Hanifah, maka saya fikir yang perlu sama-sama kita 
> lakukan adalah MENGUMPULKAN INFORMASI (ttg adat dan agama),....MENCERNA dan 
> MENDAPATKAN MAKNA nya, ....MENERAPKAN nya dalam kehidupan sehari-har secara 
> IKHLAS untuk kepentingan anak cucu KITA BERSAMA hingga
>  akhir zaman nanti,....dan tentunya adalah KEBERSAMAAN KITA agar kita semua 
> bisa kokoh bahu membahu membangun negeri (sebagai wujud dan implemnetasi dari 
> ABS-SBK tersebut). 
> Salam, r.a. --- On Thu, 3/26/09, hanifah daman <iffa...@yahoo.com> wrote: 
> From: hanifah daman <iffa...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] Re: PESAN 
> DATUKNYA BUNG RICKY AVENZORA (RA) To: "avenzor...@yahoo.com" 
> <avenzor...@yahoo.com> Cc: "RantauNet@googlegroups.com" 
> <RantauNet@googlegroups.com> Date: Thursday, March 26, 2009, 3:06 PM 
> Assalammualaikum WR WB bung RA. Kasimpulan nan hanifah dapek dari mambaco di 
> milis gon bahwa ajaran ABSSBK oleh orang dagulu di tuangkan atau di padatkan 
> dalam patatah dan patitih minang. Waktu itu alim ulamanya pada jagoan 
> memaknai Alquran, saroman datuknya bung RA. Nah sekarang karena tidak pandai 
> memaknai Alquran maka tidak tau apa ajaran yang terkandung dalam patatah dan 
> patitiah. Kadang hanya hafal, sehingga ketika di kejar apa itu
>  maksud petatah n petitih ya nggak bisa jawab. Bgm kalau patatah n patitiah 
> yang jadi panutan adat minang di terjemahkan dan dikaitkan langsung ke ayat2 
> Alquran, sehingga kelihatan ABSSBK nya. Masalahnya apa Alquran masih di buka 
> atau masih di baca nggak ?? Kok katanya mesjid sepi dan jarang anak muda yang 
> ke mesjid. Bgm jalan keluarnya ??? Wass. Hanifah avenzor...@yahoo.com wrote: 
> > Dear RangKayo Haifah dan Dunsanak RN Yang Mulia 1. Amin. Tarimo kasih 
> banyak. Mudah2an Allah mencatatkannyo sebagai amal ibadah bagi datuak ambo. 
> 2. Berkaitan adonyo babarapo kawan yg via japri minta ijin mem-fwd-kan 
> "resume" ko ka milis lain (dgn alasan utk tujuan diskusi dan dakwah),....mako 
> ambo indak keberatan doch....,namun baitu ....untuak menghindari fitnah 
> (karano ado tanyo yg indak tajawek dlm diskusi misalnyo)....mako ambo mamohon 
> ....sampai taraf tertentu ....kironyo ado tanyo yg indak tajawek ....ambo 
> harap
>  diskusi tu bisa dibagi pulo baliak  ka mari (RN ko). Salam, r.a. Powered by 
> Telkomsel BlackBerry® From :  hanifah daman Date : Mon, 23 Mar 2009 20:26:19 
> -0700 (PDT) To : <RantauNet@googlegroups.com>; <ba...@yahoogroups.com>; 
> <teknik_u...@yahoogroups.com> Subject : [...@ntau-net] PESAN DATUKNYA BUNG 
> RICKY AVENZORA (RA) PESAN DATUKNYA BUNG RICKY AVENZORA (RA)   Dua hari aku 
> terlibat diskusi serius Tentang pesan-pesan datuk bung RA Yang dilontarkan 
> padaku Singkat Padat Bikin jidatku berkerut Karena minimnya ilmuku Pesannya 
> begini   “ Mulailah jo Bismillah Bajalanlah jo Alhamdulillah ‘    Bung RA 
> menjekaskan Untuk memahami maksudnya Kakeknya berpesan Kunyah dengan cara 
> seperti ini   “ Managji Baca Mangaji Bisa Mangaji Makna Managji Rasa Mangaji 
> Diri “   Keterangn datuknya lebih lanjut “ Kok indak bisa "mambaco" Mako 
> indak akan pernah "mangarati",.......
>  Kok "indak mangarat"i Mako "indak akan tahu raso",.... Kok "indak tahu raso" 
> Mako "indak akan tahu diri",.... Kok "indak tahu diri" mako. Indak akan tahu 
> Tuhan . “   Biar tidak tersesat berbuat Kakek bung RA berpesan lagi “ Apo 
> yang awak pikiakan Mako itu yang awak pabuek dan Apo yang awak pabuek Mako 
> itu pukonuo yang akan awak dapek “   Membaca pesan yang terakhir Aku jadi 
> teringat kata mamak Mufni Ketika sedang berdebat seru Dengan seorang wakil 
> rakyat “ Lain yang dipikirkan Lain yang dikatakan Lain yang dilakukan “ 
> Hancur negara jadinya   Akupun teringat kata Ustadz “ Sekecil apapun kebaikan 
> yang kita lakukan Akan kembali ke kita Sekecil apapun kejahatan yang kita 
> lakukan Juga akan kembali ke kita “   Kato datuknya lagi “ Seorang muslim yg 
> baik minimal Akan mambaco BISMILLAH Minal sabanyak 60 kali dalam sehari “ 
> (Datuknya mencontohkan mulai dari basmalah Saat shalat
>  fardhu sampai basmalah ka makan Ataupun basmalah ka mangarajokan sesuatu).   
>  Datuknya melanjutkan : "Sabalun umua 30 Mako carilah sabanyak-banyak nyo 
> buku Tantang apo makna bismillah tuh,..... Ttapi sasudah umua 30 Jaan abihkan 
> wakatu untuak mancari dan Mangato-ngatoi apo makna bismillah Sarupo apo kecek 
> urang tapi CARILAH APO RASO BISMILLAH itu di DADO..... Sahinggo bisa mambaco 
> dan manyabuikan,.... Talingo mandanga,....aka mangarati,.... “ Dan rasonyo 
> sampai di dado dan di nyao   Terakhir datuknya berpesan " Ilmu indak untuak 
> di adu Agamo indak untuak dipatantangkan Tapi adalah untuk di amalkan "   
> Sengaja ku tulis ulang yulisan bung RA Biar mudah bagiku menyimpannya Mudah 
> pula kubagikan pada orang lain Terimakasih Bung RA Semoga Ilmu dari datuk 
> bung RA Menjadi amal yang menaglir ke beliau Amin ya Rabbal Alamin   
> Bengkulu, 24 Maret 2009     Hanifah Damanhuri            >
> 


      

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned:
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi di setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
- DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Daftarkan email anda yg terdaftar disini pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke