Assalamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu

(3)

 
Hari Sabtu pagi.

Alhamdulillah, meski baru tidur jam dua tadi malam, aku terbangun persis 
menjelang azan subuh. Tapi di luar hari hujan. Aku bangunkan istri. Sesudah 
kumandangan azan jam 4.50 pagi itu selesai, kami shalat berdua di kamar. Aku 
tidak bisa pergi ke mesjid karena di luar hujan. Ketika aku hampir selesai 
shalat subuh, di masjid Baitul Haq dan masjid Raya, imam sama-sama takbir. 
Bacaan imam-imam itu bertanding-tanding, terdengar sangat jelas karena 
sama-sama menggunakan pengeras suara yang prima. Untunglah di masjid 
masing-masing bacaan imam dari masjid lain tidak terdengar.

Sesudah shalat disambung tidur sedikit lagi. Jam tujuh terbangun. Acara kami 
(aku dan istri beserta ipar suami istri pula) adalah pergi minum pagi ke..... 
Garegeh.

Lepau di Garegeh itu aku temukan pertama kali di tahun 1991, ketika kami pulang 
dari shalat subuh di masjid Raya, menuju ke kampungku di Koto Tuo Balai Gurah. 
Di kegelapan subuh berembun kala itu, terlihat pintu lepau terbuka. Kami segera 
mampir. Bangunan dengan bangku panjang lepau itu tidak pernah berubah. Mungkin 
yang berubah adalah rumah tembok di belakangnya yang semakin berkilat saja. 
Yang istimewa, dan juga tidak pernah berubah adalah ketan putih pulut tulang 
dengan goreng pisang raja serta pilihan lain yaitu bubur samba dengan gulai 
cubadak. Seperti itu delapan belas tahun yang lalu, seperti itu juga sekarang.

Kesanalah kami pergi minum pagi. Pesananku, seperti biasanya teh telor dan 
bubur samba. Dan sesudah itu sebuah goreng pisang raja sebagai penutup. Dulu, 
ketika masih lebih muda, bubur samba ditambah dengan ketan goreng pisang aku 
sanggup menyelesaikan. Tapi sekarang sudah tidak sanggup lagi.

Kami meraun panik di sekitar Bukit Tinggi sesudah minum pagi. Sementara hari 
masih gelap dan hujan. Sesudah shalat zuhur kami kembali lagi pergi baralek ke 
Limbanang. Sedikit saja yang ingin aku komentari tentang perhelatan yang sedang 
'in' di Ranah Minang, yaitu menghadirkan orgen tunggal. Orgen itu dihubungkan 
ke sistim pengeras suara yang entah berapa ukuran kekerasannya, tapi yang pasti 
sangat memekakkan telinga. Suara orgen itu bahkan lebih keras pula dari suara 
orang yang berlagu sehingga apa yang dinyanyikan tidak dapat disimak. Baitu 
caronyo kini. Di sela-sela suara musik yang antahlah maaak itu, terdengar 
olehku ungkapan seorang tamu, bahwa di Padang Panjang orgen tunggal itu sudah 
dilarang oleh Pemda. Aku berharap Pemda Sumatera Barat secara berjamaah akan 
melarangnya pula.

Sekalian untuk menghindar dari suara musik yang memekak telinga, kami minta 
izin kepada tuan rumah untuk pergi ke Koto Tinggi. Ini adalah kampung saudara 
sebapak istriku yang hari itu memestakan anaknya tersebut. Kami pergi ke sana 
dengan kakak perempuannya. Rumahnya di Koto Tinggi persis di hadapan lapangan 
pasar Koto Tinggi tempat terletaknya monumen PDRI. Baru sekali itu aku ke 
tempat ini.

Sesudah maghrib kami kembali ke Limbanang. Suasananya sudah sunyi dari suara 
orgen tunggal. Ternyata tetangga di sebelah tempat pesta itu sedang kemalangan. 
Ada anggota keluarganya yang meninggal. 'Syukurlah, ada alasan untuk 
menghentikan suara musik tadi,' kata istri kakak iparku. Rupanya dia juga 
terpaksa menghadirkan acara itu. Yang kalau tidak dihentikan, biasanya akan 
berlanjut sampai tengah malam. Dan konon, semakin larut semakin aneh-aneh 
tingkah polah baik yang menyanyi maupun yang menonton. Dan konon pula, pada 
saat yang sudah larut itu beredar bir dan sebangsanya yang bukan disediakan 
oleh tuan rumah.

Jam sepuluh malam kami kembali ke Bukit Tinggi. Adik ipar yang tinggal di Bukit 
Tinggi ikut ke mess, membawa ......... duren lagi. Duren yang lebih mantap dari 
yang kemarin. Aku sedikit lebih berani kali ini. Mencomot sampai lima butir.


***
Muhammad Dafiq Saib Sutan Lembang Alam
Suku : Koto, Nagari asal : Koto Tuo - Balai Gurah, Bukit Tinggi
Lahir : Zulqaidah 1370H, 
Jatibening - Bekasi


      

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, kirim email kosong ke: rantaunet-unsubscr...@googlegroups.com 
Untuk melakukan konfigurasi keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke