Berani beda, berani benar! (www.indrapiliang.com)

-----Original Message-----
From: Indra Jaya Piliang <pi_li...@yahoo.com>

Date: Tue, 18 Aug 2009 03:26:17 
To: indra piliang<pi_li...@yahoo.com>; <vivi_ut...@yahoo.com>; 
<vivi.di...@yahoo.com>
Subject: Kembalinya Tommy Soeharto


Kembalinya Tommy Soeharto
Oleh
Indra Jaya Piliang
Dewan Penasehat The Indonesian Institute

Nama Soeharto kembali menjadi pergunjingan, ketika Tommy Soeharto, putranya 
yang paling kontroversial, menyatakan maju sebagai calon Ketua Umum Partai 
Golkar periode 2009-2014. Kali ini, Tommy tidak menggunakan juru bicara, 
melainkan menyampaikan secara langsung. Sudah beberapa kali kabar itu ditulis 
oleh media massa, namun jarang yang disampaikan dalam kalimat langsung atau 
kutipan. 

Saya sendiri mendengar kabar itu dari seorang kawan pada minggu lalu. Sebagai 
politisi Golkar yang baru setahun bergabung – serta lebih banyak mengurus 
pencalegan dan pilpres, ketimbang mengikuti ritme politik harian Partai Golkar 
--, saya menanggapi itu secara biasa saja. Yang terpenting adalah lanskap 
politik sudah sangat banyak berubah. Kejahatan Tommy juga sudah dihukum di Nusa 
Kambangan. Soeharto juga sudah meninggal dunia. Kalau ada orang yang pantas 
ditakuti saat ini, tentu bukan Soeharto, melainkan orang yang menggenggam 
kekuasaan terlalu besar. 

Dari sisi bisnis, saya juga tidak tahu berapa aset yang dimiliki oleh Tommy. 
Apakah aset-aset itu bermasalah, tentu itu merupakan hak dari lembaga-lembaga 
yang dibentuk pasca-Orde Baru, yakni para pemburu aset yang dinilai merupakan 
bagian dari kekayaan negara. Apakah Tommy memilikinya, saya tidak tahu. Yang 
jelas, sebagai partai politik yang ditinggalkan oleh banyak tokoh-tokoh penting 
selama Orde Baru – lalu sebagian melompat ke partai lain, termasuk ke Partai 
Demokrat --, Partai Golkar kini menjadi sorotan. Ahmad Mubarak dari Partai 
Demokrat sendiri memprediksikan kalau partai ini hanya akan mendapatkan suara 
sebesar 2,5% dalam pemilu 9 April lalu. Kenyataannya, Partai Golkar memiliki 
kursi terbesar kedua di DPR RI. 

Kalau anda mengatakan bahwa Orde Baru adalah sebuah sistem yang sempurna, maka 
Golkar bukanlah satu-satunya pihak yang selalu melindunginya. Kalau dibariskan 
dan dideretkan nama-nama orangnya, termasuk para ekonomnya, sebagian malah 
tetap mendapatkan tempat terhormat dalam rezim manapun. Begitupun, sebut saja 
nama seorang jenderal purnawirawan yang kini menduduki posisi manapun, entah di 
pemerintahan, bisnis atau politik, pastilah orang itu adalah bagian dari Orde 
Baru. Begitupula politisinya yang bukan generasi baru yang benar-benar hanya 
sekolah pada waktu Orde Baru, bisa dikatakan mereka bagian dari rezim itu. 

Sepuluh tahun adalah waktu yang tepat untuk melihat lagi bagaimana kita 
menyebut sebuah nama, yakni nama Soeharto, serta kaitannya dengan nama 
anak-anaknya. Apa yang tetap, apa yang berubah. Siapa yang bersalah, lalu 
bagaimana kesalahan itu diperbaiki. Ketika Indonesia melepaskan diri dari 
Belanda, bukankah birokrasi yang dibentuk oleh Belanda itu juga yang 
mengendalikan Indonesia kemudian? Begitu juga dengan para tentaranya, bahkan 
juga pengusahanya. Jepang adalah pihak yang menyadari itu dengan membuat BPUPKI 
dan PPKI yang berasal dari elite-alite zamannya yang digabungkan dengan 
tkoh-tokoh pergerakan. 

Konsolidasi merupakan hal yang paling baik, ketika sebuah rezim baru yang 
didambakan menjadi kenyataan. Tetapi yang terjadi adalah percerai-beraian. 
Ketika seseorang yang otentik dari pelaku sejarah reformasi memutuskan masuk ke 
dalam tubuh satu partai politik, maka yang terjadi adalah orang itu akan 
menemukan teman-temannya menjadi musuh-musuhnya, melebihi musuh bersama mereka. 
Kue kekuasaan terlalu lezat buat mereka, sehingga tujuan-tujuan awal menjadi 
terabaikan. Konsolidasi dari pelaku-pelaku yang otentik tidak benar-benar 
terjadi, mengingat para tokoh dari semua partai politik juga menjadi 
pelaku-pelaku otentik selama Orde Baru yang pernah dilawan. 

Sehingga, pikiran realistik akan berkata: biarkan Tommy kembali ke habitat 
politik, yakni Partai Golkar. Tommy tidak akan lagi bisa mengandalkan siapapun, 
kecuali dirinya sendiri, pikiran-pikirannya, barangkali juga keuangannya. Para 
mantan ajudan Presiden Soeharto yang pernah menjaga Tommy waktu kecil juga 
sudah bertebaran di partai-partai lain. Orang-orang di Partai Golkar juga 
terdiri dari banyak nama yang baru sama sekali, terutama di lapisan generasi 
muda berusia di bawah 40 tahun. Nama-nama yang tidak dikenal oleh Tommy, tetapi 
tentu mengenal Tommy lewat pemberitaan media massa. 

Sementara, pikiran idealistik menyatakan lain: hukuman paling pantas buat Tommy 
adalah hukuman sosial dan politik, yakni tidak lagi diterima di mana-mana. Lalu 
pertanyaannya, bagaimana dengan orang-orang dekat keluarga Cendana lainnya yang 
juga memberikan jalan bagi keluarga itu menjadi begitu kuat daya cengkeramnya 
ketika Soeharto berkuasa? Pikiran seperti ini hanya akan berguna kalau generasi 
yang memimpin hari ini benar-benar bersih seratus persen dari rezim Orde Baru. 
Kenyataannya tidak demikian. Presiden dan Wakil Presiden terpilih adalah dua 
tokoh yang berkarier cemerlang selama Orde Baru. 

Jadi, biarkan Tommy Soeharto menjalani karmanya. Pengadilan juga tidak 
memberikan kepada Tommy hukuman untuk tidak memasuki partai politik. Tidak ada 
pengadilan seperti itu yang pernah digelar di Indonesia. Pengadilan HAM 
terberat sekalipun tidak ada yang menancapkan “orang-orang terlarang” bagi 
siapapun yang masuk partai politik. Orde Baru pernah melakukan kesalahan itu, 
ketika memberikan larangan tanpa batas tahun kepada orang-orang yang dituduh 
menjadi anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia. Karena itu adalah 
kesalahan, maka Indonesia tidak lagi menerapkannya, karena kalau diterapkan 
tidak ada perbedaan antara zaman kini dengan era Orde Baru. 

Bagaimana dampak kembalinya Tommy Soeharto kepada Partai Golkar, tentulah 
menjadi diskusi yang berbeda sama sekali. Apakah akan terjadi pergolakan atau 
gejolak, bisa saja. Tidak semua orang dalam tubuh Partai Golkar menyukai 
kehadiran Tommy. Barangkali mereka berasal dari orang-orang yang dekat dengan 
keluarga Cendana selama Orde Baru. Yang jelas, jangan sampai Partai Golkar 
menjadi medan pertarungan kepentingan antara orang-orang yang dulu pernah 
begitu dekat, tetapi sekarang saling serang hanya untuk kepentingan 
eksistensialis diri masing-masing. Kalau ini yang terjadi, Partai Golkar tidak 
akan pernah menjadi partai besar, melainkan dikerdilkan oleh orang-orang yang 
sama. 

Tommy barangkali tetap dipandang sebagai pemikul beban sejarah keluarga paling 
depan, dibandingkan dengan yang lain. Apakah beban Tommy akan menjadi beban 
Partai Golkar juga? Hampir setiap elite politik besar memiliki beban masa lalu 
sendiri-sendiri. Maka, dari sini, kehadiran Tommy harus dilihat dari 
agenda-agenda politik apa yang dia ajukan ketika kembali ke Partai Golkar, 
apalagi maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Golkar Periode 2009-2014. Apabila 
kehadiran Tommy membawa agenda-agenda pribadi – dengan sendirinya --, maka 
masyarakat akan langsung menciumnya. Sebaliknya, ketika Tommy membawa 
agenda-agenda yang lebih mendasar bagi kepentingan bangsa dan negara, tentu ia 
berhak untuk itu. Negara ini telah memberi dua pelajaran mahal buat Tommy, 
yakni sebagai Pangeran Cendana dan sebagai Narapidana Nusa Kambangan. Tidak 
semua orang bisa mengalami dua fase yang saling dikotomis itu. 

Tommy harus dilihat lebih dari dua sisi, yakni sisi baik dan sisi buruk, bahkan 
sisi buruk yang menyimpan kebaikan dan sisi baik yang menyimpan keburukan. Yang 
jelas, siapapun akan menunggu apapun yang dilakukan Tommy dalam hari-hari 
mendatang. Apakah ia memang si pemagang kunci Cendana? Atau ia hanyalah seorang 
anak bangsa yang menggunakan jalan politik agar tidak lagi menjadi bahan 
gunjingan laksana ada dan tiada, dianalisis seperti hantu yang gentayangan, 
bahkan ketika ia hanya diam tidak melakukan apa-apa. Mari kita lihat episode 
selanjutnya dari cerita yang mungkin akan panjang ini. 

Jakarta, 18 Agustus 2009. 





--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke