Roni yth. Saya kurang jelas lokasi Minanga Tamwan itu, tentunya suatu tempat yang dilewati dengan cara yang sama dari Palembang sesuai bunyi prasasti. Dulu ada yang menyampaikan sanak Adyan, ABP, dll. Namun jelas eranya lebih muda dari Melayu, sehingga bukan yang dimaksud dengan Suarnadwipa atau Suarnabhumi menurut prasasti Calcutta. Suarnadwipa yang dimaksud Ajisaka lebih tepat adalah Melayu, dan Jawadwipa adalah sebuah kerajaan di Jawa, sekitar pertengahan abad 1. Bangsawan2 India yang berada dalam rombongan Ajisaka diturunkan di kedua tempat ini, dan memulai 'sistem kerajaan'. Jadi sistem asli (vernakular) masyarakat Sumatera-Jawa tidak mengenal sistem monarkhi. Melayu dan Sriwijaya tidak memiliki hubungan darah, cenderung berseteru, sehingga dalam prasasti disebutkan selalu ada pertikaian di perbatasan. Mungkin ini dapat menjelaskan : Melayu berorientasi ke India (Hindu), dan Sriwijaya berorientasi ke Tiongkok dan Hindia Belakang (Budha). Dan ini dapat menjelaskan kenapa ada serangan dari Tiongkok ke Singhasari (1297), dan kemudian ada serangan India ke Sriwijaya (akhir abad 14). Minangkabau terlepas dari dua sistem kekuasaan itu, baik Melayu (Hindu) maupun Sriwijaya (Budha), karena katanya berakar ke Yunani/Macedonia . Jadi konsep filsafat sangat kuat di Minangkabau, termasuk sistem pemerintahan kota (nagari). Melayu-Sriwijaya-Pasai-Majapahit-Aceh tidak pernah menyerang Minangkabau. Serangan yang tercatat dalam sejarah adalah serangan dari utara; kemudian serangan Majapahit ke Pagaruyung yang tertahan di Padang Sibusuk, serta tentunya pendudukan Belanda itu. Malah lebih banyak orang Minang yang menyerang ke luar, seperti ke simpang tigo, simpang ampek, dst. Penggunaan bahasa sesuai eranya. Bahasa di Melayu berbeda dengan bahasa di Sriwijaya. Karenanya ada pengelana dari Cina pada abad ke 7 yang datang dulu ke Melayu untuk belajar bahasa Melayu, kemudian kuliah ke Sriwijaya. Bahasa Melayu adalah bahasa dagang, sehingga luas penggunaannya. Bahasa Sansekerta, Pallawa, dll adalah bahasa kerajaan, sehingga menjadi bahasa otoritas. Namun sekitar abad 14 telah luas penggunaan bahasa Melayu termasuk ke dalam kerajaan2, seperti naskah yang ditemukan Kozok di Kerinci. Walaupun Adityawarman membawa aksara Sansekerta dan Jawa Kuna ke Minangkabau, namun terbukti bahasa itu tidak populer. Bahasa Minang cukup tangguh dalam menghadapi perubahan zaman. Malah menurut Dt. Rajo Mangkuto, akar bahasa Melayu adalah bahasa Minang. Namun mungkin tidak juga, bisa saja Sansekerta dll pernah berjaya di Minangkabau, seperti terlihat dari prasasti2 yang lebih tua ditemukan, seperti terlihat di Bonjol dll. Mungkin sanak Suryadi bisa menjelaskan lebih lanjut. Sementara demikian dulu sanak. Wassalam, -datuk endang
--- On Wed, 3/31/10, Syafroni (Engineering) <syafr...@mkpi.panasonic.co.id> wrote: Pak Datuk Endang yth Kalau mencermati isi prasasti Kedukan Bukit, kiro2 dimaa latak “kerajaan” Minanga Tamwan tu, Mak Datuak? Tasabuik didalam prasasti tu bahwa labiah dari 2000 orang pasukan melakukan migrasi dari Minanga Tamwan lewat jalur darat dan jalur air (sungai, laut) menuju Palembang lalu mendirikan kerajaan Sriwijaya disana. Masih ado hubungan darah dak antaro Malayu jo Sriwijaya? Ciek lai apo bahaso resmi nan dipakai dek kerajaan Sriwijaya, Darmasraya, Pagaruyuang, dan Singosari/Majapahit pado masonyo masiang2...? Apokah ado diantaro kerajaan2 tu nan mamakai bhs lokal, misalnya bhs Minang di Pagaruyuang dan Darmasraya, atau bhs Malayu di Darmasraya dan Sriwijaya, bhs Jawa di Singosari/Majapahit? Atau jangan2 di Sriwijaya, Darmasraya, Pagaruyuang dan Majapahit kasadonyo mamakai bhs Sanskerta, soalnyo bahaso dan aksara nan digunokan di prasasti2 kebanyakan bhs Sanskerta kecuali Kedukan Bukit yg bhsnya campur2..... Tarimo kasih ateh tanggapan dari Pak Datuak. Wassalam mm From: rantaunet@googlegroups.com [mailto: rantaunet@googlegroups.com ] On Behalf Of Datuk Endang Sent: Tuesday, March 30, 2010 9:01 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [...@ntau-net] "DARA JINGGA", SEPERTI MEMBACA KEPEDIHAN Saya coba jawab mana yang tahu: Minangkabau lebih dulu, baru Sriwijaya, dst. Melayupura tumbuh bersama Sriwijaya. Melayupura tumbuh di hulu Batanghari, kemudian pindah ke Muaro Jambi, kemudian sebagian pindah ke Majapahit dan sebagian ke Dharmasraya. Yang dari Dharmasraya kemudian pindah ke Saruaso (Pagaruyung). Pamalayu adalah permintaan koalisi militer, maksudnya Singhasari meminta bantuan militer ke Melayupura dengan memberikan persembahan Amoghapasa. Wassalam, -datuk endang -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe To unsubscribe, reply using "remove me" as the subject.