Tulisan Reni baik dipublished di Media nasional yang gesit dan sering dibaca orang bermata dan telinga tajam, supaya dapat diketahui massa yang luas di luar Lapau tempat kita berkotek-kotek sesama kita ini...
Barangkalio baik juga dikirim copynya kepad Yang Mulia Menteri Kependidikan Massa ... Salam, --MakNgah --- In rantau...@yahoogroups.com, "Dr. Saafroedin Bahar" <saaf10...@...> wrote: > > Dinda Ajoduta, Reni, memang sabana paradoksal keadaan kito kini. Di Amerika > nan 'kapia' taraso suasana nan diajakan Islam. Tapi di Indonesia nan > ba-Pancasila dan 'islami' kito cameh bakapanjangan. Hukum indak tagak dan > dipajuabalikan dek polisi, jaksa, hakim, pengacara, kapalo pinjaro. Nan punyo > kuaso tertinggi karanyo mangamek-ngamek sajo, kama angin kareh ka sinan > baliau condong. Antah bilo kaeloknyo Tanah Air kito nan tacinto iko. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -----Original Message----- > From: ajo duta <ajod...@...> > Date: Wed, 28 Apr 2010 11:16:32 > To: <rantaunet@googlegroups.com> > Subject: Re: [...@ntau-net] masih banggakah kita? > > Reni, > Kerisauan nanda adalah kerisauan kita semua, khususnya kerisauan orang orang > yang masih mengharapkan ketertiban, kesopanan, kesantunan, kepedulian pada > sekitar, kerendahan hati, tidak sombong dan angkuh, tidak mau menang > sendiri, tidak merasa hebat sendiri dan lain lain. > > Apa yang Reni alami di KA sebenarnya adalah pencerminan sudah rusaknya > negara kita, yang katanya negera Pancasila, yang berketuhanan maha Esa. Tak > tahu Tuhan mana yang mengajarkan prilaku yang Reni lihat di KA itu. Lihat > pada "Kereta Api" bangsa ini. Betapa muaknya kita mendengar, membaca berita > setiap hari. Dari soal Mak Minah yang mencuri sebiji buah coklat sampai > perampok Century kemudian "diselamatkan" negara. Dari soal pencari keadilan > yang diperas di desa, sampai dengan koruptor/pencuri uang negara yang > diperas koruptor pula. > > Om yang masih cinta indonesia, tiap hari terus mengikuti berita Indonesia, > tak habisnya berfikir bagaimana bangsaku ini. Sementara anak anak om terus > meyakinkan, kenapa aku terus pusing memikirkan Indonesia yang bukan > bertambah baik itu. Sudahlah pindah saja jadi WN-AS. Malah mereka > mengingatkan filosofi Minang "dimana bumi dipijak". Padahal om yang sudah > puluhan tahun di AS, sudah sangat mudah kalau mau jadi WN-AS. tapi karena > masih cinta pantai Piaman, masih cinta Indonesia, om masih pertahankan > paspor hijau ketimbang nanti pakai paspor biru. > > Tapi masih bersukur kita, Indonesia masih punya Reni yang punya kepedulian > diatas. Tentu banyak Reni Reni lain yang nanti mengajarkan anak keturunannya > bahwa memilih Islam itu sudah sangat tepat. Karena agama ini mengajarkan > semua kebaikan. Sayangnya agama yang dianut bagian terbesar bangsa ini, > hanya sebatas memperindah KTP saja, hanya sebatas waktu kawin, cerai dan > mati saja. Hanya sebatas penampilan saja dan hanya hanya yang lain. Qur'an > hanya untuk dibaca baca saja, di MTQkan saja, dihafal hafal saja. Tanpa mau > tahu apa maknanya. Tak tahu makna bagaimana mengamalkannya? > > Aneh memang Reni, om tinggal dinegara yang kebanyakan kita di Indonesia > bilang negara kapir. Tapi tata kehidupannya sangat Islami. Hukum dan aturan > tegak. Rumah rumah tak berpagar, kadang tak berkunci. Tak ada satpam dan > hansip. Tak ada polisi ngatur ngatur jalan raya (kecuali ada kecelakaan). Om > banyak anak perempuan. Tak ada kekuatiran kalau mereka pulang telat dimalam > hari. > > Ah, sudahlah Ren, capek kalau mau ditulis semua. Hanya satu lagi yang > tinggal sama kita: Berdoa! Semoga Reni sehat sehat dan baik baik saja > mengalir menjalani kehidupan ini. > > Selamat tidur bermimpi indah ananda, besok naik kereta api tidak berjejal, > tidak ada yang merokok dan ibu hamil duduk dengan tenang dikursi yang > diberikan seorang bapak dan semua sibuk membaca buku atau koran atau tidur, > seperti kalau naik KA di Jepang dan negara maju lain. > > Wassalam > > 2010/4/28 Reni Sisri Yanti <resy_2...@...> > > > Hari Sabtu lalu aku merasa sebal sekali. Pertama sudah kesal karena jalanan > > sangat macet sekalu sehingga aku ketinggalan kereta express menuju depok, > > Terpaksa aku menunggu kereta yang lainnya Kereta yang tidak express alias > > ekonomi tp berAC . Karna begitu ramainya penumpang sehingga kereta ini > > ACnya tidak dingin, padahal siang itu panas luar biasa dan aku jadi > > berkeringat. Terakhir, yang betul-betul membikin aku sangat kesal adalah > > naiknya penumpang yang seenaknya merokok, aku ingin menegurnya tp karna > > orang ini berasal dari Indonesia bagian timur agak ciut nyaliku, aku Cuma > > tutup hidup dgn tissue, ternyata tingkah ku ini diperhatikan oleh pemuda di > > seberangku, dan menegur si perokok tadi, seperti yang aku takutkan > > sebelumnya terjadilah adu mulut antara mereka, dan semakin rame karna > > penumpang lain pun ikut2an menegurnya. > > > > Sebetulnya ini sering sekali terjadi di Indonesia. Banyak orang senang > > merokok, dan mereka tidak pernah peduli pada yang tidak merokok. Tidak > > pernah sekalipun dalam hidupku ada perokok Indonesia yang bertanya apakah > > aku keberatan bila mereka merokok. , eh ada deh, kalau temanku ingin merokok > > waktu makan di restoran, dan aku slalu menjawab tidak boleh! > > > > Heran, apa bangsa kita tidak punya sopan santun, toleransi dan tenggang > > rasa terhadap orang lain? Tapi kenapa orang-orang sebangsaku yang terkenal > > sebagai bangsa yang punya sopan santun tinggi, penuh toleransi dan banyak > > kesungkanan, ternyata tidak peka dan tidak punya tenggang rasa terhadap yang > > bukan perokok, dan memaksa orang-orang yang bukan perokok menjadi passive > > smoker? > > > > sembari kereta berjalan dan menghilangkan kantuk aku jadi makin banyak > > berpikir soal keherananku mengapa bangsa kita yang katanya ramah, sopan, > > punya kesungkanan dan punya toleransi tinggi ini bisa tidak peka terhadap > > kepentingan orang lain seperti sesama penumpang? Lagi2 aku melihat > > bagaimana orang-orang kita seringkali sibuk menyerobot masuk ke dalam > > kereta begitu pintu terbuka, sehingga menghalangi orang yang akan keluar , > > terjadilah sumpah serapah dan kata2 tak sopan sperti di kebun bintang saja > > dan sebagainya, > > > > Akhirnya setela memejamkan mata beberapa saat, aku ingin melihat kereta > > sudah melintas dimana? lumayan sebentar lagi sudah sampai pasar minggu, > > tidak sadar mataku melihat sosok ibu hamil yang sedang berdiri , entah dr > > kapan ibu itu berdiri, dan didepan dia ada seorang bapak yang sedang baca > > koran.aku benar2 geleng2 kepala melihatnya, aku panggil si ibu hamil untuk > > duduk ditempat aku, tp dia tak mau, sudah dekat mba' katanya, emang > > mau turun dimana mba? kataku, depok baru, wah masih 4 stasiun lagi, aku > > suruh geser orang2 disampingku biar bangku didepan ibu hamil tsb kosong dan > > bisa diduduki olehnya, baru saja ibu itu duduk, si bapak yg depan nya > > bilang, ngga apa2 lagi berdiri buk, olahraga....( oh tuhan bener2 nih > > orang). > > > > Hal-hal kecil seperti ini banyak dijumpai di sekitar kita, dan harus > > diakui terjadi.. Menurutku ini adalah mengakui kenyataan bahwa kita yang > > sering membangga-banggakan diri sebagai bangsa yang sopan yang > > peka terhadap orang lain ternyata sungguh berbeda, > > > > setelah melihat kejadian2 di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang > > bisa membantu kita untuk punya etika yang baik adalah kepekaan terhadap > > kebutuhan orang lain dan kesediaan untuk menunjukkan kesopanan, rasa hormat > > dan kebaikan hati, dan untuk konteks ini memang rasanya adalah gabungan dari > > ketiganya). Apabila kita punya dua ini niscaya kita akan mengerti dan punya > > etiket ditempat umum. > > > > Masih banyak memang yang harus diperbaiki oleh kita dalam hal bersikap > > sopan dan baik hati di tempat umum. Entah bagaimana memperbaikinya. Mungkin > > dengan meningkatkan kedisiplinan, atau mungkin yang jelas, dengan pendidikan > > di rumah dan di sekolah! Terutama kepada penerus kita,pemuda2 kita, anak2 > > kita, yah keluarga kita, kita jelaskan bagaimana kita bersikap di depan > > umum,dimulai dgn sopan dalam bertutur kata, sopan dalam bertindak, tapi > > semua itu tak lepas dari diri kita sendiri,…apabila diri kita bisa berbuat > > seperti itu , secara langsung anak2, keluarga, dan yang lain mungkin akan > > mejalaninya….pengaruhnya sangat besar pada keharmonisan hubungan antar > > sesama manusia. Jagalah perhatikan etika, semoga kita semua menjadi lebih > > bijaksana karenanya > > > > Karakter, watak, atau pribadi seseorang menunjukkan cerminan pribadi > > seseorang melalui Beretika dan bertutur kata sopan, santun,yang > > sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi berbudi. > > > > > > renny,ancol > > www.renisy.blogspot.com -- . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tidak dengan mereply email lama =========================================================== Berhenti, bergabung kembali serta ingin merubah konfigurasi/settingan keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe