Ma Dt Endang, Ambo sabananyo alah mangamukokan di Kongres Kebudayaan Minang th 2006 nan lalu, baa caro awak melaksanakan konsep ABS-SBK nan disepakati tu dalam kehidupan awak di Minang, nan bajanjang naiak, batanggo turun, dari Nagari ka Kabupaten dan Provinsi, tanpa harus mangaikkannya ka undang2 formal nan ado. Nan penting UUD melindungi masyarakat adat melaksanakan adat dan budayanyo selamo ndak bertentangan dengan hukum negara. Bagaimanapun, seperti nan ambo usulkan, agar ABS-SBK ko berlaku secaro resmi dlm masyarakat Minang di Minangkabau, paralu ado kesepakatan di DPRD baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Untuak itu co lah ambo turunkan pulo makalah nan ambo sampaikan di Kongres Kebudayaan Minang di Padang tu. Mudah2an Dt dan kawan2 dapek pulo mananggapi dan memperkayanyo. Salam, MN
CIPTAKAN LEMBAGA DEWAN ADAT DAN SYARAK (DAS) DARI NAGARI KE PROVINSI AGAR ABS-SBK DAPAT TERIMPLEMENTASIKAN Disampaikan pada Kongres Kebudayaan Minangkabau 28-30 November 2006 Di Padang SEBUAH filosofi pedoman hidup: ABS-SBK (Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah) yang telah diterima oleh rakyat dan masyarakat di Minangkabau jelas tidak cukup hanya sekadar simbol dan pengakuan saja. ABS-SBK memerlukan penerapan aktual di tengah-tengah masyarakat yang tersusun secara struktural-institusional dari Nagari sampai ke Provinsi. Sejauh ini, dengan kita telah kembali ke Nagari, telah ada lembaga adat di setiap Nagari yang bernama KAN (Kerapatan Adat Nagari) di samping lembaga-lembaga lainnya yang menata kehidupan beragama, berbudaya, dsb. Dalam rangka penerapan ABS-SBK secara struktural-institusional itu KAN, dsb, dijadikan sebagai modal dasar dari pembentukan Dewan Adat dan Syarak (DAS) di setiap Nagari. Dalam arti, KAN dan semua lembaga lainnya yang berkaitan dengan penegakan dan penerapan Adat dan Syarak di Nagari dilebur ke dalam DAS itu. Dengan demikian sekaligus kita menghilangkan dikotomi dan polarisasi antara Adat dan Syarak. Dengan lahirnya Dewan Adat dan Syarak, (DAS) permasalahan Adat dan Syarak tidak lagi kita lihat dan tangani secara terlepas-lepas dan tersendiri-sendiri, tetapi secara integral dan kaffah. Sesuai dengan filosofi ABS-SBK itu, antara adat dan syarak tidak bisa dipisah. Adat dan syarak telah bersintesis di mana adat basandi syarak, syarak mangato, adat mamakai. Karena masalah adat dan syarak tidak hanya ada di tingkat Nagari, tetapi juga di tingkat yang di atasnya sampai ke Provinsi, maka DAS ini juga harus ada di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Di Minangkabau sebenarnya di atas Nagari, yang merupakan unit kesatuan administratif pemerintahan terendah dalam kerangka NKRI, ada yang bernama supra nagari, atau “Nagari Gadang,” yang mencakup sejumlah nagari yang saling berkaitan secara geografis-ekologis dan memiliki kesatuan genealogi, sosial, ekonomi, adat dan budaya. Ambillah contoh seperti nagari-nagari di sekitar Bukittinggi, nagari-nagari yang namanya Banuhampu, Ampek Angkek, Tilatang Kamang, Ampek Koto, Sungai Pua, dsb, adalah sebenarnya Nagari Gadang dimaksud. Rata-rata Nagari Gadang ini sekarang ini identik atau bertumpang-tindih dengan unit administratif pemerintahan Kecamatan. Lalu di atas itu Kabupaten yang juga bertumpang tindih dengan konsep Luhak dan Rantau. Dan di atas itu lagi Provinsi Sumatera Barat. Dengan mengikuti jalur hirarkis-struktural seperti itu maka DAS ikut berjenjang naik sampai ke tingkat Provinsi. DAS karenanya ada di tingkat Nagari, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. DAS di tingkat yang berjenjang itu memiliki yurisdiksi dan ruang lingkup yang jelas. Masalah-masalah yang berkaitan dengan adat dan syarak yang mencakup satu Nagari saja diselesaikan di tingkat Nagari bersangkutan. Masalah-masalah bersama yang ada di Nagari Gadang, dan seterusnya ke tingkat Kabupaten dan Provinsi ditangani pula oleh DAS setingkat. DAS-DAS yang berjenjang naik yang ada di atas Nagari itu keanggotaan-nya adalah utusan-utusan yang dipilih atau diangkat oleh DAS Nagari dan sekaligus merupakan wakil representatif dari DAS Nagari. Artinya DAS Kecamatan yang identik dengan Nagari Gadang tadi, diisi oleh wakil-wakil yang ditunjuk oleh DAS Nagari. Pada gilirannya DAS Kecamatan menunjuk wakil-wakil di DAS Kabupaten dan DAS Kabupaten menunjuk wakil-wakil yang akan duduk di DAS Provinsi. Lama masa kerja dari DAS-DAS itu disesuaikan dengan pergantian pemerintahan di Nagari. Frekuensi persidangan diatur oleh DAS-DAS di tingkat masing-masing itu, yang makin ke atas makin sesekali, dan makin ke bawah makin sering, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masing-masing tingkat. Katakanlah misalnya DAS Provinsi bersidang sekali setahun, DAS Kabupaten sekali 6 bulan, DAS Nagari Gadang sekali 3 bulan, dan DAS Nagari Ketek setiap kali diperlukan. Issu yang dibicarakan adalah semua yang berkaitan dengan masalah adat dan syarak yang produknya ada yang berupa Fatwa, ada yang harus diregulasikan menjadi Perna, Perda, dsb. Dengan adanya keinginan untuk menghidupkan kembali lembaga beraja-raja di ranah dan di rantau yang pernah ada di masa lalu, seperti yang disuarakan di Kongres Kebudayaan Minangkabau ini, semua itu dibicarakan dan diputuskan oleh DAS di tingkat Provinsi. Sehingga ide dan keinginan itu tidak hanya dilahirkan secara sendiri masing-masing tetapi melalui proses musyawarah dan mufakat di DAS Minangkabau di tingkat tertinggi di Provinsi. Demikian juga dengan lembaga-lembaga adat seperti LKAAM dan MTKAAM yang selama ini tidak terkait dengan struktur Nagari, atau bahkan tidak ada di Nagari, juga dibicarakan keberadaannya di DAS tertinggi itu. Karena putusan-putusan yang dirumuskan oleh DAS di tingkat masing-masing sendirinya diambil melalui proses musyawarah melalui persidangan-persidangan, maka sarana dan prasarana dan sekaligus pembiayaannya merupakan porsi tanggung-jawab yang harus dipikul oleh lembaga eksekutif dan legislatif dari pemerintahan di tingkat terkait. Misalnya dengan memasukkannya ke dalam APBD masing-masing. *** --- On Mon, 6/22/09, Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> wrote: > From: Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> > Subject: [...@ntau-net] Re: ABS-SBK: DASAR FILOSOFI DAN IMPLEMENTASINYA > To: RantauNet@googlegroups.com > Cc: kurnia_war...@yahoo.com, kbe...@eth.mpg.de > Date: Monday, June 22, 2009, 7:58 PM > Pak Mochtar Naim yth. > Kalau anjuran bapak kito wujudkan, mako bantuak negeri > awak adolah Daerah Istimewa atau berotonomi khusus. > Memang hal iko taraso ukatu ambo menyelenggarakan > peradilan adat tempo hari. Ado surang Hakim Tinggi nan > datang manyaksikan acaro itu, dan mangatokan kalau bantuak > paradilan macam itu indak diakui oleh Negara. Itu labiah > tapek sabagai perdamaian adat nan hasilnyo akan menjadi > pertimbangan oleh Hakim PN. > Salamo perjalanan ambo banyak maota tentang dasar dan > sendi peradilan adat itu. Katiko ditanyokan aa dasar > peradilan adat itu, ambo jawek yo undang-undang. > Undang-undang maa? Yo undang-undang duopuluah. Banyak lai, > tamasuak ambo sabuikkan bilo keputusan peradilan adat > sabalunnyo alah diakui oleh PN Solok berkekuatan tetap, dsb. > Beliau menambahkan bahwa Negara dapat mengakui keberadaan > masyarakat adat salamo masyarakat itu masih berjalan dengan > aturan adat. > Di akhir perjalanan beliau memahami dan memberikan > pandangan untuk mengubah UU Kekuasaan Kehakiman 1970, dan > ambo raso perlu ado inisiatif pemangku adat untuk > manyampaikan hal iko ka MK. > Baitu tokok tambah disampaikan pak. > > Wassalam, > -datuk endang > > > --- On Mon, 6/22/09, Mochtar Naim > <mochtarn...@yahoo.com> wrote: > > > Ma Dt, > > Baa nyo Dt, kalau awak bersepakat bulat, > dalam arti ABS-SBK itu dikukuhkan secaro hukum melalui > keputusan Perda Provinsi, Kabupaten/Kota se Sumatera Barat, > untuk diterapkan dalam masyarakat dalam semua bidang > kehidupan, mengikuti jejak langkah ransanak-ransanak awak > nan dari Aceh tu. Kalau di Aceh bisa, manga di awak indak > bisa. Begitu. > Nan jaleh, hukum nasional berlaku, hukum adat > berdasar ABS-SBK itupun berlaku dalam lingkungan budaya dan > masyarakat Minang. Penduduk Sumbar yang bukan Minang, tentu > sajo tidak terikat dengan itu. Masyarakat Mentawai, misanyo, > silahkan pulo memakai adat Mentawai untuk masyarakat > Mentawai, dst. > Baa tu Dt dan kawan-kawan lainnya di palanta > RN ko. Baa tu Pak Saf, Buya Mas'oed, Angku H Azmi Dt > Bagindo, dll. MN > > > --- On Sun, 6/21/09, Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> > wrote: > > > From: Datuk Endang <datuk_end...@yahoo.com> > > Subject: [...@ntau-net] Re: ABS-SBK: DASAR FILOSOFI DAN > IMPLEMENTASINYA > > To: RantauNet@googlegroups.com > > Cc: sulita...@yahoogroups.com, > minangka...@yahoogroups.com, > fbe...@eth.mpg.de > > Date: Sunday, June 21, 2009, 6:21 PM > > Pak Asmardi dan Pak Mochtar Naim > > yth. > > Sedikit masalah sejarah Aceh dapat dituncit di > > http://groups.yahoo.com/group/RantauNet/message/48195. > > Falsafah budaya selengkapnya adalah "adat bak > > poteu meureuhom, hukom bak Syiah Kuala, kanun bak > Putroe > > Phang, reusam bak lakseumana, adat ngon hukom lagee > zat ngon > > sifeut". Falsafah ini dibangun pada masa Iskandar > Muda, > > dan kalau boleh saya tafsirkan : adat berada dalam > pangkuan > > pemerintahan (sebenarnya dulu di tangan raja, ingat > falsafah > > raja dekat Tuhan jauh), hukum menggunakan syariat > Islam > > (dulu ajaran ini dikembangkan oleh ulama Syiah > Kuala), > > peraturan berada dalam > pangkuan cerdik pandai di bidang > > hukum (nisbat Putroe Phang istri Iskandar Muda adalah > wanita > > bijak bestari), ilmu pengetahuan dalam pangkuan > cendekiawan, > > ketentuan perang berada di tangan panglima, serta adat > dan > > hukum bagaikan zat dan sifat > > Beberapa ikhtiar yang dapat kita lakukan untuk > pengembangan > > abssbk ini adalah melalui perbaikan Perda Tanah Ulayat > dan > > Perda Pemerintahan Nagari, dan untuk yang terakhir ini > akan > > saya coba ulas beberapa waktu ke depan. > > Baitu nan samantaro ambo sarankan. > > > > Wassalam, > > -datuk endang > > > > > > --- On Mon, 6/22/09, Mochtar Naim > > <mochtarn...@yahoo.com> > wrote: > > > > > > Ma Dt Endang, > > > > Nan paralu awak bedakan atau > sekaligus > > pisahkan adolah antaro idee/cita dan praktek > pengamalan. > > Sabalun awak marisaukan praktek pengamalannyo nan > bisa > > manyimpang kian kamari, dan ndak pulo sejalan dengan > ide > > atau cita ideal dari konsep ABS-SBK itu sendiri, > > pertamo-tamo nan paralu diduduakkan dan disepakati > basamo > > terlebih dahulu adolah tentang konsep/idee/cita > idealnya > > itu. Kalau iko lah duduak, kok bulek lah buliah > digolongkan, > > kok picak lah buliah dilayangkan, baru awak mancaliak, > dan > > kalau paralu mandisain baa caro sarancaknyo konsep > iko > > dipraktek/diamalkan dalam konteks kekinian awak caro > ba > > Minangkabau dan ba Sumatera Barat, sampaipun dalam > wadah > > NKRI kini ko. > > Co lah Dt garih-garihkan pulo baa > > sarancaknyo prinsip ABS-SBK ko, kalau lah disepakati > untuak > > dipraktekkan sacara empirikal di bumi Sumatera Barat > tu, > > untuak diterapkan dalam > berbagai aspek kehidupan > > sosial-ekonomi-politik-budaya, dsb tu. > > Ambo tunggu dari Dt dan kawan2 lain > > sadonyo. MN > > > > > > > > > > --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---