Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta, Ringkas saja, saya setuju untuk menutup wacana ini. Mari kita ber-'fastabiqul khairaat' saja. dalam bidang yang kita tekuni masing-masing.
Wassalam, Saafroedin Bahar (L, masuk 72 th, Jakarta) --- On Fri, 5/22/09, ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> wrote: From: ricky avenzora <avenzor...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS) To: RantauNet@googlegroups.com Date: Friday, May 22, 2009, 2:12 AM Dear Pak Saaf Yang Mulia, 1. Terima kasih atas penjelasan Bapak. Saya sepakat bhw kemahiran semantik adalah tidak cukup utk menyelesaikan banyak masalah yang ada dalam keragaman kita. Agar tidak ada bias semantik, maka tolong ijinkan saya untuk memakai pola bahasa lugas. 2. Barangkali Bpk kurang teliti dalam membaca tulisan saya. Mohon kiranya Bpk berkenan tulisan saya kembali. 3. Tidak ada masalah dengan label yang diberikan pada filsafat sebagai "ibunya ilmu". Itu adalah cara seorang guru (baca juga sebagai penulis) untuk menuntun akal muridnya (baca juga sebagai pembaca) belajar tentang esensi filsafat. 4. Tidak ada masalah pula tentang dikotomi filsafat logika, ...filsafat etika,..dan filsafat estetika,.....itu hanya salah satu cara untuk membedakan dan mempermudah membahas filsafat dari suatu subjek dan/atau objek yang sedang dipelajari. Namun demikian, barangkali kita jangan lupa bahwa bukan hanya 3 itu aspek dan elemen kehidupan. 5. Jika "anak" nya disebut berjenis "ilmu", maka sudah pasti bahwa "ibunya" pun berjenis ILMU. Untuk itu, barangkali perlu kita ingat kembali bahwa telah ribuan tahun orang mempelajari yang namanya FILSAFAT ILMU. 6. Apa yang saya posting terdahulu adalah pada tataran FILSAFAT ILMU,...sehingga memang sulit untuk dipahami dengan rujukan yang Bpk sebutkan. Dalam Filsafat Ilmu pasti kita bahas dimana dan bagaimana letak wisdom, empirical of daily practice dan teori, ....termasuk reciprocal dynamic nya. 7. Menyimpulkan filsafat sebagai "ranah pemikiran spekulatif" hanyalah suatu (maaf) "kemalasan" sekelompok orang dalam mensitensa berbagai mozaik yang ada (jika tidak ingin dikatakan sebagai kekeliruan). 8. Dalam banyak studi perbandingan agama, ...memang ada yang melarang utk memasukan IMAN sebagai subjek atau objek dari FILSAFAT. Tapi kenyataan yang ada hampir semua agama di dunia ini (tentunya termasuk ISLAM) mempunyai relung filsafatnya sendiri-sendiri,...dan bahkan tentang TUHAN yang mereka percayai. Sebagai contoh ekstrim, ...maka gaibnya ALLAH adalah salah satu subjek dan juga sekaligus objek dalam filsafat Islam. So, masak filsafat iman menjadi terlarang sich Pak? 9. Saya ingin jujur mengatakan bahwa saya sangat terkejut ketika Bpk cc kan reply Bpk pada beliau-beliau tersebut. Saya fikir hal tersebut adalah diluar batas kebiasaan umum. Atas hal itu, maka pada awalnya saya adalah menjadi kehilangan semangat untuk melanjutkan diskusi ini. Namun demikian, reply ini tetap saya tulis untuk menghargai para anggota majelis yang barangkali "tertarik" atas materi diskusi kita ini. Atas semua itu, maka mohon ijinkan saya untuk menjadikan tulisan ini sebagai tulisan penutup saya dalam diskusi kita ini. Apapun tanggapan Bpk atas tulisan saya ini akan tetap saya baca dan saya HARGAI,... tetapi saya MOHON MAAF tidak akan saya reply lagi. Dalam konteks esensi diskusi, saya fikir kita sudah sama-sama bisa melihat dengan jelas"posisi berdiri" kita masing-masing, dan juga letak titik tempat kita berdiri tersebut. 10. Mohon maaf atas kesalahan pilihan kata dan kalimat serta hal yang membuat Bpk tidak berkenan. Salam, r.a. L, 45, Jkt. --- On Thu, 5/21/09, Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> wrote: From: Dr.Saafroedin BAHAR <saaf10...@yahoo.com> Subject: [...@ntau-net] Re: Tentang Gamawan Fauzi (PLUS) To: RantauNet@googlegroups.com Cc: "Prof Dr Taufik ABDULLAH" <drtaufikabdul...@yahoo.co.id>, "Prof. Dr Azyumardi AZRA" <azyumardia...@yahoo.com>, "Prof Dr Amri MARZALI" <amarz...@yahoo.com>, "Syafri SAIRIN" <ssai...@ugm.ac.id>, "Prof Dr. Shofwan KARIM" <shofwan.ka...@gmail.com> Date: Thursday, May 21, 2009, 7:15 PM Sanak Ricky Avenzora dan para sanak sa palanta, Rasanya ada beda yang agak besar antara teori dan filsafat. Teori termasuk dalam ranah ilmu, sering berkisar pada pengalaman dan data emperik, sedangkan filsafat termasuk ranah pemikiran spekulatif, dan pernah disebut sebagai mater scientarum, ibunya ilmu. Menurut para pakarnya -- antara lain Prof Dr Franz Magnis-Suseno -- dalam filsafat kita mempertanyakan segala sesuatu, sampai pada causa prima, faktor penyebab yang paling dasar. Filsafat mengajar kita untuk berfikir secara mendasar, kritis, komprehensif, dan konsisten. Sewaktu saya menjadi mahasiswa tahun pertama di UGM tahun 1955 -- jadi 54 tahun yang lalu -- profesor saya, Notonagoro, menunjuk tiga cabang filsafat yang harus kami pelajari, yaitu: logika, etika, dan estetika.Dalam tahun-tahun belakangan, saya membaca sendiri berbagai buku filsafat, yang lumayan banyak membantu saya dalam memahami gejolak dunia yang sungguh ruwet ini. Memang ada masalah klasik tentang hubungan antara filsafat dan iman, dalam arti ada bidang-bidang kehidupan yang jangan sampai difilsafatkan, seperti enam rukun iman dan lima rukun Islam. Orang Kristen menyelesaikan masalah ini dengan rumusan credo ut intellegam, yang kira-kira berarti berimanlah terlebih dahulu, baru berusaha untuk mengerti.Memfilsafatkan iman bisa menyebabkan kita menjadi syirik, murtad, atau kafir. Naudzubillah min zalik. Namun untuk hal-hal di luar iman, Islam rasanya malah mendorong kita untuk berfikir. Menurut penglihatan saya, dalam pengertian di atas, kita orang Minang belum terbiasa berfilsafat. Kita terbiasa berpepatah petitih, Saya sudah membaca buku Prof Mr Moh Nasrun yang berjudul 'Filsafat Minangkabau', dan agak repot saya mencari apa yang beliau maksudkan dengan 'filsafat Minangkabau' itu. Dalam hubungan itulah, saya bisa faham mengapa Prof Dr Bahder Djohan (alm) pernah menyarankan agar di Sumbar ini didirikan sebuah fakultas filsafat, yang sampai sekarang belum juga terwujud. [Mungkin inilah salah satu sebab mengapa rumusan ABS SBK yang utuh tak kunjung selesai juga, karena mencari titik temu dari dua sistem nilai yang mempunyai paradigma yang sangat berbeda, sangat memerlukan kemampuan berfikir filsafati, karena tidak bisa diselesaikan hanya dengan kemahiran semantik belaka]. Saya bersyukur sewaktu mengetahui ada beberapa anak muda Minangkabau yang studi pada Fakultas Filsafat UGM di Yogyakarta. Mudah-mudahan mereka bersedia mencurahkan waktu dan pemikirannya untuk ikut membenahi kesimpang-siuran pemikiran kita, yang sudah berlangsung selama kl 206 tahun (1803-2009).. Sekedar catatan, tahun 1803 adalah tahun pertama gerakan Paderi, yang mengeritik berbagai aspek adat Minangkabau pra-Islam. Agak terlalu berat beban saya kalau Sanak meminta agar saya mengarahkan yang muda-muda, apalagi dalam bidang filsafat, karena saya sendiri juga masih sarat dengan banyak pertanyaan dengan keminangkabauan kita yang demikian sarat dengan paradox dan kontradiksi. Beban berat ini akan lebih tepat diemban oleh beberapa guru besar urang awak, yang sudah banyak menulis tentang Minangkabau, seperti Prof Dr Taufik Abdullah, Prof Dr Azyumardi Azra, Prof Dr Amri Marzali, dan Prof Dr Syafri Sairin, yang alamat email beliau-beliau saya cantumkan pada kolom cc di atas. Menurut penglihatan saya, di Padang juga ada guru besar yang berminat kepada filsafat, yaitu Prof Dr Shofwan Karim dari Universitas Muhammadiyah. Wassalam, Saafroedin Bahar (L, masuk 72 th, Jakarta) - --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain harap mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi/dibanned: - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama - DILARANG: 1. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 2. Posting email besar dari 200KB; 3. One Liner =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---