On 23 Apr, 10:36, "Dr. Saafroedin Bahar" <saaf10...@yahoo.com> wrote:
> Setuju sekali, Sanak Buchari. Tentu ada kemajuan yg patut kita syukuri. Yg 
> jadi masalah adalah nasib rakyat banyak yg masih sengsara dan elite yg hanya 
> ingat dgn kepentingan diri sendiri.
n tahun-tahun sesudahnya kaum elite kita sibuk memperkaya diri.
Sebagian besar rakyat masih tetap sengsara.


Pak Saaf yang saya hormati,

Sebagai orang Minang, bagian Nusantara yang paling menarik hati saya
tentunya ranah Minang.
Kalau pak Saaf menyebut "nasib rakyat banyak" dan "elit" bayangan saya
otomatis ke melayang ke Sumatera Barat.

Perjuangan, upaya dan sekaligus pengorbanan bangsa ini selama  65
tahun, ternyata pada awal abad 21 ini mengerucut menghasilkan sistim
pemerintahan yang demokratis, dan kesepakatan untuk memberikan otonomi
luas kepada daerah pada level Kabupaten/Kota.
Kitapun mengklaim otonomi daerah sebagai pengakuan pemerintah atas
tuntutan & perjuangan PRRI/PERMESTA.
Sistim demokrasi dan pemberian otonomi direpresentasikan dalam bentuk
para pemimpin daerah yang dipilih langsung oleh rakyat.

Inilah yang mengherankan saya : masyayakat ternyata tidak begitu aware
dalam proses pengkaderan calon pemimpin mereka, acuh tak acuh dalam
pemilahan balon pemimpin, dan terkesan cuek dalam proses pemilihannya
sendiri.
Sebagian besar yang namanya "rakyat banyak" di ranah berada di
pedesaan dengan hidup dan kesejahteraannya tergantung penuh pada dunia
pertanian.
Saya punya informasi yang terbatas atas kualitas para balon yang akan
dipilih dalam waktu dekat ini. Tapi sekurangnya saya tidak pernah
mendengar konsep yang cerdas dari para balon ini dalam mengatasi
permasalahan rakyat banyak di pedesaan ini.
Saya ingin mendengar umpamanya konsep cerdas untuk mendongkrak harga
kulit manis yang tidak pernah liwat dari Rp 4.500/kg walau pada masa
krismon dulu (beberapa waktu yang lalu khabarnya hanya Rp 2.500/kg),
konsep cerdas untuk mengembangkan dan mencari harga yang pantas untuk
nilam, gambir, rotan, pinang, dll yang akan menentukan kesejahteraan
"rakyat banyak" di ranah Minang.
Virus yang mematikan pertanian cabe di sebagian kawasan Sumbar,
ternyata solusinya tidak diketahui oleh petani dalam kurun waktu
hampir 5 tahun ini. Kelangkaan pupuk, kerusakan lahan pertanian, dll
permasalahan rakyat pedesaan ini seperti luput dari perhatian para
pemimpin. Kebutuhan rakyat Riau, Semenanjung, dan Singapur atas
sayuran dataran tinggi tampak seperti belum diantisipasi secara
optimal.

Jadi saya pikir pak Saaf, nasib rakyat banyak yang terkait dengan
kualitas dan kinerja para pemimpinnya ini, kok tampaknya terkesan
terlalu dicari-cari jika penyebabnya dikaitkan dengan ketidak siapan
kita untuk merdeka. Menurut saya, masalah kemerdekaan ini sudah
selesai, dan para bapak bangsa serta pejuang bangsa ini telah
melakukan perannya dengan sangat baik.
Kesalahan saya kira terletak pada generasi yang seharusnya mengisi
kemerdekaan ini dengan upaya keras dan cerdas.
Kalau keberadaan  "elit" adalah sebagai pilihan kita, kualitas
brengsek mereka juga menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
keteledoran pemilihnya. Kalau para pemimpin zaman sekarang hanya
dilihat dari pengalaman kepamongannya atau popularitasnya semata,
tentunya kita terlalu bodoh jika mengharapkan berubahnya nasib rakyat
banyak di pedesaan ranah ini.

Rasa penasaran saya pak Saaf, adalah kenapa kita (Sumbar) tidak bisa
"tampil beda" (secara positif) dalam mengelola demokrasi dan otonomi
yang katanya merupakan kemenangan perjuangan PRRI ini  ?
Mungkin pak Saaf atau sanak di palanta ini punya jawabannya ? Atau
kita serahkan pada Ebit G Ade yang secara santai akan menjawab :
tanyakan saja pada rumput yang bergoyang....

Maaf dan wassalam,

Epy Buchari
L-67, Ciputat Timur

-- 
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama 
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe

Kirim email ke