Dinda Andiko dan sanak di palanta, Peta Padang lamo nan agak orisinal dapek diliek dalam tulisan E. Netsher, "Padang in het laast der XVIII de eeuw (Padang pada akhir abad ke-18)", dalam Verhandelingen Bataviaasch Genootshap 41.2 (1881): i - 122. Memang apo nan disabuik kota Padang sampai akhir abad ke-18 hanyo baru di sekitar batang Arau. Kantor2 administrasi Belanda, barak militer, pelabuhan, dan gudang2 kopi ado di sekitar tu. Soal perseteruan Pauah jo Padang alah jaleh bana tu, nan mamuncak sajak VOC berhasil menanamkan kukunya di Padang melalui Perjanjian Painan (lihat: W.J.A. de Leeuw, Het Painansch Contract. Amsterdam: H.J. Paris, 1926). Mengenai bilo bana sabana e urang Cino sampai ka Padang, iyo alun lo dapek dek ambo sumber primer nan sahih lai. Tantu sajo sangaik mungkin ado info bibliografis tantang itu. Tapi tampak e waktu Aceh mamacik kontrol di pantai Barat Sumatra pado abaik ka-16 dan 17, urang Cino ko lah ado juo di daerah ko. Ado petunjuk bahaso pantai barat Sumatra sabananyo lah cukuik lamo didatangi urang Cino. Penariknya adolah emas dan "kapur barus" (kamfer). Kamfer dan gaharu adalah komoditi dagang internasional yang penting yang dihasilkan di pantai barat Sumatra, khususnya di Barus dan sekitarnya sebelum tahun 1400 (makanya terkenal dg istilah "kapur Barus") (lihat: John Miksic, "Traditional Sumatran Trade", dalam Bulletin de l'Ecole francaise d'Extreme-Orent 74: 423-67 (pd hal.438). Emas dan "aromatic woods" itulah yang telah menarik minat orang Cina, Arab, dan belakangan, Eropa, datang ke Sumatra, yang di abad2 kemudian (abad ke-16 dan 17) berganti dengan lada dan timah (lihat: Leonard Y. Andaya, "A history of trade in the sea of Melayu", dalam Itinerario 24.1 (2000): 87-110. Barus karena kamfernya yang berkualitas tinggi memang sudah lama dikunjungi oleh orang Cina dan Arab, jauh sebelum bangsa2 Barat datang ke Sumatra. Sumber-sumber Cina menyebutkan bahwa sejak pertengahan abad ke-5, orang-orang di negeri Cina sudah menggunakan kayu gaharu (Aquilaria, disebut juga calambac atau eaglewood atau aloeswood) di samping kamfer yang diimpor dari dunia Melayu untuk bahan harum-haruman perangsang birahi (lihat: Edward H. Schafer, The golden peaches of Samarkand: A study of T'ang exotic. Berkeley [etc.]: University of California Press, 1963: 163-5). Beberapa teks Cina klasik menyebut kamfer dari Barus sebagai "dragon's brain aromatic" atau "P'o-lu parfume" yang harganya sangat mahal seperti harga emas (samaha tubo) (lihat: P. Pelliot, "Deux itineraires de Chine en Inde a la fin du VIIIe siecle", dalam Bulletin de l'Ecole francaise d'Extreme-Orent 4 (1904): 131-413 (pd hal.340); lihat juga: R.A. Donkin, Dragon brain's parfume: A historical geography of camphor. Leiden [etc.]: Brill, 1999: 13); H. Kern, Verspreide geschriften onder zijn toezicht verzameld (1913-1928). The Hague: Martinus Nijhoff, 1917 (vol.6): 216. Menurut seorang sarjana Belanda, kamfer dari Barus yang beraroma sangat harum itu sudah digunakan untuk membalsem mummi raja-raja Mesir kuno (Firaun) (lihat: P.H. Brans, Sumatra benzoe. Amsterdam: N.V. D.B. Centen Uitgeverij-Maatschappij, 1935: 5). Saya cenderung mengatakan bahwa untuk kawasan rantau barat Minangkabau, mungkin orang Cina lebih dulu bermukim di Pariaman daripada di Padang atau tempat lainnya di kawasan ini. Pada bulan September 1911 seorang pegawai tinggi Belanda di Sumatra Barat melakukan ekskavasi arkeologi di Pariaman dan menemukan bukti bahwa entrepot Pariaman rupanya sudah lama ada dan tampaknya telah lama pula didatangi oleh kapal2 asing. Orang itu adalah L.C. Westenenk, yang kemudian menjadi Asisten Residen Agam Tua di Fort de Kock. Menurut Westenenk, mungkin dulu pelabuhan pertama Pariaman berada di tempat yang sekarang bernama Taratak (sekarang menjadi nama sebuah kelurahan di kota Pariaman). Melalui penelaahan peta, ekskavasi, dan mendengarkan cerita2 lisan serta melakukan wawancara dengan tetua setempat, Westenenk yakin bahwa daluhunya Taratak berada di pinggir laut, di sebuah teluk yang memiliki pelabuhan. Selain itu ada juga petunjuk lain: di sebelah Taratak ada kampung yang bernama Galombang (yg mengingatkan kita pada gelombang laut; sekarang jadi kelurahan Galombang di kota Pariaman), di tempat mana sekitar 20 tahun sebelumnya (sebelum penyelidikan Westenenk) ditemukan banyak porselen buatan Cina. Tetua setempat menceritakan kepada Westenenk bahwa konon tumpukan porselen itu adalah bagian dari kekayaan yang tersimpan dalam kapal milik Kaisar Tiongkok yang tertambat di pelabuhan. Kaisar itu bertunangan dengan Putri Bunga Tanjung dari Minangkabau. Kaisar itu meninggal ketika sedang cuti ke negerinya. Laporan penelitian Westenenk itu disampaikan ke Redaksi Bataviaasch Genootschap van Kunsen en Wetenschappen di Batavia yang telah dibahas dalam vergadering (rapat) mereka pada hari Minggu, 13 November 1911. Lihat Notulen Bataviaasch Genootschap 49, bagian d (1911): 124-7. J.C. Boelhouwer yang pernah menjadi komandan militer di Pariaman (1831-1834) mencatat bahwa sekitar 1825 jumlah orang Cina di Pariaman 25 orang, yang kemudian berambah menjadi 60 orang pada tahun 1833 (lihat: J.C. Boelhouwer, Herinneringen van mijn verblijf op Sumatra's Westkust gedurende de jaren 1831-1834. 's-Gravenhage: De Erven Doorman, 1841:131, 172 [buku ini sudah diterjemahkan ke dlm bhs Indonesia dan diterbitkan oleh Pusat Penelitian Perang Padri, 2009). Seorang Belanda lainnya menyaksikan betapa orang Cina di Pariaman sangat menonjol dalam peragangan di entrepot itu (lihat: A.E. Crockewit, "Twee manden in Padangsche Boven- en Benedenlanden", dalam De Gids 30 Jrg./3e Serie & (Nov. 1866): 278-331. Rupanya di mana-mana tetap saja ada pedagang yang tidak jujur, tidak terkecuali pedagang Cina di Pariaman, Tiku, dan pelabuhan lainnya di rantau barat Minangkabau. Walter, seorang pegawai Belanda yang bekerja di Padang pada tahun 1860-an menulis kepada temannya bernama Verhuis di Batavia bahwa di Pariaman dan Tiku para pedagang Cina sering "mempermainkan" timbangan ketika mereka membeli karet dan bahan2 mentah lainnya dari penduduk pribumi yang datang dari pedalaman (darek). Namun penduduk pribumi yang kebanyakan buta huruf itu tidak kalah pintar pula dalam main akal-akalan dengan toke-toke Cina itu. Mereka sering mencampur karet mentah dengan bahan-bahan lain (seperti lumpur) sebelum menjualnya kepada toke-toke Cina itu sehingga beratnya menjadi bertambah ketika ditimbang (lihat: A. Pruys van der Hoeven [ed.], Een woord over Sumatra in brieven, vol. 2: Sumatra's Westkust en Palembang. Rotterdam: Nijgh, 1864: 59). Sakitu saketek info dari ambo mengenai Cino di pantai barat Sumatra, khususnyo di rantau barat Minangkabau. Mudah2an bamanfaaik. Wassalam, Suryadi (44 thn).
--- Pada Sab, 13/2/10, andikoGmail <andi.ko...@gmail.com> menulis: Dari: andikoGmail <andi.ko...@gmail.com> Judul: Re: Padang dan Sejarah Tionghoa [was: Re: [...@ntau-net] Perayaan Imlek di Kota Padang Meriah Kepada: rantaunet@googlegroups.com Tanggal: Sabtu, 13 Februari, 2010, 4:09 PM Pak Iqbal, Pak Riri dan Dunsanak Palanta Berlanjut sedikit pembahasan, tapi sebelumnya terima kasih atas penjelasan ini. Dalam sebuah literatur saya baca, katanya dulu yang disebut sebagai Padang itu hanyalah seputar Muara Padang sekarang dan itupun penduduk awalnya adalah Tiionghoa dan Orang Nias yang didatangkan oleh Belanda untuk membantu mereka. Keberadaan penjajah Belanda beserta komunitas ini selalu menimbulkan ketegangan dan berkali-kali penyerangan yang di motori oleh penduduk Pauh IX. Apakah ini yang menyebabkan lahirnya istilah "Seperti urang Pauah jo Urang Padang" Perumpamaan ini sering digunakan untuk hubungan yang tidak akur antara seseorang dengan orang lainnya. Baa manuruik barih nan batarimo dek Mamak Abraham Ilyas, Uda Jepe jo Ajo Suryadi (Tingga Ma Hambua se ka Pustaka Leiden tu jo) Salam Andiko Sutan Mancayo ___________________________________________________________________________ Dapatkan alamat Email baru Anda! Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe