Riri dan para sanak sa palanta,

Saya setuju sepenuhnya dengan pendapat Riri ini, dan rasanya perlu kita cari 
akar masalah serta jalan keluarnya. 

Menurut Riri segala sikap dan perilaku irasional itu disebabkan karena 
kegagalan otoritas kesehatan dan agama. Benar sekali. Yang menjadi pertanyaan 
adalah mengapa keadaan tersebut berlangsung terus menerus ? Apa tidak mustahil 
salah satu faktor penyebabnya adalah juga masyarakat kita yang selain terbatas 
wawasannya, juga mudah terpengaruh oleh iklan-iklan, dan tidak tahu apa haknya 
sehingga bersikap pasif saja sewaktu otoritas yang gagal itu tetap saja acuh 
tidak acuh. [Sangat menarik, bahwa bahkan yang menamakan diri sebagai 'human 
rights defenders' hampir tidak ada yang acuh terhadap masalah ini. Mereka lebih 
tertarik kepada kasus-kasus politik yang lebih 'seksi'.]

Lantas apa ? Secara pribadi saya berpendapat bahwa kita perlu memperkuat 'civil 
society', yaitu kekuatan-kekuatan aktif dalam masyarakat yang melakukan 
advokasi terhadap hak-hak warga, baik ke dalam dan di dalam masyarakat sendiri 
maupun terhadap pemerintahan.

Bagaimana dengan partai-partai politik ? Walah, mereka kan hanya kenderaan 
untuk pemilu belaka, yang ramai selama kampanye dan sunyi senyap sesudahnya..


Wassalam,
Saafroedin Bahar(Laki-laki, masuk 73 th, Jakarta) 



--- On Sun, 8/30/09, Riri Mairizal Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org> wrote:

> From: Riri Mairizal Chaidir <riri.chai...@rantaunet.org>
> Subject: Air Seni, Mak Erot, Meningitis, Dukun Ponari - Mungkin ini Bukti 
> Kegagalan Otoritas dan Praktisi Kesehatan dan Agama? [was: RE: [...@ntau-net] 
> Re: Ado lo "Seni" nyo? [Bagaimana dengan HABATUS SAUDAH?]]
> To: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Sunday, August 30, 2009, 6:24 AM
> 
> 
> 
>  
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> Dunsanak
> sadonyo,  
> 
> 
>   
> 
> Pembuktian
> ilmiah terhadap khasiat terapi air seni belum jelas. Di
> Klender ada Gus Muh,
> setiap malam pasiennya harus antri sampai jam 2-3 pagi. Di
> Jl, Cirebon,
> Menteng, sederet mobil mewah diparkir di depan ahli patah
> tulang, dan di tempat
> Guru SInga di Pondok Kelapa ruang perawatannya full terus.
> Beberapa tahun yang
> lalu Mak Erot sangat popular untuk meningkatkan keperkasaan
> laki-laki. Bahkan
> beberapa bulan yang lalu, ramai berita tentang Dukun Ponari
> - seorang anak
> kecil yang mempunyai "batu ajaib" yang bisa
> mengobati segala macam
> penyakit. Jumlah orang luar yang mendatangi kampung Ponari
> bisa membuat iri Dinas
> Pariwisata Sumbar. 
> 
> 
>   
> 
> Banyak
> yang tidak ada pembuktian ilmiahnya. Dari segi
> agama, air seni itu  najis
> . Batu Dukun Ponari? Ondeh… itu Cuma batu ,,, kok
> picayo ka batu? itu
> syirik. 
> 
> 
>   
> 
> Tetapi
> mengapa pengobatan non ilmiah itu tetap eksis dan mungkin
> malah makin banyak di
> Indonesia
> (lihat saja iklan2 di Koran lokal, tv, bahkan kemaren di
> salah satu radio di
> Jakarta, acara menunggu beduk berbukanya adalah talk n
> interactive show dengan
> 2 orang pengobat non medis). 
> 
> 
>   
> 
> Kalau
> buat saya jawabannya, mungkin itu bentuk kegagalan dari
> otoritas dan
> praktisi kesehatan dan agama untuk meyakinkan (dan
> menyediakan fasilitas)
> bahwa pengobatan yang bener itu yang jalur medis lho, bukan
> dengan air seni. Mereka
> belum mampu “mengatakan”: Warga Jakarta dan
> sekitarnya, kalau patah
> tulang ke rumah sakit ya, jangan ke Jalan Cirebon -
> Menteng, atau ke Haji Ilyas
> di Cikunir, ke Guru Singa di Pondok Kelapa, atau bahkan
> jauh2 ke  Cimande.
> Kalau orang daerah dapat surat rujukan ke rumah sakit
> jantung harapan kita, rumah
> sakit itu adanya di Slipi, jangan larinya berobat ke
> Sukabumi. Kalau divonis
> kanker itu destination nya ke Dharmais, sebelah rumah sakik
> jantuang tu, bukan
> ke Profesor Nurul Yakin di Mas Naga … 
> 
> 
>   
> 
> Kalau
> sampai sekarang praktek2 non medis masih banyak, ya ambo
> kutip dan perluas
> pertanyaan Mak Boes dalam logat betawi:
> "Jadi
> selama puluhan tahun, otoritas
> kesehatan dan agama itu kemane aje ...?" 
> 
> 
>   
> 
> Tentang
> Meningitis, ini salah satu bentuk yang boleh juga
> ditanyakan: "Kalian
> kemane aje ...?". Dari dulu sudah ada bisik2 kalau
> vaksin meningitis itu
> mengandung babi. Beberapa bulan yang lalu MUI Sumsel
> bekerjasama dengan salah
> satu Universitas membuktikan kalau ini memang "ada
> babi nya" (Uda Mulyadi
> tu nan labiah tau caritonyo), waktu itu ada pernyataan dari
> salah satu pejabat
> BPOM bahwa yang dipakai di Indonesia itu tidak ada babinya.
> Tapi setelah cerita
> ini sampai di tingkat pusat, baik MUI (pusat) maupun
> Depkes, katanya ini
> "akan ditanyakan ke kedubes Arab Saudi ..." .
> Tapi antah lai jadi
> batanyoan antah lah lupo pulo. 
> 
> 
>   
> 
> Jadi
> kalau manuruik ambo (dan mungkin saya tidak sendiri),
> masalahnya sederhana. Rakyat
> badarai (at least ambo) indak mangarati bagai jo kandungan2
> kimia tu do. Kalau otoritas kesehatan
> (dan praktisinya) mampu menunjukkan bahwa yang paling baik
> dan paling praktis
> itu adalah puskesmas, orang tidak akan berpikir tentang
> "pengobatan alternatif
> lagi".
> Batu Ajaib Dukun Ponari tidak akan ampuh lagi, tidak aka
> nada lagi mobil
> ambulans yang masuk ke halaman Guru Singa di Pondok
> Kelapa. 
> 
> 
>   
> 
> Riri 
> 
> Bekasi,
> l, 47  
> 
>    
> 
>   
> 
>    
> 
>    
> 
>    
> 
> 
> 
> 
> 
> > 
>  
> 
> 
> 
> 
> 


--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke